Di depan mading yang berada di halaman sekolah, ada banyak siswa-siswi yang berkerumun sehingga dari jauh pun mereka bisa kelihatan. Harusnya sih mereka adalah siswa-siswi kelas 2 dan 3, tapi batas antar jenjang di kerumunan tersebut tidak jelas.
“Pengumuman untuk siswa-siswi kelas 2 ada di sebelah kanan. Fufufu, tampaknya akan menyenangkan untuk melewati kerumunan ini, rasanya seperti petualangan.”
Aku merasa tidak enak terhadap Kaede yang lagi dalam semangat tinggi, tapi sebenarnya aku merasa kurang semangat. Lagian, itu benar-benar merepotkan untuk melewati kerumunan yang seperti di dalam kereta yang penuh sesak. Atau lebih tapanya. Bukannya semua orang datang ke sekolah lebih awal? Sekolah akan dimulai pukul 09:30, tapi sekarang baru saja lewat pukul 08:30. Bukankah mereka ini terlalu antusias?
“Yah, ini mah wajar saja, lagian ini adalah hari yang sangat penting untuk setahun kedepannya. Jadi tidak aneh kalau mereka datang lebih awal karena tidak bisa mengendalikan kegembiraan mereka.”
“Kurasa kau benar, bahkan kau sendiri juga bangun lebih awal dariku. Pukul berapa kau bangun tadi pagi?”
“Sekitaran pukul 5 lewat! Saat itu kau masih tidur dengan nyenyak dan sangat imut!”
Fufufu, dia tersenyum menggoda padaku, dan melihat itu, tentu saja jantungku sontak berdegub kencang. Sejak awal Kaede memang selalu memiliki senyum menggoda di wajahnya, tapi setelah kami melakukan aktivitas malam pertama kami, tampaknya kualitas senyumannya telah mencapai dimensi yang lebih tinggi lagi. Dia telah naik level dari seorang gadis menjadi seorang wanita.
“Ungkapan ‘bangun pagi-pagi akan bahagia’ memang benar ya. Sejak pagi-pagi sekali aku sudah sangat bahagia.”
Mengatakan itu, dia memeluk lenganku dengan erat dan memberiku senyuman malaikat. Melihat itu, jantungku mulai berdetak lebih cepat dan lebih cepat ketika ekspresi wajahnya secara bertahap mulai berubah. Selain itu, ini sangat buruk jika lenganku terjepit diantara dua bukit kembar yang lembut dan kenyal-kenyal, yang bahkan hal itu dapat diketahui dari melihat bagian atas pakaiannya. Ini benar-benar buruk karena ini rasanya sepeti ada sensasi sihir yang membuat pikiranku merasa tidak ingin melepaskannya begitu aku menyentuhnya.
“Ada apa, Yuya-kun? Wajahmu kelihat merah loh?”
“---! Bukan begitu!? Ini gara-gara sinar matahari!”
Aku memalingkan wajahku untuk menutupi rasa maluku yang memikirkan sensasi surgawi yang memusingkan. Melihatku yang seperti itu, Kaede menertawakanku. Kalau sudah begini, aku tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya.
“Issh..., dasar Yuya-kun mesum.”
Dia membisikkan itu di telingaku dengan suara manis yang melelehkan otakku dan mengirimkan arus listrik ke seluruh tubuhku. Selain itu, dia juga meniup-niup telingaku dengan lembut yang membuatku sontak langsung melompat mundur. Pada akhirnya, aku merasa tubuhku memanas sehingga aku bahkan bisa tahu kalau tidak hanya pipiku saja, tapi pasti telingaku juga berwarna merah cerah.
“K-Kaede-san! Sudah kubilang kalau sesuatu seperti itu baru boleh dilakukan saat kita ada di rumah, kan!? Apa kau tahu sekarang kita ada di mana!? Kita di sekolah, tau!?”
“Jangan musingin masalah itu. Yang lebih peting dari pada itu, ayo pergi melihat pengumuman kelas secepat mungkin!”
‘Lebih penting dari pada itu’ katamu!? Bagiku ini tuh masalah hidup dan mati, tau!? Habisnya, lihat tuh, tatapan para siswa menjadi sangat tajam ke arahku! Kalau mereka cuman menatapku dengan emosi negatif yang seharusnya tidak mereka berikan pada teman mereka sendiri sih masih mending, tapi aku bahkan bisa mendengar suara mereka yang penuh dengan dendam.
[Bajingan Yoshizumi itu..., setelah liburan dia jadi semakin melewati batas...]
[Aku sendiri juga mau telingaku ditiup-tiup oleh Hitotsuba-san... Jadi bertukar tempatlah denganku, Yoshizumi.]
[Mengapa aku harus mengkonsumsi banyak sekali gula di hari pertama masuk sekolah setelah liburan? Persetan dengan kalian, Meotople!]
Sip, aku akan berpura-pura tidak melihat atau mendengar semua itu. Aku kemudian mengikuti Kaede dari belakang sambil menyaksikan fenomena misterius dimana terciptanya sebuah jalur alami saat dia menuju mading. Buset dah, apa ada semacam tekanan tak terlihat yang keluar dari Kaede?
“Errr..., errm, mana ya namaku—Aah! Ini dia! Oh, aku di kelas 2B! Kalau Yuya-kun—aaah...”
Eh, apa? Ada apa dengan suara kecewa yang kau lontarkan seolah kau baru saja melihat suatu tragedi? Aku jadi cemas, apa jangan-jangan aku berada di kelas yang berbeda darinya?
“...Nah, mengenai itu..., kau bisa melihatnya sendiri Yuya-kun.”
“Kalau kau memalingkan wajahmu seperti itu, tampaknya aku tidak sekelas denganmu...”
Sambil menghela nafas, aku memeriksa nama-nama yang ditulis di kelas 2A, melewatkan kelas 2B yang pada akhirnya tidak akan ada namaku di dalamnya, melihat kelas 2C, 2D, 2E, dan akhirnya 2F, tapi aku tidak bisa menemukan namaku. Ini artinya—
“Oh itu dia..., namaku ada di kelas 2B...”
Namaku tertulis di kolom kelas 2B yang kulewati karena kupikir namaku tidak akan ada di sana. Aku terkejut dan terkesan, tapi kelegaan yang kurasakan jauh lebih besar dari semua itu. Saat aku melihat wajah Kaede yang tampak sedih tadi, kupikir kami akan berada di kelas yang berbeda untuk setahun kedepannya. Aku senang kalau ternyata bukan demikian masalahnya. Aku bersykur kami telah pergi ke kuil untuk berdoa.
“Muu~... Reaksimu tampak biasa saja, Yyua-kun.”
Untuk beberapa alasan, Kaede memprotesku dengan wajah yang cemberut, tapi asal tahu saja, aku merasa lega ini karena tadi kau bertingkah aneh, tau? Jika kau tahu bahwa kita berada di kelas yang sama, terus kenapa kau menampilkan ekspresi wajah yang seperti tadi?
“Ya kan aku cuman mau membuat kejutan kecil. Te~he.”
Tingkahnya yang memukul kepalanya sendiri sambil menjulurkan lidahnya itu sangat imut. Itu memiliki kekuatan penghancur yang cukup untuk membuatku yang ingin menyentil kepalanya jadi mengurungkan niatku. Kemudian, aku berdehem sekali untuk menenangkan diriku. Ngomong-ngomong, selain Kaede, di kelas 2B juga ada nama-nama lain yang kukenal.
“Jadi Shinji, Otsuki-san, dan bahkan Nikaido juga akan satu kelas dengan kita ya. Bukannya ini terlalu berlebihan?”
“Fufufu, bukannya ini justru merupkan hal yang baik? Aku punya firasat kalu tahun ini akan terasa sangat menyenangkan!”
“Aku juga merasa ini akan menjadi tahun di mana banyak hal mungkin akan terjadi.”
Kaede tersenyum lebar dengan kesan yang sangat antusias. Di sisi lain, aku hanya tertawa kecil dengan kesan yang gelisah. Tapi pada dasarnya, apa yang kami pikirkan adalah sama. Aku yakin kalau mulai hari ini masa-masa kelas 2 SMA-ku akan memuaskan. Bagaimanapun juga, ada turnamen sepak bola, festival olahraga, liburan musim panas, festival budaya, dan juga perjalan sekolah serta banyak event-event lainnya.
“Ayo buat berbagai kenangan di tahun ini, Yuya-kun!”
“Ya, kau benar. Ayo buat banyak kenangan bagi kita berdua.”
Dengan begitu, aku dan Kaede berjalan berdampingan menuju ruang kelas tempat kami akan menghabiskan masa-masa SMA baru kami.

KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Like You
RomansSinopsis : ~Ryoushin no Shakkin wo Katagawari Shite Morau Jouken wa Nihon'ichi Kawaii Joshikousei to Issho ni Kurasu Koto Deshita~ ( Judul Asli ) Si MC, Yoshizumi Yuya, dipaksa untuk melunasi hutang yang ditinggalkan oleh orang tuanya yang telah me...