Bus dalam perjalanan pulang lebih berisik daripada saat kami berangkat. Terkadang kami berbicara tentang apa yang terjadi di kemah pelatihan ini, dan setiap orang begitu bersemangat untuk pulang.
Ngomong-ngomong, aku merasakan banyaknya tatapan yang dipenuhi dengan berbagai emos dari belakangku dibandingkan saat kami dalam perjalanan berangkat. Alasannya—
“Fufufu~. Aku senang bisa duduk di sebelahmu dalam perjalanan pulang!”
Seperti yang bisa dinilai dari perkataan itu, alasannya adalah Kaede duduk di sebelahku. Aku duduk di dekat jendela dan Kaede duduk di sisi lorong. Ngomong-ngomong, Shinji duduk sendirian di seberang kami.
Jawabannya atas bagaimana ini terjadi sederhana: kami menghabiskan terlalu banyak waktu untuk berbelanja.
Pada saat kami memilih oleh-oleh untuk orang tua Kaede dan mengatur pengiriman boneka binatang, saat itu waktu pertemuan sudah dekat. Karena begitu terburu-buru, kami lupa kalau kami berpegangan tangan dan naik bus bersama-sama.
Sambil terengah-engah, kami duduk di kursi kosong seolah itu adalah hal biasa, tapi tentu saja, guru jadi marah. Tapi kami tidak ingin membuang-buang waktu untuk mengembalikan Kaede yang berasal dari kelas yang berbeda, jadi kami memutuskan untuk pergi apa adanya.
“Kemah pelatihan ini menyenangkan. Ayo kita melakukan perjalanan untuk bermain ski pada liburan musim dingin mendatang! Aku ingin bermain ski lagi bersamamu!”
“Kau benar. Kuharap kita bisa bermain ski lebih banyak di musim dingin mendatang. Aku yakin kau bisa bermain di jalur yang sulit, jadi tunjukkan padaku bagiang-bagian dirimu yang keren, oke?”
Keterampilan Kaede cukup baik karena setiap tahunnya dia akan liburan dengan bermain ski bersama keluarganya, dan peluncurannya sangat indah sehingga mau tidak mau aku hanya bisa mengaguminya, Bahkan instruktur juga memujinya. Aku harus membawa kamera saat berikutnya kami pergi.
“Kalau begitu aku juga akan mengambil banyak fotomu Yuya-kun, oke? Aku harus memotret wajah imutmu yang sedang jatuh dan malu-malu, apapun yang terjadi!”
Tidak, jangan mengambil fotoku yang setolol itu. Jika kau memang mau mengambil foto, maka potret saja saat aku terlihat keren. Yah, meski tidak ada yang akan seperti itu saat aku bermain ski.
“Tidak apa-apa, oke? Menurutku Yuya-kun yang bekerja keras meski tidak terbiasa keren banget. Aku suka bagian itu dari dirimu, jadi bukankah aku harus memotretnya sebagai kenang-kenangan?”
Sambil tertawa, dia meletakkan kepalanya di bahuku. Sungguh, aku tidak bisa mengatakan tidak jika diberitahu seperti itu, aku tidak bisa menggunakan hak penyangkalanku jika dia tersenyum kepadaku.
“Lakukanlah apa saja yang kau inginkan... Tidak mungkin aku bisa mengatakan tidak jika keu memperlihatkan wajah imut itu padaku. Itu curang...”
Aku ingin mengambil foto dari senyuman itu dan mengaturnya sebagai wallpaper di ponselku. Oh iya, mengapa aku tidak mengambil fotonya menggunakan kamera ponsel dalam posisi ini?
“I-Itu tidak boleh! Menurutku itu tidak baik untuk berfoto di dalam bus!! Perhatikan tata krama! Perhatikan tata krama!”
Kaede membuat alasan sambil mengangkat kepalanya dan mengatakannya dua kali karena menurutnya itu penting, tapi tampaknya bukan itu masalahnya. Jika melihat sekeliling, semua orang sedang mengambil foto sesuka mereka.
“Kalau mau aku bisa mengambilkan foto untuk kalian? Kupikit aku akan bisa mendapatkan foto yang bagus dari sudut ini?”
“A-A-Apa yang kau katakan Higure-kun!?”
“Sip, aku mengandalkanmu, Shinji!”
Aku memberikan ponsel-ku ke Shinji, dan meletakkan daguku di bahunya sambil memeluk Kaede dari belakang. Wajah hingga daun telinganya langusng memerah semerah daun musim gugur.
“Yu-Yuya-kun!?”
“Oke, chees.”
“Eh!? Higure-kun!? Apa kau barusan memotretnya!?”
Kerja bagus Shinji! Itu benar-benar sempurna saat kau tidak melewatkan momen ketika Kaede terkejut dan segera menekan shutter! Itu adalah bagian yang paling imut!
“Mmh, kurasa aku berhasil mengambil foto yang bagus dari wajah panik Hitotsuba-san. Bagaiman, Yuya? Apa kau ingin mengambil foto lain?”
“Ayo berfoto lagi! Aku akan melakukannya dengan benar kali ini, jadi ayo berfoto lagi! Benar, kan Yuya-kun?”
“Tentu saja. Tolong fotokan, Shinji.”
Shinji kembali memegang kamera sambil tersenyum. Aku kembali memeluk Kaede dengan erat. Tidak seperti sebelumnya yang terkejut, kali ini Kaede menyandarkan kepalanya ke tubuhku. Wajahnya masih merah, tapi dia masih tetap tenang.
“Oke, chees!”
Dalam foto kedua yang dipotret oleh Shinji, kami terlihat sangat bahagia, meskipun jika aku sendiri yang mengatakannya.
“Yuya-kun. Kirimkan foto itu padaku nanti, oke?” katanya, merasa sedikit malu.
Aku menjawab “tentu saja”, dan kembali membelainya. Kaede-san sedikit mengeluh tapi dia terlihat nyaman, itu sangat menggemaskan.
“Ahahahaha... Tolong aku Akiho. Sepertinya aku akan kena diabetes...”
Aku pura-pura tidak mendengar tawa kering Shinji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Like You
RomanceSinopsis : ~Ryoushin no Shakkin wo Katagawari Shite Morau Jouken wa Nihon'ichi Kawaii Joshikousei to Issho ni Kurasu Koto Deshita~ ( Judul Asli ) Si MC, Yoshizumi Yuya, dipaksa untuk melunasi hutang yang ditinggalkan oleh orang tuanya yang telah me...