“Harapan apa yang kau doakan, Yuya-kun?”
Begitu kami selesai berdoa dan bergandengan tangan, Kaede menanyakan itu padaku. Yah, itu memang klise, atau malah lebih seperti janji, tapi ‘kan kau tidak harus menaatinya dengan patuh seperti itu?
“Katakan saja, tidak apa-apa kok. Jika kau memang malu mengatakannya, maka aku yang akan memberitahumu doaku! Fufuu... ‘Kuharap aku akan sekelas denganmu’ dan ‘Kuharap aku bisa terus bersama denganmu selamanya’. Itulah dua harapan yang kudoakan.”
“...Aku juga sama seperti itu. Persis sama malahan. Kuharap aku akan sekelas denganmu, dan kuharap aku bisa terus bersama denganmu selamanya. Aku berdoa untuk itu dengan sepenuh hati dan jiwaku,”
Aku senang karena kami menginginkan hal yang sama, tapi aku tidak menyangkan kalau doa kami akan sama persis. Aku terkejut sekaligus terkesan. Jika Dewa tidak mengabulkan doa kami meskipun kami sama-sama saling memikirkan satu sama lain, maka Dia pastilah sosok yang licik yang membenci dunia nyata.
“Jika kita berdua menginginkan hal yang sama, maka Dewa pasti akan mengabulkannya! Tapi bagaimana jika Dia tidak mengabulkannya?”
“Yah, jika itu tidak terkabul, aku akan berkeliling memberi tahu orang-orang bahwa Dewa di sini adalah sosok yang teduh dan tak menentu.”
“Apaan coba itu? Dewa di sini adalah Dewa perjodohan, jadi aku yakin kalau Dia ada di pihak kita! Oh iya, mumpung kita lagi ada di sini, kenapa kita tidak melihat-lihat jimat atau semacamnya?”
Kaede menarik tanganku dan menuju ke toko yang ramai, dimana di situ ada banyak jimat dan tali pengikat. Ada begitu banyak banyak warna, corak, dan tipe yang berbeda, sehingga menyenangkan untuk dilihat.
“Fufufu. Yang mana yang harus kita pilih? Kita kan sudah terikat bersama, jadi akan lebih baik untuk memilih sesuatu selain ikatan perjodohan. Aah, bagaimana kalau yang ini!? Bukankah itu sempurna untuk kita kedepannya!?”
Tanpa ragu, aku mengambil jimat bulat yang dimaksudkan Kaede. Namun, ketika aku melihat kata-kata yang tertulis di atasnya, secara refleks aku menyentil jidat Kaede.
“Aww! Apa yang kau kau lakukan? Sakit, tahu!?”
“Maafkan, aku gak sengaja. Hanya saja, Kaede-san. Bisakah kau membaca apa yang tertulis di jimat itu?”
“Eh? Tulisannya adalah ‘harapan untuk persalinan dapat berjalan dengan lancar’, apakah ada masalah dengan itu?”
“Justru tidak ada apa-apa selain masalah!? Kenapa kita justru berdoa untuk persalinan yang lancar di sini!? Kita ini masih SMA, tahu!? Masih terlalu dini bagi kita memikirkan hal seperti itu.”
Di antara banyak jimat yang tersedia, dengan ekspresi bangga Kaede memilih jimat yang berdoa agar persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hal seperti masih terlalu dini bagi kami yang masih dalam tahap berciuman. Apalagi saat aku membaca penjelasannya:
[Aku berdoa untuk persalinan yang damai dan kelahiran anak yang sehat.]
Hal seperti itu bisa diketahui bahwa jimat itu adalah sesuatu yang tidak berguna bagi kami yang sekarang. Bukankah ini baru diperlukan setidaknya setelah kami menikah dan nama keluargaku menjadi Hitotsuba?
“Uggh... Kupikir itu akan bagus, tapi jika kau bilang begitu, maka ya sudahlah. Tapi tetap saja, aku sangat menantikan hari ketika kita membutuhkan ini, Sa-yang-ku.”
Di akhir. Kaede menampikan senyum lebar dan memelukku erat-erat. Saat aku membayangkan masa depan yang seperti itu, aku menggaruk-garuk pipiku untuk menutupi rasa maluku. Aku yakin, kalau sekarang wajahku terlihat merah padam seperti gunung berapi sebelum meletus.
[Hei, Nishi-chan. Tidak apa-apa ‘kan kalau aku menyerang dua anak SMA di belakang itu? Tidak masalah ‘kan kalau aku melabrak mereka untuk jangan bermesraaan?]
[Tidak apa-apa kok, Katou-san. Lagian jika sumber dari suasana manis yang tiba-tiba muncul ini tidak segara diatasi, kita akan menderita diabetes.]
[Nishi-san, Katou-san. Kumohon, tolong hentikan. Aku tahu suasananya manis, tapi ayo kita pergi dari sini dan melihat ramalan!]
Itu adalah tiga orang berjas tadi yang melihat kami dengan tatapan kebencian. Yang termuda di antara mereka dengan mati-matian menenangkan si ketua dan bawahannya, yang memiliki api kecemburuan di mata mereka, kemudian mendorong punggung mereka untuk membimbing mereka ke sudut ramalan. Terima kasih banyak ya, pria termuda.
“Jika kau tidak mau berdoa untuk persalinan yang lancar, yang mana yang kau inginkan, Yuya-kun? Keamanan Rumah? Keberhasilan Akademis? Aku bingung.”
Tidak, kupikir keduanya akan bagus. Karena kami tinggal bersama, Keamanan Rumah akan bagus, dan karena kami berdua adalah pelajar, Keberhasilan Akademis juga bagus. Tapi ada sesuatu yang sempurna untuk keingingan kami berdua, jadi aku langsung mengambilnya.
“Bagaimana dengan yang ini? Ini adalah jimat untuk pemenuhan keingingan hati seseorang, jadi menurutku yang ini lebih cocok untuk kita, bagaimana menurutmu?”
Semoga kami bisa sekelas. Semoga kami kami bisa terus bersama selamaya. Tidak ada yang lebih baik daripada jimat yang berisi doa untuk memenuhui keiningan tulusmu. Warnanya juga ada dua, putih dan biru tua, jadi itu akan terlihat serasi.
“...Jimat agar keinginanku dan Yuya-kun akan menjadi kenyataan, ya. Fufufu, kau ini benar-benar romantis, Yuya-kun. Keren banget.”
“Aku ingin membeli model boneka beruang yang serasi itu, tapi kita sudah ada boneka beruang di rumah. Selain itu, aku selalu menginginkan sesuatu yang bisa kubawa-bawa sepanjang waktu. Jadi kupikir itu akan bagus jika itu adalah jimat.”
“Menurutku itu bagus. Itu juga menunjukkan seberapa kita peduli satu sama lain!”
Saat dia mengatakan itu, Kaede mengambil kedua jimat itu dan membayarnya. Tindakannya sangat alami sehingga aku tidak bisa menyelanya. Padahal harusnya aku membeli jimat yang menjadi bagianku.
“Karena doanya sama, kupikir akan lebih jika membelinya bersamaan. Nah, yang biru tua adalah punyamu. Ayo menaruhnya di tas kita saat pulang nanti.”
“Kau benar, tapi jika Shinji dan Otsuki-san melihat ini, mereka pasti akan mengejek kita lagi.”
Sangat mudah untuk membayangkan adegan tersebut. Aku yakin Otsuki akan memperhatikan bahwa itu adalah jimat yang serasi, dan menanyangkan keingingan apa yang kami doakan. Setelah itu, Kaede akan membicarakannya dengan penuh semangat, dan kami akan diejak oleh Shinji sebagai [Meotople]. Ya, kira-kira begitulah alirannya.
“Dengan ini sempurna, kita pasti akan sekelas!”
Meskipun aku merasakan ketakutan yang tidak berdasar, tapi Kaede terlihat bersenang-senang. Yah, lagian ini bukan yang pertama kalinya kami diejek oleh kedua orang itu, jadi tidak ada gunanya memikirkan itu. Mereka mungkin bahkan tidak akan bertanya.
“Kalau begitu. Tolong tetap bersamaku selamanya.”
“Tentu saja, Kaede-san. Ayo kita tetap bersama selamanya.”
Aku mencintamu, tambahku di dalam hati, karena sangat memalukan untuk mengatakannya secara langsung.
Aku meletakkan jimat itu di tasku, dan kami meninggalkan kuil dengan jari-jari kami yang terjalin erat agar kami tidak berpisah.
![](https://img.wattpad.com/cover/281662124-288-k862513.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Like You
RomanceSinopsis : ~Ryoushin no Shakkin wo Katagawari Shite Morau Jouken wa Nihon'ichi Kawaii Joshikousei to Issho ni Kurasu Koto Deshita~ ( Judul Asli ) Si MC, Yoshizumi Yuya, dipaksa untuk melunasi hutang yang ditinggalkan oleh orang tuanya yang telah me...