53|| ESKAMEL

1.2K 90 0
                                    

~Hay Call me- Yaya

Jika ada typo atau kalimat berulang-ulang mohon direfresh ulang ceritanya. Oke enjoy and happy reading gaes.🥳

°°°🥳°°°

Nafas Mel memburu, sesak di dadanya
begitu membuncah hingga membuatnya sedikit kesusahan untuk bernafas. Didepan sana Areska tengah berbaring dengan bibir yang sangat pucat.

Melangkah mendekat, air mata Mel luruh tanpa diminta, inti anggota Règle yang berada di situ hanya mampu menunduk diam. Tak ada yang berani membuka suara untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Kak Eska," panggil Mel lirih, "kok jam segini udah tidur, katanya kalau belum denger suara Mel nggak bisa tidur, kok sekarang Mel dateng kak Eska tidur?"

"Mel tadi nggak bolos kok, maaf ya lama tadi anterin kak David buat cari kado dulu," aduh Mel semakin lama semakin lirih.

David menatap Barat untuk menuntut penjelasan. Barat yang paham mengangguk kecil lantas berjalan keluar diikuti oleh David.

"Ares, dia pergi lagi?" tanya David melengoskan wajahnya.

Terdengar hembusan nafas panjang dari hidung bangir Barat, "nggak, semuanya berhasil,"

Dengan cepat David menatap Barat garang, "maksudnya, lo tadi bilang kalau orang yang cinta sama Mel pergi untuk selamnya, itu siapa kalau bukan Ares." suara David meninggi.

"Gue udah bilang kan, jangan dipercepat kondisi Ares belum stabil. Tapi apa kalian semua ngeyel bahkan keputusan ini diambil dibelakang Mel," cerocos David muak.

Meremas rambutnya kuat-kuat, David mendongak menatap plafon dan berucap, "gue nggak mau hidup Mel hancur untuk yang sekian kalinya. Ares itu sumber kebahagiaan Mel, sekarang apa, semua berantakan kan."

Sebal dengan David yang terus mengoceh, Barat memukul kepala cowok itu lumayan keras, "dengerin dulu bego, lo nyerocos mulu kek Mak Beti,"

Saat hendak membalas perlakuan Barat, suara pintu terbuka membuat niat David urung, "kenapa pada keluar, Mel gimana?"

"Ya di dalam lah sama Ares," jawab Biyan seraya merenggangkan kedua tangganya.

"Kok kalian sesantai itu, nggak sedih?" David menatap satu persatu inti Règle didepannya.

Zahid menyahut permen yang dibawa oleh Zidar, "buat apa sedih, seharusnya kita happy,"

"Happy karena Ares mati, kalian gila ha?!"

Mereka berempat hanya tersenyum kecil mendengar ucapan David yang terdengar sangat khawatir dan frustasi.

Mel membawa telapak tangan Areska menuju dadanya, menempelkan dan berucap, "detaknya makin kenceng kan, Mel takut tau,"

"Bangun yuk kak, Mel mau peluk loh. Jangan tidur kayak gini Mel takut ih," menunduk dalam air mata itu terus luruh tanpa diminta.

Merasa ada elusan di kepalanya reflek Mel langsung mendongak, senyum manis itu terbit dengan begitu lebar, "kak Eska?"

Areska tersenyum kecil, menyeka air mata yang terus menetes di mata indah sang istri, "jangan nangis dong,"

Kaget. Jelas Mel sangat kaget saat tangan Areska mendarat tepat saat menyeka air matanya, "kak Eska bisa—"

Areska terkekeh kecil, "belum, kan ini masih belum dibuka,"

Mel baru ngeh kalau area mata Areska kini sedang diperban, itu artinya Areska sudah melakukan operasinya.

EskamelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang