~Hay Call me- Yaya
Jika ada typo atau kalimat berulang-ulang mohon direfresh ulang ceritanya. Oke enjoy and happy reading gaes.🥳
Budayakan VOTE!
sebelum baca :)°°°🥳°°°
Proses pemakaman Arjun berjalan dengan hikmat, banyak orang berdatangan. Karena Arjun adalah pribadi yang dikenal baik dan ramah maka banyak orang yang merasa kehilangan, terutama Areska dan Dewa.
Karena orang tua Arjun tak bisa datang, semua proses pemakan dibantu oleh orang tua Dewa dan anggota Règle.
Areska menatap gundukan tanah yang bertabur bunga dengan tatapan kosong, tak satu pun air matanya luruh.
Berjongkok dan memegang nisan bertulisan 'Arjuna Samahita' pertahanan Areska hancur, setelah kuat menahan sedari tadi akhirnya air matanya mengenang dipeluk, jika Areska mengedipkan mata maka akan dipastikan cairan bening itu akan luruh.
"Maafin gue ya, ini semua salah gue." ucap Areska, "gue nggak tau gimana ceritanya lo bisa ada di sana. seandainya lo nggak ngelindungin gue, lo pasti masih disini sama kita,"
"Udah Res, kuatin diri lo. Arjun pasti sedih kalau lo kayak gini," Zidar mencoba menguatkan Areska yang jauh dari kata baik-baik saja.
"Ini semua karena Eric!" desis Dewa penuh amarah, "gue akan habisi dia!"
Anggota Règle yang melihat Dewa bangkit dengan kilatan amarah, mencoba menghentikannya tapi entah apa kekuatan yang digunakan Dewa hingga membuatnya bisa lolos.
"Ikuti dia!" perintah Areska menatap inti Règle yang mendapat anggukan paham.
Saat semua orang sudah pergi dari pemakaman dan hanya menyisakan Areska seorang. Areska berteriak kencang untuk meluapkan segala yang ada dibenaknya.
Ponsel disakunya bergetar, awalnya Areska tak ingin melihatnya tapi karena terus bergetar dengan malas Areska melihat siapa si pengirim pesan. Areska membekap mulutnya, antara bahagia dan juga sedih.
Dengan cepat setelah berpamitan kepada Arjun, Areska menjalankan mobilnya menuju rumah sakit.
---🧊---
Dengan langkah lebar nan buru-buru, Areska membuka ruang rawat Mel. Hal pertama yang tertangkap manik hitam Areska adalah manik hitam pekat milik istrinya.
"Mel—" lirih Areska tak percaya.
Dengan sedikit kesusahan, Mel menyunggingkan senyumnya, "kak Eska,"
Areska berlari mendekat dan langsung merengkuh tubuh mungil istrinya, "udah puas tidurnya hmm?"
Tak kala erat Mel pun membalas dekapan Areska, ada rasa lega tersendiri tapi juga ada rasa khawatir. Entahlah Mel pun tak paham.
"Kakak nangis?" tanya Mel saat tak sengaja cairan bening itu mengenai ceruk lehernya.
Areska menghapus air matanya kasar, tapi bukannya berhenti cairan sialan itu justru semakin deras membanjiri pipinya.
Mel yang melihat itu langsung mencoba menggeser duduknya, "sini! Cerita sama Mel,"
Menurut, Areska duduk di samping kiri, kembali ia merengkuh tubuh istrinya untuk menumpahkan segalanya, "hari ini adalah hari terburuk sekaligus hari bahagia aku,"
"Aku seneng saat kamu udah siuman, tapi disisi lain aku sedih. Salah satu sahabat terbaik yang aku punya pergi untuk selamanya," sesegukan Areska terdengar sangat memilukan ditelinga Mel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eskamel
Teen Fiction[SEBAGIAN PART DI PRIVATE, FOLLOW AGAR BISA MEMBACA LEBIH LANJUT] /CERITA INI BANYAK MENGANDUNG KATA DAN ADEGAN KASAR JUGA SEDIKIT BUMBU-BUMBU KEBUCINAN!!! 📌JANGAN SAMAKAN CERITA INI DENGAN CERITA LAIN KALAU BELUM MEMBACA KESELURUHANNYA 📌CERITA IN...