33|| ESKAMEL

1.5K 103 2
                                    

~Hay Call me- Yaya

Jika ada typo atau kalimat berulang-ulang mohon direfresh ulang ceritanya. Oke enjoy and happy reading gaes.🥳

Budayakan VOTE!
sebelum baca, Jangan pelit ah elah!!! :(


°°°🥳°°°

Wajah masam nan jutek terus Areska tampilkan, semua orang yang menatapnya akan mendapat plototan maut seorang Areska si DEWA SEMPURNA SMA MERPATI GEMILANG.

Bukan hanya para siswa, guru dan staf pun tak luput dari kejutekan Areska pagi ini, beberapa kali membentak dan menatap tajam.

"BUTUH LINGGIS? BUAT CUKIT MATA LO?!" hardik Areska yang membuat sekumpulan siswi berhamburan pergi.

Areska melanjutkan langkahnya tanpa perduli dengan apa yang sedang di bicarakan orang sekitarnya.

"Ares tunggu!"

"Apa? Nggak usah ganggu gue!" balas Areska dengan nada tinggi.

"Dimana kesopanan kamu Res?"

Areska tau siapa pemilik suara bariton itu, berbalik badan Areska melepas topi yang ia kenakan, "apa? Saya lagi badmood. Bapak kalau mau kasih hukuman nanti aja,"

Pak kumis menggeleng takjub, sifat Areska yang dulu seolah hilang entah kemana, "Res saya belum selesai bicara! ARESKA GEMPATA!"

Tanpa memperdulikan teriakan itu, Areska melanjutkan langkahnya menuju kelas. Melempar tasnya kasar Areska melipat tangannya dan menjadikannya bantalan tidur.

"Jangan diganggu! Dia lagi nggak mood," bisik Biyan saat melihat Zahid ingin mengusik tidur Areska.

Zahid mengerutkan keningnya tak paham
"Habis tidur diluar," kira-kira kata itu yang Zahid tangkap saat Biyan mengatakannya tanpa suara.

Brak!

Seisi kelas berjingkat kaget, "Kenapa si pakwa?" tanya Biyan spontan.

"Brisik! Diem lo semua!" teriak Areska, dengan frustasi, lalu berjalan keluar dengan wajah masam.

"Wa, si jamet mana?" tanya Zahid yang mendapat tatapan tajam dari Sadewa.

"Arjun?" tanya Dewa yang
di angguki Zahid, "dia lagi ngurusin masalah Eric," lanjut Dewa lirih.

"Emang bener si tikus kakak tiri Ares?" sahut Biyan mendekat dan merangkul pundak Dewa.

Dewa melirik pergelangan tangan Biyan yang melingkar dipundaknya, "sedikit cerita Arjun kemarin malem waktu di RS si iya, tapi untuk pastinya gue belum tau," ucap Dewa menatap kosong papan tulis didepan sana.

Suara derap langkah yang terburu-buru membuat tiga cowok itu mengalihkan pandangannya kepintu kelas.

"Ares mana?"

Ketiganya berdiri spontan saat melihat wajah panik Barat, "lo bertiga budek?"

"Eh nggak tau, tu anak tadi keluar marah-marah," balas Zahid, "emang kenapa?"

"Yan lo cari Mel gih!" suruh Barat enteng.

Biyan menatap Barat garang tapi hanya sesat, mana berani Biyan melawan Barat si papa muda, "emang kenapa si? Harus banget ini?" tanya Biyan yang dijawab gumaman dari Barat.

"Emang ada apa?" kali ini Dewa ikut serta dalam perbincangan anggota Règle.

Barat menatap Dewa sekilas, "satu sekolah kena amuk sama tu anak, bahkan pak kumis dibentak sama dia. Gue takut aja kalau kelas ini diacak-acak," jawab Barat sembari mengunyah kripik kentang yang ia ambil dari tas Biyan.

EskamelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang