~Hay Call me- Yaya
Jika ada typo atau kalimat berulang-ulang mohon direfresh ulang ceritanya. Oke enjoy and happy reading gaes.🥳
Jadi pembaca yang baik ya, Tinggalkan jejak :)
VOTE BOLEH?!
°°°🥳°°°
Tubuh Mel melonjak kaget saat tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang. Sontak Mel langsung menoleh, berharap pelukan ini berasal dari orang yang sangat ia rindukan.
"Nara," lirih Mel saat melihat si pelaku.
Naraka duduk didepan Mel, tersenyum lebar dan mengeluarkan satu permen dari sakunya, "permen karet,"
"Lo aja," tolak Mel halus sembari tersenyum.
Naraka tau senyum apa yang ditampilkan Mel, tadi saat dirinya berangkat tak sengaja Naraka berpapasan dengan anggota regle mereka meminta bantuan Naraka agar setidaknya Mel bisa kembali tersenyum.
"Oh ya, lo kenal si Mada kan Mel? Dia ternyata anak direktur utama di sekolah ini, gila si."
"Oh," sahut Mel memaksakan senyum, sesaat mengingat sesuatu, Mel langsung mengeluarkan sesuatu dalam tasnya dan menyodorkannya kepada Naraka, "ini kado buat lo,"
"Gue belum ultah bege!" sewot Naraka dengan gaya soknya, jika biasanya tingkah konyolnya ini bisa membuat Mel tertawa kali ini tidak.
"Lo nggak dateng nanti?" Mel menggeleng sebagai jawaban.
"Kok gitu, lo kan sahabat gue. Karena lo juga anak ini dapat pengakuan dari papanya,"
"Maaf banget, tapi gue belum siap kalau harus berhadapan sama banyak orang. Apalagi rata-rata yang dateng anggota Règle, gue masih nyoba buat keringin lukanya." jelas Mel memegang tangan Naraka.
Dengan cepat Naraka menghapus air mata yang mulai menggenang, "nggak asik ah,"
---🧊---
"Kematian itu datangnya bisa kapan saja, dimana saja. Siap tidak siap, jika sudah waktunya malaikat maut pasti akan menjemput," terang pak Bagus selaku guru agama.
Seisi kelas XII IPS 4 mendengarkan ceramah pak Bagus dengan seksama, tak ada satupun yang bercanda. Termasuk Barat yang kini memandangi papan tulis di depan sana dengan tatapan kosong.
Mengusap dagunya, pikiran Barat kembali tertuju pada sahabatnya yang kini sudah pergi sangat jauh.
Flashback on—
Saat sedang asik bercengkrama dengan anggota Règle, ponsel disaku celananya bergetar, ingin rasanya Barat mengabaikan tapi saat melihat nama yang tertera Barat menekan tombol berwarna hijau.
"Ngapain?" tanya Barat saat layar ponselnya dipenuhi oleh wajah Areska.
"Gabut."
"Ga jelas—"
"Hallo paktua, lo apa kabar?" srobot Biyan saat melihat wajah tampan Areska.
Biyan mengubah opsi menjadi kamera belakang, memperlihatkan kegiatan random anggota Règle.
Terlihat Areska sedang berjalan ditengah malam sendiri, "ke rumah aja, gue nggak bisa ke sana."
"Lo ngapain Res malem-malem jalan sendiri, jangan bilang lo mau open BO!" cerocos Zahid merebut ponsel Barat yang dipegang kembarannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eskamel
Teen Fiction[SEBAGIAN PART DI PRIVATE, FOLLOW AGAR BISA MEMBACA LEBIH LANJUT] /CERITA INI BANYAK MENGANDUNG KATA DAN ADEGAN KASAR JUGA SEDIKIT BUMBU-BUMBU KEBUCINAN!!! 📌JANGAN SAMAKAN CERITA INI DENGAN CERITA LAIN KALAU BELUM MEMBACA KESELURUHANNYA 📌CERITA IN...