EXTRAPRAT

2.2K 111 2
                                    

Hay semua, selamat pagi

Yaya balik nih buat tuntasin extrapratnya, nggak tau ada yang nunggu atau nggak tapi ini Areska dan Arshata comeback!

Baca gih! Mudah-mudahan suka dadahhhh.🥰


°°°🥳°°

BRAK!

"DIAM BODOH!"

Meraup surai hitamnya, Areska kembali menendang kursi hingga terpental jauh, "GUE BILANG LO DIEM!"

Zahid yang tak tega langsung mengangkat bayi mungil berjenis kelamin laki-laki dan membawanya pergi dari hadapan Areska.

"Lo tenangin Ares gih, gue kasian sama Shata," ujar Zahid menimang bayi mungil digendongannya.

Biyan mengangguk mengiyakan, membuka pintu perlahan, Biyan mendekat kearah Areska, "sampai kapan lo kayak gini? Lo nggak kasian sama Shata?"

Diam tak menyahut, Areska masih sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri. Menatap kaca balkon dengan tatapan kosong, hanya hembusan nafas panjang yang terus ia loloskan.

"Res ayo lah, dia buah cinta lo sama Mel. Kalau Mel lihat gue yakin dia pasti akan sedih."

"Pergi!" ucap Areska penuh penekanan.

Entah mendapat keberanian dari mana, bukannya menuruti perintah Areska, Biyan justru duduk dengan santai di sofa pojok kamar sahabatnya, "empat hari ini gue kehilangan lima orang sekaligus,"

"Kasian Shata, Papi yang jadi satu-satunya tempat ternyaman malah secara terang-terangan membencinya," Biyan berucap dengan menatap langit-langit kamar.

Melirik sekilas kearah sahabatnya, tatapan Areska tetap sekosong sebelumnya, "gue hancur, jauh lebih hancur," katanya setelah beberapa hari membisu.

Biyan paham sangat paham, empat hari setelah kepergian Mel bukan hanya Areska tapi David dan Barat pun sama hancurnya. Bahkan Barat kini tengah menjalani perawatan khusus dengan dokter kejiwaan.

"Gue paham Res, nggak ada ceritanya seseorang merasa bahagia saat orang yang dicintai pergi sangat jauh," menyeka air mata yang mulai mengenang dipeluk matanya, Biyan kembali meneruskan ucapannya, "lo ingat kan apa yang Mel pinta, dia pingin lo jaga Shata dengan sepenuh hati, lo harus sayang sama dia."

"Tapi Mel———,"

"Mel kenapa?" suara Biyan sedikit meninggi, "Mel emang pergi tapi dia masih ada di hati dan pikiran lo, jadi Mel kenapa?"

Berdecak kesal, Areska kembali meraup wajahnya kasar. Kantung mata yang mulai menghitam serta pipi tirusnya semakin terlihat mengenaskan.

"Lo nggak akan paham!"

"Gue paham, itu sebabnya gue ada disini,"

"Lo belum pernah kehilangan orang yang lo cintai Yan!"

"Pernah!"

"Siapa?!"

"Mama." balas Biyan yang membuat Areska bungkam.

Menunduk dalam, Areska berucap, "maaf."

"Kita sama-sama tau Res, gimana rasanya tumbuh tanpa dampingan seorang ibu, rasanya sangat berat dan sulit kan?" tutur Biyan menatap tepat mata sayu Areska, "sosok ibu itu sangat-sangat penting bagi hidup seorang anak, tapi kita sama-sama tau gimana rasa sakitnya saat hidup berbeda dengan anak-anak lainnya. Saat semua anak sedang dimanja sama ibu mereka kita nggak dapet itu, saat anak lain bisa peluk dan tuntasin semua keluh kesahnya dipelukan sang ibu kita juga nggak bisa rasain itu, gue benar?" Areska mengangguk.

EskamelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang