45|| ESKAMEL

1.2K 96 1
                                    

~Hay Call me- Yaya

Jika ada typo atau kalimat berulang-ulang mohon direfresh ulang ceritanya. Oke enjoy and happy reading gaes.🥳

°°🥳°°°

Setelah kemarin berdiskusi lebih dari lima jam, kini puluhan cowok dengan jaket senada sedang berkumpul di lapangan dekat GOR kota.

Semua raut wajah cowok disana terlihat tegang nan kaku, tak ada guyonan seperti sebelumnya, hanya hembusan angin yang kini mengisi pendengaran mereka semua.

"Jadi gimana?"

"Kita tunggu Zahid, dia yang bawa semuanya." jawab Zidar.

"Gue harap dugaan kita nggak meleset." ujar Barat yang diamini semua remaja itu.

Sebuah mobil hitam berhenti tepat didepan mereka. Siempu keluar dengan sebuah tas besar dan beberapa dokumen yang sengaja ditenteng.

"Jawa Timur, Rumah sakit royal."

Biyan menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "jauh banget, lo yakin nggak salah?"

Zahid melempar amplop coklat kearah Biyan, "semua data ada disitu,"

Barat memungut amplop itu dan membacanya dengan teliti. Rahangnya mengeras Manahan emosi.

"Lo mau ngapain?" tanya Zidar saat Barat membuang amplop itu dan mengeluarkan ponselnya.

"Telfon bokap,"

"Iya buat apa?"

"Helikopter, kita bakal lebih cepat kalau pakai itu." balas Barat santai.

Semua cowok di sana dibuat melongo tak percaya, "orang kaya mah beda ya," celetuk Biyan.

"Ayo kekantor bokap," ajak Barat setelah menghubungi tangan kanan papanya.

"Sesuai rencana, ingat jangan gegabah. Kalau ini benar, kita harus cari siapa dalangnya." jelas David dengan tegas yang dibalas anggukan dari semuanya.

---🧊---

Dengan lesu Mel menuruni anak tangga, menelisik seisi rumah yang terlihat tak berpenghuni.

Mendudukkan dirinya di sofa ruang tengah, netra Mel menatap lurus ke depan, foto Areska menjadi fokus Mel saat ini.

"Kak Mel—"

Merasa tak asing dengan suara itu, Mel menoleh kebelakang. Mata Mel membelalakkan tak percaya, "Arsel?"

Marsel berlari dan memeluk tubuh Mel erat, "aku kangen banget!"

"Kakak juga,"

"Papa balik lagi?" tanya Mel.

Ardy mengangguk dan tersenyum lebar seraya menghampirinya putri kesayangannya, "papa kesini buat temenin anak gadis papa, untuk sementara waktu papa akan netap disini, boleh?"

"Boleh banget pa,"

"Kak masak nggak Arsel laper," tanya Marsel sembari mengelus perutnya.

Mel tersenyum kecil, "Kakak buatin ayam kecap ya,"

Setalah mendapat persetujuan dari adiknya, Mel segera berkutat dengan segala peralatan dapur setelah sekian lama tak menyentuh alat-alat ini.

"Marsel ingat kan pesan papa?"

Marsel yang sedang asik menonton kartun spons kuning itu langsung menoleh sepenuhnya kepada Ardy, "jangan singgung soal kak Ares nanti kak Mel sedih lagi,"

EskamelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang