04|| ESKAMEL

3.5K 241 8
                                    

~Hay Call me- Yaya

Jika ada typo atau kalimat berulang-ulang mohon direfresh ulang ceritanya. Oke enjoy and happy reading gaes.🥳

°°°🥳°°°

Mungkin karena terlalu lama menangis kemarin malam, pagi ini Mel sangat berat untuk membuka matanya, cahaya matahari yang menembus gorden pun tak membuatnya terusik.

"kakak, bangun!" Marsel menggoyangkan badan Mel perlahan.

Dengan berat Mel membuka kelopak matanya dan sedikit menguap, "hey, adek manis udah bangun."

Marsel melotot tak suka, "kakak habis nangis, siapa yang sakiti kakak?"

Mel tersenyum sembari mengusap surai coklat adiknya, kakak nggak nangis kok———"

"Bohong mata kakak bengkak, kalau mata bengkak itu artinya habis nangis. Aku nggak suka kakak nangis." potong Marsel lalu memeluk tubuh Mel erat.

Mel menikmati pelukan dari adiknya itu, setelah sang papa, Marsel juga dengan cepat akan menyadari kesedihan dan kegelisahannya. Ia bahkan sangat sulit jika harus berbohong pada bocah kecil ini.

"Kamu siap-siap sama bi Mara ya, kakak udah hampir telat oke?" Marsel mengangguk paham.

Setelah menyelesaikan ritual paginya, Mel segera memakai sepatu dan jaket, sekali lagi ia kembali mengecek apakah ada barang yang terlupakan atau tidak. Menelisik penampilan, Mel menarik nafas panjang.

Saat menuruni tangga, Mel dapat melihat jelas tiga laki-laki yang sangat ia sayangi sedang berkumpul di meja makan. Mel ingin bergabung, tapi jika itu terjadi maka akan ada pertengkaran seperti kemarin malam, dengan langkah cepat Mel menghampiri, "papa Mel langsung berangkat ya,"

Ardy menoleh kearah putrinya, "kok buru-buru, sarapan dulu sayang." Mel menggeleng kuat.

"Aku ada kelas agak pagi, papa nggak usah antar, Mel berangkat. Assalamu'alaikum..." pamit Mel menyalami tangan Ardy dan mencium pipi gembul Marsel sekilas.

---🧊---

Setelah empat puluh menit perjalanan, akhirnya Mel sampai disekolah dengan selamat menggunakan angkot. Melirik sekitar ternyata masih sepi, hanya ada beberapa siswa yang berlalu lalang.

Kali ini Mel tidak melawati lapangan seperti biasa, entah dorongan dari mana langkahnya malah membawanya melewati koridor samping, saat sedang berjalan tiba-tiba tangan Mel ditarik secara paksa, tanpa menoleh, Mel sudah tau siapa pelakunya.

"Kenapa chat aku nggak kamu balas? kenapa telfon aku juga nggak kamu angkat? kamu jangan macem-macem dibelakang aku Mel." ucapnya dengan nada dingin.

Mel meringis merasa cengkeramannya sangat kuat, "sakittt kak———"

"Kamu pakek bedak? mau jadi cabe?" potong Areska tanpa mendengarkan rintihan Mel.

Dengan sedikit paksaan Areska menghapus bedak yang menempel di wajah gadisnya itu, "lo mau sekolah bukan jual dir———," ucapnya terpotong saat melihat mata indah itu bengkak.

"Kenapa?" tanya Areska melembut.

Mel hanya menggeleng kecil, "aku nggak papa, maaf chat sama telfon kakak nggak aku respon, kemarin sibuk ngurusi Marsel terus belajar buat ulangan har———,"

"Kamu nggak bisa bohong sama aku Mel," lagi-lagi Areska memotong penjelasan gadisnya.

Mel mendongak untuk melihat wajah Areska yang mulai merah padam, "papa sama kak Marvin bertengkar karena aku," ucap Mel lalu kembali menunduk.

EskamelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang