51|| ESKAMEL

1.2K 90 1
                                    

~Hay Call me- Yaya

Jika ada typo atau kalimat berulang-ulang mohon direfresh ulang ceritanya. Oke enjoy and happy reading gaes.🥳

°°°🥳°°°

Wajah ketujuh remaja di ruang tengah terlihat sangat tegang dan was-was. Mereka berdiri memutari satu orang yang menjadi fokus mereka saat ini.

Mel terus mengigit bibir bawahnya cemas, netranya bergerak kesana-kemari mengikuti gerak suaminya.

"Pelan-pelan Res, rileks," instruksi Zahid sembari menuntun Areska.

Besi panjang menjadi pegangan Areska untuk latihan berjalan, jum'at lalu dokter Avan menyarankan agar Areska belajar berjalan di rumah. Tentunya dengan bantuan orang-orang terdekat.

"Argh—"

"Kak Eska—"

"Res—,"

Tubuh Areska tersungkur dilantai rumah, meringis kecil Areska menepis tangan yang mencoba membantunya.

"Pergi!"

Tak mengindahkan ucapan Areska, Barat tetap kekeuh membantunya untuk kembali duduk di kursi roda meski terus mendapat pemberontakan.

"Ini awal bukan akhir lo nggak perlu seemosi ini Res,"

"Diem! Lo nggak pernah ada diposisi ini." balas Areska cepat, "kalian pergi, gue capek!"

Saat Zidar ingin menjawab ucapan Areska, Mel lebih dulu menyahuti, "biarin kak Eska istirahat dulu ya, next time lagi aja,"

Mereka berenam mengangguk paham, lalu segera memutuskan pamit pulang.

"Kalau ada apa-apa hubungi kakak hmmm," ingat David sembari mengelus surai hitam adiknya.

"Pasti,"

Mel kembali mengalihkan fokusnya pada Areska yang sekarang sedang melengoskan wajahnya, berjongkok didepan kursi roda Mel mengelus punggung tangan suaminya hangat.

"Nggak papa, besok coba lagi,"

"Nggak!"

"Kenapa?" sedikit mengeratkan genggamannya, Mel kembali berucap, "kak Eska nggak mau sembuh hmmm?"

Areska termenung, sejujurnya ia hanya merasa semua ini sia-sia. Kakinya sangat kaku untuk digerakkan sedangkan matanya sampai sekarang masih belum bisa melihat apa-apa. Jujur Areska frustrasi!

"Aku capek," lirihnya.

Mel mengusap air mata suaminya yang mulai menetes, "Mel tau ini keadaan yang sulit buat kak Eska, tapi kak Eska ingat kan kata dokter Avan. Kesempatan kak Eska sembuh itu terbuka lebar,"

Tak lagi mampu menjawab perkataan sang istri, Areska kini hanya menunduk dalam sembari terus meneteskan air mata.

"Lusa kak Eska operasi, sebentar lagi kakak bisa lihat lagi kok," tutur Mel pelan, "kak Eska mau kan—"

"Tentu!" sela Areska spontan, "selama ini aku frustrasi karena nggak bisa lagi lihat wajah cantik kamu."

"Kalau gitu jangan putus asa, semangat dong. Bukan cuman Mel tapi semua anggota
Règle butuh kakak,"

Areska mengangguk kecil, menyeka air matanya Areska berbalik menggenggam tangan mungil istrinya, "laper yang,"

Terkekeh geli menanggapi hal ini, "mau makan apa pak suami?"

"Terserah, sup tahu boleh?" rengekan Areska sangat mengemaskan di mata Mel.

"Boleh, Mel masakin dulu ya,"

EskamelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang