Bab 13 Berapa Waktu Lagi Sebelum Terpikat?

178 13 0
                                    

Aku menemui pagi yang mengerikan—meski dalam artian bahagia. Aku mengarahkan pandanganku ke TV sambil menyantap sarapan yang benar-benar sudah dingin.

“Hei Yuya-kun. Kita mau pergi ke mana dulu nanti? Kalau aku sih ingin melihat peralatan makan dulu baru peralatan elektronik, bagaimana menurutmu?”

Hitotsuba-san mengatakan sesuatu, tapi aku tidak menjawab. Akan mudah untuk menjawab setuju disini, tapi mengingat apa yang terjadi tadi, aku ingin dia sedikit merenungkan itu.

“Hei Yuya-kun. Peralatan makan apa yang kau suka? Apa kau lebih menyukai cangkir couple? Berapa banyak nasi yang biasanya kau makan? Kau juga butuh mangkuk, dan piring kari? Kita punya banyak ruang penyimpanan, jadi ayo kita lihat-lihat berbagai hal.”

Jangan, jangan menjawabnnya. Meskipun aku menyukai kari dan pasta, tapi jangan sampai terpancing pada ucapannya. Harus fokus pada TV.

“Bagaimana dengan peralatan elektronik? Kita adalah murid SMA, jadi kupikir akan lebih baik untuk membeli lemari es yang besar sehingga kita dapat menyimpan makanan untuk bekal. Kalau begitu, kita juga perlu membeli penanak nasi berkualitas tinggi agar nasi tetap terasa enak meskipun sudah dingin, Dan jika kita memiliki microwave yang bagus, kita bisa membuat berbagai hidangan. Oh, apa kau tahu, oven microwave saat ini juga sudah bia membuat pasta loh! Itu luar biasa ya!”

Sangat nyaman bisa membuat pasta dengan microwave yang biasanya harus direbus! Dan juga menyenangkan bisa untuk menyantap nasi yang enak meski sudah dingin untuk bekal. Penanak nasi dirumahku yang dulu akan merubah nasi menjadi kuning dan keras segera setelah dihangatkan. Atau lebih tepatnya, bukankah dirinya tahu banyak tentang peralatan elektonik?

“Mesin cuci sebaiknya memiliih yang bertipe drum. Pemuatan deterjen dan pelembut kain yang secara otomatis juga cukup nyaman, apalagi hanya butuh waktu 98 menit dari mencuci hingga mengeringkan. Jadi Yuya-kun bisa langsung mencuci pakaian setelah pulang dari aktvitas klub, dan malam sebelum tidur bisa langsung dilipat.”

Jika aku tidak harus mengeringkannya, itu akan sangat membantu. Selain itu, sangat nyaman deterjen dan pelembut akan dimuat secara otomatis oleh mesin. Karena aku biasanya selalu tidak mengerti dan memasukkannya begitu saja. Sepertinya Hitotsuba-san benar-benar tahu banyak.

“Begini-begini aku adalah putri tunggal presiden perusahaan elekronik. Jadi ini wajar saja.”

“Hahaha. Kau luar biasa, Hitotsuba-san. Aku mah tidak tahu apa-apa tentang peralatan rumah tangga.”

“Kupikir kayaknya kalimat kita terbalik. Tapi daripada itu, akhirnya kau berbicara juga denganku. Apa kau marah karena aku tiba-tiba masuk ke kamar mandi?”

Sial. Karena refleks, aku jadi bereaksi.

“Jangan khawatir. Aku barangkali, sepertinya, mungkin tidak akan melakukannya lagi, jadi kumohon jangan marah kayak gitu.”

Aku terkesan dengan pengucapannya yang indah, tapi dapat dipastikan 100% bahwa ini adalah pernyataan dari mereka yang akan terus melakukan hal yang sama. Tidak ada elemen yang dapat membuat perkataannya meyakinkan di mana pun, dan jika ada, itu malah akan terasa lebih buruk.

“Kali ini...aku akan melakukannya di ranjang sesuai keinginanmu. Jadi maafkan aku  ya, nyan.”
“............S-Secara khusus kali ini aku memaafkanmu. Hanya kali ini loh ya! Jika kau melakukan hal yang seperti itu lagi, aku benar-benar tidak akan berbicara denganmu! Yah, mungkin sekitaran tiga jam!”

Aku ingin tahu, apakah ada pria yang tidak bisa menyerah pada senyuman gadis cantik dengan gerakan seperti kucing dan mengatakan ‘nyan’. Jadi bukan kesalahan bagiku kalau jadi menyerah!

“Fufufu. Aku benar-benar menyukai Yuya-kun yang seperti itu, imut sekali. Sekarang, kita sudah selesai sarapan, ayo segera bersiap-siap. Meskipun kita akan diantar dan dijemput Miyamoto-san, berbelanja membutuhkan waktu dan tenaga. Jika kita tidak pergi lebih awal, kita akan terlambat pulang nantinya.”

“Yah...kau benar. Oke, aku akan bersiap-siap.”

Aku segera berdiri dari sofa. Tapi dalam kasusku, tidak butuh waktu lama untuk bersiap-siap. Yang harus kulakukan adalah mengganti pakaianku, menata rambut dengan ringan, dan menunggu. Mengapa aku harus menata rambutku? Karena aku ingin tampil sebaik mungkin saat berdiri di samping gadis cantik yang terlihat seperti dewi.

“Tidak apa-apa. Seperti sekarang saja kau sudah keren kok. Selain itu, aku menyukai hati Yuya-kun lebih dari apa pun. Penampilan adalah nomor dua. Jadi tidak peduli apapun yang orang katakan, tidak usah dipikirkan, oke?”

Aku menghela nafas dan menggaruk kepalaku. Aku heran kenapa Hitotsuba-san suka mengatakan hal-hal yang membuatku senang dan malu. Apalagi mengatakannya sambil tersenyum, itu terlalu mempesona. Aku ingin menjadi pria yang cukup layak untuk berdiri di sampingnya.

Aku sudah mulai merasakan hal itu pada pagi pertama kami tinggal bersama.

Because I Like YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang