Bab 152 Lanjutannya Cuman Makan Es Krim

19 2 0
                                    

"Nah, Yuya-kun, aaaaannn~...."

Dengan suara yang terdengar sangat bahagia hingga seperti ada simbol ♪ di akhir nadanya, Kaede-san memasukkan sendok es krim ke dalam mulutku. Es krim stroberi standar tapi cukup royal itu sedikit meleleh, namun rasa manis dari es krim itu sangatlah enak.

"Gimana? Apa rasanya enak?"

"Ya, rasanya sangat enak sampai-sampai aku tidak tahu apakah aku pernah mencicipi es krim yang seenak ini sebelumnya."

Merek dari es krim ini adalah merek yang terabik yang bisa dibeli di toserba. Karenanya, bagiku, es krim ini adalah makanan yang mewah yang jarang-jarang bisa aku makan. Tekstur dari krimnya sangat lemubt saat menempel di langit-langit mulutku, dan tidak hanya memiliki rasa yang manis, tapi es krim itu juga memiliki rasa stroberi yang kuat.

"Fufufu, baguslah kalau begitu. Nih, makanlah lagi."

"Makasih, Kaede-san."

Merasa seperti anak kecil, aku kembali memakan es krim. Kalau sudah begini, rasanya bodoh untuk memikirkan siapa di antara kami yang sebenarnya merupakan anak manja. Tapi mengesampingkan soal itu, aku yakin, alasan mengapa es krim ini terasa begitu enak adalah karena aku memakannya saat aku bersama Kaeede-san.

"Entah mengapa, melihatmu sangat menikmati es krim ini membuatku ingin merasakannya juga. Boleh gak kalau aku nyicip dikit?"

"Hmm? Tentu saja, ayo kita makan sama-sama."

Dengan mata yang terlihat ngiler, Kaede-san bertanya padaku saat dia menyuapiku es krim. Nah, karena aku merasa tidak enak kalau memonopoli es krim ini sendirian, jadi aku langsung meng'iyakan permintaannya, tapi kemudian Kaede-san malah tersenyum menyeringai lagi kepadaku. Hmm, hal gila apa lagi yang sedang dia pikirkan?

"Karena ini adalah es krimmu, jadi aku tidak boleh menyendoknya langsung dan memasukkan ke mulutku, tapi sebagai gantinya——"

"Hah? Tungg—, Kaede-san? Kau ngapain? Mengapa kau melingkarkan tanganmu di leherku? Bukannya kau ingin makan es krim juga?"

"Ssst, jangan banyak bicara, soalnya nanti aku malah tidak akan bisa makan es krimmu!"

Sorot matanya menjadi tajam dan ekspresi serta suaranya terdengar sangat menyihir. Aku bingung dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba ini, tapi kemudian, dia tersenyum dan menciumku. Apalagi, tidak seperti biasanya, itu tiba-tiba menjadi ciuman dewasa yang panas, manis, dan melelehkan otak.

Suara air liur sontak menggema di dalam ruang tamu yang tenang. Saat Kaede-san menciumku, lidahnya yang lembut dan subur menikmati sisa-sisa es krim yang ada di mulutku, membuat pikiranku menjadi blank dalam seketika. Aaah, rasanya aku ingin terus dilebur oleh Kaede-san seperti ini.

"Nggghh...., haaaah... Fufufu, Yuya-kun, apa kau tahu seperti apa ekspresimu sekarang?"

"...Aku malu, tolong jangan lihat aku."

"Wajahmu merah cerah dan kelihatan sangat terangsang loh..., fufufu, kau benar-benar imut. Hei, boleh tidak kalau aku merasakan es krimnya lebih banyak lagi?"

"...Mm."

Tidak sanggup menghadang terjangan godaan, aku menganggukkan kepalaku dan Kaede-san tersenyum bahagia saat dia menempelkan bibirnya di bibirku lagi. Kali ini, ciuman kami lembut seolah-olah menegaskan cinta kami satu sama lain, penuh hayat seolah-olah menyampaikan perasaan kami satu sama lain, tapi di saat yang sama masih lebih intens daripada sebelumnya.

---

Hadiah terbaik dari Kaede-san terus berlangsung sampai sisa es krim yang ada di cangkir mencair sepenuhnya.

"Kita terlalu terbawa suasana sampai-sampai es krimya jadi mencair, apa yang harus kita lakukan...?"

"Sayang kalau mau dibuang, jadi kurasa aku akan meminumnya saja."

"Oh, kalau begitu bagaimana jika aku membuatmu meminumnya dari mulutku?! Ya, itu ide yang bagus, ayo lakukan itu!"

Dengan sopan aku menolak idenya Kaede-san dan dengan cepat mengambil cangkir es krim darinya dan langsung meminum isinya dalam satu tegukan. Dia sontak mengeluarkan gerutuan kecewa, tapi aku memutuskan untuk pura-pura tidak mendengarkan itu. Bagaimanapun juga, aku perlu meminum jus manis seperti itu supaya pikiran jernihku yang telah terhempas bisa kembali kepadaku, jadi aku yakin aku akan berubah menjadi bayi kalau aku meminum jus itu melalui mulutnya.

"Baiklah, dengan begini udah selesai! Sekarang sudah larut malam, jadi ayo gosok gigi dan tidur!"

"...Aku gak mau gosok gigi kalau bukan kamu yang gosokin."

"Hah? Kaede-san, barusan kau bilang apa?"

"Kubilang aku gak mau gosok gigi kalau bukan kamu yang gosokin! Itu gak masalah, bukan? Ayo kita lakukan permainan menggosok gigi yang sehat bersama-sama!"

Ya ampun, yang kayak begitu kok malah disebut permainan! Tapi yah, sesi menggosok gigi dengan sosok kakak perempuan Fire Stars pastinya akan menjadi legenda.

[Catatan Penerjemah: Gua gak tau maksudnya kalimat kedua, soalnya gua gak nonton Monogatari Series, jadi maaf kalau maksud terjemahannya salah.]

"Ayolah, itu gak masalah, bukan? Gosokin gigiku! Lagian, kau itu masih menjadi pelayanku, tau! Dan perintahku sebagai tuanmu itu mutlak!"

Layaknya anak manja, Kaede-san yang lagi duduk sofa mengayun-ngayunkan tangan dan kakinya dengan liar. Tingkahnya itu imut, tapi aku tidak boleh dilembutkan oleh keimutannya itu. Aku harus menjaga pikiranku tetap tegas.

"Jangan rewel dan gosok gigimu sendiri."

"Uugh..., kau jahat sekali."

"Mau matamu berkaca-kaca kayak gitu aku juga gak peduli, ayo cepat."

"Oke, oke..., kalau begitu, aku masih tetap boleh menempel padamu seperti biasanya saat kita tidur nanti, kan? Aku ingin memelukmu soalnya!"

Hm, apa dia ingin membuat lenganku jadi gulingnya? Itu jelas permintaan yang lebih baik daripada menggosokkan giginya, dan malahan itu justru membuatku senang jika tidur sambil dipeluk oleh Kaede-san.

"Oh, itu baru namanya Yuya-kun yang kukenal! Kau sangat pengertian! Fufufu, ini sesuai dengan apa yang kurencanakan..."

Aku tidak bisa mendengar kata-kata yang dia ucapkan di akhir, tapi karena dia kelihatan senang, jadi kurasa aku tidak perlu memusingkannya.

"Oh iya, Golden Week besok kita mau ngapain? Apa kau punya sesuatu yang ingin kau lakukan atau semacamnya?"

"Aku mau kita pergi kencan! Aku ingin kita pergi belanja pakaian dan menonton film!"

Sambil membicarakan hal-hal seperti itu, kami menggosok gigi berdampingan.

Aku menantikan hari libur besok.

Because I Like YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang