Di SMA Meiwadai, musim semi adalah masa-masa yang cukup sibuk. Pertama-tama adalah minggu dimana baik klub olahraga maupun klub budaya akan berperang dan melakukan semua yang bisa mereka lakukan untuk merekrut anggota baru. Jika dalam perang ini ada suatu klub yang kalah, maka klub itu bisa-bisa ditutup, jadi masing-masing klub sama-sama berjuang mati-matian.
Dan yang kedua adalah porseni yang akan diadakan pada awal bulan Mei. Anak laki-laki akan bermain sepak bola, dan anak perempuan akan bermain bola basket, ini adalah event besar setelah Festival Olahraga dan Festival Budaya yang akan diadakan dalam format turnamen terlepas dari kelas masing-masing. Apalagi, rencananya event ini akan dibagi menjadi dua hari, jadi bisa dilihat seberapa seriusnya event ini digelar.
[Catatan Penerjemah: Porseni (Pekan Olahraga dan Seni).]
“Baiklah, kupikir kalian semua sudah tahu bahwa tujuan utama dari porseni ini adalah untuk menyatukan kelas baru dan mengenal siswa-siswi baru..., dan jika kita juga harus berpartisipasi di dalamnya, maka kupikir kita harus membidik kemenangan, apa kalian setuju?”
Di sesi pelajaran pagi, wali kelas kami, Fujimoto-sensei, menanyakan itu pada kami dari depan podium. Yah, seperti yang diharapkan dari penasihat klub lintasan berkelas nasional, dia juga bahkan bertujuan untuk memenangkan porseni kali ini. Ngomong-ngomong, tahun lalu, kami anak laki-laki kelas satu kalah dalam pertandingan pertama kami melawan tim dari kelas tiga yang di dalamnya ada beberapa senior dari klub sepak bola. Sedangkan untuk para gadis, terlepas dari upaya Nikaido, mereka kalah di babak ketiga.
“Nah, untuk anak laki-laki, kita punya Yoshizumi dan Higure. Dan ada juga Mogi yang bergabung dalam klub bisbol, jadi kita memiliki cukup banyak atlet atletik. Dan untuk perempuan, kita memiliki ace dari klub basket, Nikaido, dan juga Hitotsuba. Jika kita merencanakan strategi kita dengan baik, menurutku kita pasti bisa menang, bagaimana menurut kalian?”
Sekalipun kau bertanya begitu, tetap saja kami merasa kewalahan. Lagipula sejak awal, mengapa malah dirimu yang jauh lebih termotiviasi daripada kami siswa-siswi?
“Yuya-kun, Yuya-kun.”
“Hm? Ada apa, Kaede-san?”
Saat aku bertanya-nya mengapa Fujimoto-sensei begitu termotivasi tentang porseni kali ini, Kaede, yang duduk di sebelah kiriku, diam-diam mendekati mejaku dan berbisik. Ada apa ya?
“Aku ingin melihat penampilan kerenmu, Yuya-kun. Jadi aku akan melakukan yang terbaik untuk mendukungmu.”
Dia membisikkan itu di telingaku, dan kemudian menampilkan senyuman malaikat sambil tertawa “ehehe” yang menyalakan saklar motivasiku. Jika Kaede akan mendukungku, tidak mungkin kalau aku tidak akan termotivasi!
“......Oi, Shinji.”
Memangil nama sahabatku, aku menendang pelan kursinya yang duduk di depanku. Saat dia berbalik ke arahku, kulihat kalau sudut mulutnya terangkat, tampaknya pacar kesayangannya habis mengatakan sesuatu padanya. Matanya terlihat sangat membara. Jika demikian...,
“Sensei! Kita harus meraih kemenangan! Saat ini aku dan Shinji sangat termotivasi!”
“Sip! Jadi itu ya yang kalian pikirkan! Nah, bagaimana dengan yang lainnya!?”
Tiba-tiba menjadi bersemangat, Fujimoto-sensei menanyakan itu pada anak laki-laki lain. Akan tetapi, mereka sepertinya tidak bisa memutuskan apa yang harus mereka lakukan. Bahkan Mogi dari klub bisbol yang sudah sekelas denganku dan Shinji sejak tahun lalu, tampaknya juga sama tidak yakinnya dengan yang lainnya.
“Teman-teman, lakukanlah yang terbaik untuk membidik kemenangan! Aku juga akan melakukan yang terbaik untuk mendukung kalian semua!”
Orang yang mengatakan itu adalah Kaede, dan kata-katanya itu menyulut api yang berada di dalam hati anak laki-laki. Mereka kemudian mengangkat tinju mereka ke atas dan berseru, “Kita pasti akan menang!”. Nah, bagaimana aku harus mengatakannya..., mereka semua sangat gampangan.
“Kalau begitu, mari kita bidik kemenangan baik untuk laki-laki dan perempuan! Ya ‘kan, Nikaido-san!?”
“Eh, Aku? Yah, aku juga akan berpartisipasi dalam porseni ini, jadi jelas aku ingin menang, tapi apa kau juga akan berpartisipasi, Hitotsuba-san?”
“Tentu saja, ayo sama-sama melakukan yang terbaik untuk menang.”
Fufufu, tawa Kaede, tanpa adanya rasa takut. Dia kelihatannya sangat percaya diri, apakah dia baik-baik saja? Tapi yah, kalau mau jujur, keatletisan Nikaido itu luar biasa. Aku bahkan sampai merasa kagum saat melihatnya di pelajaran olahraga.
“Jadi begitu ya, oke, kuharap Hitotsuba-san juga akan melakukan yang terbaik. Dengan ini mungkin kita akan benar-benar bisa menang.... Oh, tapi untuk itu, kita jelas butuh dukungannya Yoshizumi, kan?”
Oi, jangan menampilkan senyum pangeran menyegarkanmu itu padaku. Aku ‘kan jadi merasa deg-degan saat melihatnya! Lagian, jika Kaede akan ikut bermain dalam pertandingan bola basket, maka aku pasti akan mendukungnya sampai suaraku habis. Sesuatu seperti itu tidak perlu dipertanyakan lagi, ‘kan?
“Dengan dukungan dari Yuya-kun, kemampuanku akan setara dengan 100 orang! Aku akan membeirkan 120% kekuatanku untuk meraih kemenangan!”
“Kau sungguh bisa diandalkan. Dengan begini, tampaknya aku akan bisa menebus kegagalan tahun lalu. Kami mengandalkan dukungan darimu, Yoshizumi.”
“Aku akan melakukan yang terbaik supaya bisa memberikan dukungan. Dan kau juga, lakukanlah yang terbaik, Nikaido.”
Penampilan Nikaido yang sedang bermain basket itu sangat keren sehingga aku tidak bisa untuk tidak mengaguminya. Aku tidak sabar untuk melihat reaksi ilmiah apa yang akan terjadi ketika dia dan Kaede bekerja sama dan bermain sekuat tenaga.
“......Dasar mulut buaya.”
“......Dasar Yuya-kun tukang selingkuh.”
Aku menerima serangan ganda dari wajah cemberut Kaede dan tatapan Nikaido. Lah, kenapa sih!? Atau lebih tepatnya, aku selingkuh!? Kupikir pernyataanmu sama sekali tidak benar loh, Kaede!
“Fufufu..., porseni ini sudah berada di genggamanku. Jika kalian memenangkan pertandingan putra dan putri, yakiniku akan menjadi milikku!”
Saat aku memeras otakku, tiba-tiba Fujimoto-sensei menjadi kegirangan dan mengangkat teriakan kemenangan. Apaan sih, ngejutin ae lu pak!
Oh iya, baru-baru ini, aku mengetahui kalau tampaknya wali kelas dari seluruh kelas 2 akan membelikan wali kelas dari kelas yang memenangkan porseni kali ini yakiniku. Dan tampaknya, demi yakiniku itulah beliau memotivasi kami.
“Oke..., jika kita menang, aku akan mentraktir kalian semua yakiniku. Dengan begitu kalian puas, kan?”
Apa Sensei yakin tentang ini? Jika kami semua ditraktir yakiniku, maka satu-satunya yang dirugikan hanyalah Sensei saja loh. Tapi yah, tetap saja, kalian para guru juga tampaknya sangat bersemangat tentang porseni kali ini.
“Fufufu. Mungkin memang masih agak lama, tapi ayo lakukan yang terbaik untuk menang, Yuya-kun!”
“Kau benar. Dengan dirimu yang mendukungku, aku tidak boleh sampai kalah. Aku akan melakukan yang terbaik supaya menang!”
“Sip, dengan begini aku bisa mengambil banyak foto dan video kerennya Yuya-kun... Guhe~”
Mungkin itu terlalu awal untuk memikirkannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Like You
RomanceSinopsis : ~Ryoushin no Shakkin wo Katagawari Shite Morau Jouken wa Nihon'ichi Kawaii Joshikousei to Issho ni Kurasu Koto Deshita~ ( Judul Asli ) Si MC, Yoshizumi Yuya, dipaksa untuk melunasi hutang yang ditinggalkan oleh orang tuanya yang telah me...