~Hay Call me- Yaya
Jika ada typo atau kalimat berulang-ulang mohon direfresh ulang ceritanya. Oke enjoy and happy reading gaes.🥳
Oke tarik nafas dulu, kalem, santai....
Mudah-mudahan dapet si feel-nya wkwk
°°°🥳°°°
DOR!
"Ngapain?"
"Bantuin lo lah, gue masih waras untuk ngebiarin sahabat gue menghadapi orang-orang gila kayak mereka," balas Barat dengan kedua tangan yang tengah memegang pistol.
Areska hanya mengangkat satu alisnya lalu tersenyum tipis, "boleh juga."
"Balikin pisau saya!"
Nicholas, pria yang kini berlumuran darah itu menatap putranya tak percaya. Mencabut pisau yang menancap di perutnya lalu membuangnya ke sembarang tempat.
"Kesayangan gue," gumam Areska melihat pisaunya terlempar begitu saja.
"Tuan kita ke dalam sekarang," ucap salah satu pria berbaju hitam itu.
"Jangan sakiti dia," lirih Nicholas yang masih bisa didengar oleh Areska.
Tubuh Nicholas diangkat keatas brankar, sebelum kesadarannya hilang ia sempat menatap Areska dalam. Entah tatapan apa itu, Areska pun tak paham dan tak mau paham.
"Tuan muda, saya harap permintaan Tuan besar segera anda pertimbangkan,"
"Nggak akan, lo paham bahasa manusia kan?" ketus Areska.
"Tapi tuan, ini adalah jalan terbaik untuk kehidupan tuan muda,"
Areska berdecak keras, "emang tau apa anda tentang apa yang terbaik buat kehidupan saya. Pergi sekarang atau saya buat anda sama seperti pria kaparat itu!"
"ARES, ANAK LO KRITIS!"
Tiga kata yang membuat tubuh Areska kaku, pasokan oksigen di paru-parunya seolah habis begitu saja.
Melihat Areska yang masih diam seperti patung, Barat segera menggeret tubuh itu masuk kedalam sana. Dengan penuh tenaga akhirnya mereka berdua sampai didepan ruang rawat Mel.
Dokter Sany selaku dokter yang mengurus semuanya tentang Mel menghampiri, melepas penutup kepalanya dan berucap, "maaf saya sudah berusaha sebaik mungkin, tapi bayi mungil berjenis kelamin laki-laki itu tak dapat kami selamatkan, dan untuk kondisi Mel ada perubahan signifikan mungkin dalam satu atau tiga jam ke depan Mel akan sadarkan diri,"
Tubuh tegap dua cowok itu merosot kebawah, air mata yang mengenang di pelupuk mata kini luruh begitu deras.
"Jadi saya punya seorang putra?" suara lirih Areska terdengar begitu menyakitkan.
"Res, lo harus kuat,"
Menepis tangan Zidar, Areska kembali berdiri, "kuat apa, lo nggak denger dokter bilang gue sekarang punya seorang putra. Dia pasti cakep kayak gue, dia pasti pinter, manis dan——"
"DIA MENINGGAL RES!"
BUGH!
"JAGA UCAPAN LO BANGSAT, ANAK GUE NGGAK PAPA!"
David yang masih terduduk kaku di atas lantai rumah sakit hanya mampu memejamkan mata mendengar Areska berteriak seperti itu.
---🧊---

KAMU SEDANG MEMBACA
Eskamel
أدب المراهقين[SEBAGIAN PART DI PRIVATE, FOLLOW AGAR BISA MEMBACA LEBIH LANJUT] /CERITA INI BANYAK MENGANDUNG KATA DAN ADEGAN KASAR JUGA SEDIKIT BUMBU-BUMBU KEBUCINAN!!! 📌JANGAN SAMAKAN CERITA INI DENGAN CERITA LAIN KALAU BELUM MEMBACA KESELURUHANNYA 📌CERITA IN...