Bab 86 Aku Ingin Bermesraan Saat Menonton Film

47 5 0
                                    

Bagian dalam bioskop berangsur-angsur menjadi gelap, dan trailer mulai diputar. Rika-chan, yang duduk di sebelah kananku, melempar popcorn ke mulutnya dan kemudian meminum Cola dengan mata yang berbinar.

Kalau kau makan dan minum dengan kecepatan seperti itu, bukannya itu nanti malah akan habis pas di pertengahan film, atau kau mungkin malah akan bolak-balik ke toilet?

“Tidak apa-apa. Kalau aku kebelet, aku akan menahannya.”

“Tidak, bukan itu masalahnya. Tapi yang jelas, makan dan minumnya pelan-pelan aja, oke? Karena kalau kau mondar mandir di pertengahan film, itu akan menganggu pelanggan yang lain.”

“Ini memang tidak bisa dihindari, Yuya-kun. Kalau kau makan popcorn, pastinya kau juga ingin meminum cola. Rika-chan, kalau kau memang kebelet dan pingin ke toilet, jangan ditahan-tahan dan bilang saja, oke?”

Kaede, yang duduk di sebelah kiriku, memberi tahu Rika dengan suara kecil, terhadap itu, Rika-chan menganggukkan kepalanya.

Mengenai saran yang Kaede usulkan untuk menentukan siapa yang berhak duduk di sampingku, hasilnya adalah Rika-chan memenangkan undian tersebut. Tapi sayangnya, ketika aku memeriksa nomor kursiku, ternyata aku berada tepat di tengah-tengah keduanya. Jadi sejak awal, baik Kaede dan Rika-chan memang akan duduk di sampingku. Yah, kurasa itu wajar saja.

“Fufufu. Ini pertama kalinya aku menonton film pahlawan dengan efek khusus di bioskop. Entah kenapa, aku jadi agak bersemangat.”

“Sebenarnya, ini pertama kalinya juga bagiku. Aku sangat menantikannya.”

“Hei, kalian. Filmnya akan segera dimulai, jadi diamlah! Jangan mengobrol selama pemutaran, oke?”

Saat aku ngobrol dengan Kaede, Rikac-chan jadi marah. Setelah meminta maaf, aku memusatkan perhatianku ke arah layar.

Setelah video yang menampilkan larangan penguploadan ilegal berakhir, lampu benar-benar dimatikan dan ruangan menjadi gelap. Segera setelah pembukaan yang familiar di tebing selesai, film itu dimulai dengan adegan pertempuran yang dahsyat.

Ngomong-ngomong, ini adalah kolaborasi dari pahlawan sentai dan pahlawan bertopeng, yang dimulai dengan pahlawan sentai.

Dengan tatapan yang kekanak-kanakan saat melihat film, Kaede menggenggam tanganku. Aku terkejut dengan tingkahnya yang tiba-tiba itu, tapi tanpa mengatakan apa-apa, aku menjalinkan jari-jariku dan balas menggenggamnya.

Saat aku melirik ke arah Kaede, mata kami saling bertemu. Bahkan dalam kegelapan, aku bisa melihat dengan jelas senyuman yang terbentuk di bibir lembabnya. Ekspresinya terlihat sangat dewasa, membuatku tidak percaya kalau kami ini seumuran.

“Kau tahu, aku selalu ingin mencoba melakukan ini sekali. Menonton film di bioskop sambil berpegangan tangan dengan seseorang yang kucintai.”

“Jadi, bagaimana kesanmu saat pertama kali mencobanya?”

“Fufufu. Rasanya sangat menyangkan, aku merasakan sensasi kegembiraan yang berbeda dari biasanya.”

Mengatakan itu, Kaede meringkuk di bahuku. Apalagi, genggaman tangan kami telah berubah menjadi persilangan lengan Aaaah, sungguh sensasi yang lembut.

“Kalau Rika-chan tidak ada..., aku ingin kita berciuman. Yah, kurasa kita harus melakukannya di lain waktu.”

“Itu usulan yang menarik, tapi kupikir itu bukanlah sesuatu yang baik untuk dilakukan, Kaede-san.”

Berciuman di depan umum jelas tidak baik! Maksudku, hal semacam itu adalah momen yang berharga karena dilakukan di ruangan yang hanya terdiri dari dua orang, dan menurutku, tidaklah baik melakukannya di depan umum. Di hidupmu, kau hanya akan satu kali bisa berciuman di depan umum.

“Itu artinya... di pesta pernikahan? Ya ampun, itu masih terlalu dini tahu, Yuya-kun. Ngomong-ngomong, kau maunya di adakan dimana upacara pernikahannya? Terus, apa bulan madunya di luar negeri?”

Lah, bukannya kau malah jadi membicarakannya terlalu jauh! Tapi jika memungkinkan, aku ingin mengadakan pesta pernikahan dalam ukuran kecil. Tapi mengingat posisi keluarga Kaede, kurasa itu tidak mungkin. Sedangkan untuk bulang madu, aku ingin pergi ke resort tempat kami bisa menghabiskan waktu dengan tenang. Tapi...

“Tapi asal tahu saja, kemanapun itu, aku akan bahagia dan bersenang-senang jika itu bersama dengamu, Yuya-kun.”

“...Baru aja aku mau mengatakan itu.”

“Fufufu, maka itu artinya kita ini memang benar-benar serasi.”

Aku senang kami memikirkan hal yang sama. Aaaah, aku jadi ingin mencium Kaede sekarang sebelum akar lidahku mengering.

“Kita memang tidak bisa berciuman, tapi sebagai gantinya... *mendekat*. Kita akan bisa menempel seperti ini.”

Kaede menunjukkan senyum tidak senonoh dan memeluk lenganku lebih erat. Melihat betapa imutnya tingkahnya itu, aku jadi tidak bisa menahan diri untuk membelai kepalanya. Ya ampun, kami malah jadi tidak menonton filmn. Selain itu, meskipun kami tidak bersisik, Rika-chan pasti akan marah.

“――――――”

Rika-chan menatap film itu dengan yang mata terbuka lebar dan penuh konsentrasi. Jadi ini yah tampilan dari seorang anak yang berkonsentarasi.

“Tidak enak jika kita menganggu pelanggan yang lain, jadi ayo kita menonton film dengan tenang juga.”

“Ya, kau ada benarnya.”

Tapi sayangnya. Setelah film itu selesai, aku dan Kaede dimarahi habis-habisan oleh Rika-chan.

Because I Like YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang