"—Orang yang kucintai bukanlah orang yang lemah!"
Saat aku membungkuk meletakkan satu tanganku di lutut dan menyeka keringat di wajahku, aku mendengar suara orang yang kucintai. Itu adalah suara yang mengatakan bahwa aku adalah orang yang luar biasa dengan hati yang kuat yang tidak akan menyerah pada keputusasaan, suara dari orang yang sangat kusayangi.
Dua puluh menit telah berlalu sejak babak kedua dimulai, dan skor saat ini adalah 1-2, di mana kami berada di posisi kalah, dan Sugitani-senpai serta teman-teman satu timnya masih terus menyerang untuk kembali mencetak gol. Kami berusaha mati-matian untuk bertahan agar tidak kebobolan untuk yang ketiga kalinya, tapi tidak akan aneh kalau itu sampai terjadi jika kami sudah mencapai batas dari pertahanan yang bisa kami lakukan.
"Semangat, Yuya-kun! Lakukanlah yang terbaik!!!"
Dari pinggir lapangan, Kaede-san menyorakiku untuk melakukan yang terbaik. Kalau sudah begini, maka aku harus menanggapi sorakannya itu, bukan? Dengan pemikiran itu, aku menarik napas dalam-dalam untuk mengontrol napasku yang tidak teratur, memompa udara segar ke paru-paruku dan mengeluarkan semua rasa lelah yang mengalir di sekujur tubuhku.
Baiklah, mulai dari sini, ayo buat keajaiban.
Tim lawan melakukan tembakan, namun bola itu membentur mistar gawang dan melambung keluar. Bagus, karena sekarang bola ada bersama kami, jadi kami bisa memulai serangan balik. Kami masih memiliki kesempatan di sini.
"—Shinji! Putar balik—!!"
Bersamaan ketika aku meninggikan suaraku kepada rekanku, aku mulai berlari. Rekanku langsung mengerti niatku, dan meminta bola dengan suara yang keras kepada penjaga gawang yang menendang bola jauh ke dalam wilayah musuh.
"Mereka melakukan serangan balik—!! Mundur—!!"
Mungkin memulai serangan cepat namun berhati-hati adalah pemikiran yang baik untuk dipilih di sini, tapi yang kami pilih di sini adalah melakukan umpan panjang yang sederhana. Ini merupakan taktik yang sering digunakan di menit-menit akhir pertandingan ketika gol sangat dibutuhkan, dengan kata lain, power play.
[Catatan Penerejmah: Power play adalah taktik serangan yang melibatkan konsentrasi pemain pada sampai pada titik tertentu.]
Kami memanfaatkan kecerebohan dan celah yang tercipta karena tim lawan terlarut dalam suasana untuk membidik gol ketiga, serta memanfaatkan keterlambatan mereka dalam pengambilan keputusan akibat kelelahan.
Keakuratan dari umpan jarak jauh memanglah rendah, tapi aku mempercayai rekanku dan terus berlari ke arah pertahanan musuh dengan kecepatan penuh. Aku merasakan bola terbang tinggi di atas langit di belakangku, dan ketika tujuanku sudah berada di depanku, aku melihat ada empat bek termasuk Sugitani-senpai serta kiper yang berdiri siap menghalangiku.
"Gak akan kubiarkan!!!"
Sugitani-senpai mendekatiku. Ini adalah situasi yang mirip seperti ketika aku mencetak gol pertama, tapi kurasa saat ini aku berada dalam posisi yang kurang menguntungkan. Bagaimanapun juga, kali ini, bola belum ada di kakiku, atau malahan, aku bahkan tidak melihat bola sudah sampai di mana.
Jika di sini aku menunggu bola jatuh, nantinya akan membutuhkan waktu untuk menggiring bola karena Sugitani-senpai pasti telah menutup jaraknya denganku. Dan kalau hal tersebut memakan cukup banyak waktu, pemain-pemain lain dari tim musuh akan kembali untuk bertahan, dan kemudian aku akan dikepung. Kalau sudah begitu, serangan kami tidak akan berjalan mulus.
Karenanya, di sini aku hanya punya satu pilihan, yaitu percaya pada rekanku.
"—Apa?!!"
"Rekanku memang hebat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Like You
RomanceSinopsis : ~Ryoushin no Shakkin wo Katagawari Shite Morau Jouken wa Nihon'ichi Kawaii Joshikousei to Issho ni Kurasu Koto Deshita~ ( Judul Asli ) Si MC, Yoshizumi Yuya, dipaksa untuk melunasi hutang yang ditinggalkan oleh orang tuanya yang telah me...