42|| ESKAMEL

1.4K 97 8
                                    

~Hay Call me- Yaya

Jika ada typo atau kalimat berulang-ulang mohon direfresh ulang ceritanya. Oke enjoy and happy reading gaes.🥳

Jadi pembaca yang baik ya, Tinggalkan jejak :)

VOTE BOLEH?!


°°°🥳°°°

Malam begitu sunyi hanya deru angin yang memenuhi indra pendengaran cewek dengan hoodie berwarna biru tua.

Kakinya berayun-ayun, dan pikirannya melayang kemana-mana. Sesekali berdecak kecil dan menyeka air mata yang terus menetes di pipinya.

"Semesta punya dendam apa si sama aku?"

Kilatan petir menyambar dengan begitu kencang, jika biasanya gemuruh petir akan membuatnya meringkuk takut, tapi tidak untuk kali ini.

"Aku tanya deh, kenapa si? Kenapa setiap orang yang sayang sama aku harus pergi? Kamu punya dendam apa sama aku?" cewek itu menunjuk ke langit malam yang dipenuhi kilatan cahaya, "aku punya dosa apa sampai semua kebahagian didalam diriku diambil? Kenapa bukan aku yang pergi? Kenapa harus orang lain?" jeritnya frustasi.

"Disaat yang lain mulai membaik, kenapa yang lainnya menoreh luka?"

Memejamkan matanya sejenak saat merasa air hujan mulai membasahi wajah manisnya, mengusap dengan kasar cewek itu berdiri meski kesusahan, "apa iya aku pembawa sial?"

Keenam cowok dengan pakaian serba hitam mendekat kearah cewek itu, tak bisa dipungkiri sorot mata keenam cowok itu dipenuhi dengan kilatan rasa sakit.

"Kalian pulang aja, aku nggak mau di ganggu!" bentak cewek itu meninggi agar suaranya tak kalah keras dengan derasnya air hujan.

"Sampai kapan? Ini hari kedua kamu seperti ini! Dia pasti sedih lihat dirimu yang sekarang," ujar salah satu cowok berbaju hitam itu.

Menoleh kebelakang, cewek itu tersenyum kecut, "kenapa dia harus sedih? Sedangkan kepergiannya yang menjadi alasan semua ini?!"

Tak kuat menahan berat badannya sendiri, tubuh cewek terjatuh ke bawah, pundaknya bergetar hebat, "AYO SIAPA LAGI YANG MAU TINGGALIN MEL? HA SEKARANG AJA PERGINYA! BIAR SEKALIAN RASA SAKITNYA. MEL CAPEK TAU!"

David tak kuasa menahan tangis melihat kehancuran adik kandungnya, berjalan mendekat, David langsung merengkuh tubuh rapuh itu.

Dengan paksa Mel melepas pelukan sang kakak, mundur untuk memberi jarak, Mel mendongak tinggi menatap kelima cowok yang masih memandanginya ibah.

"Mel nggak kuat kak, Mel nggak tau harus gimana,"

"Kamu kuat dek, ada kita!"

"Bohong!" sela Mel lantang, "kalian pasti akan ninggalin aja juga. Mending kalian pergi sekarang, Mel udah biasa sendirian!"

Jika semua saja tega meninggalkannya lalu sekarang kenapa masih menetap?

"Mel mau ikut mama," lirih Mel yang masih didengar keenam cowok itu.

Dengan reflek Marvin menampar pipi kiri Mel, "jaga ucapan kamu Mel!"

Badan Mel tengkurap di atas tanah yang basah, tangisannya memang berhenti tapi rasa sakitnya masih ada.

"Kendalikan diri lo kak." pinta Barat yang melihat Mel diam tak bergeming.

Biyan mendekat, mencekal lengan Mel lembut. Mengangkat dagu Mel hingga tatapan mereka bertemu.

EskamelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang