Bab 73 Kaede Yang Menggigau

74 6 0
                                    

Setelah ujian akhir selesai, tiga pertermuan akhir yang tersisa sudah seperti proses penyelesaian. Upacara kelulusan dan penutupan para senior berakhir dengan sukses, dan liburan musim semi sudah tiba. Dan setelah itu, tahun kedua kehidupan SMA-ku akan dimulai.


“Mmh... ahh, jangan di sana. Yuyaa-kun... jangan... di sana.”

“......Kaede-san......”

“Ah! Lagi! Tolong lakukan itu lebih banyak!”

Kaede menggoyang-goyangkan tubuhnya. Dia menutup kakinya dengan erat seolah dia merasa malu, tapi dia menggeliat dan bergerak seolah dia mencoba menahan sesuatu. Perlahan-lahan, pipinya semakin memerah.

“Aku mencintaimu, Yuya-kun! Aku mencintaimu! Itu sebabnya... cintaiku aku lebih banyak...”

Kaede memohon dengan suara melankolis, membuat detakan jantungku menjadi tidak karuan. Jika dia mengatakan sesuatu seperti itu, aku jadi ingin memeluk dirinya sekarang.

“Ataukah... Eheehe, apa kua lebih suka menjadi pihak yang dimakan, Yuya-kun? Apa kau sukanya bermain dengan aku yang menjadi serigala, dan kau yang menjadi kelinci?”

“............”

Kaede meneteskan air liurnya sambil memeluk bantalnya. Kalau dilihat begitu saja, dia terlihat imut, tapi apa yang dia katakan terlalu berbahaya. Kenapa justru aku yang dimakan? Yah, tetap saja ada bagian dari diriku yang menganggap kalau itu tidak terlalu buruk.

“Kalau kau memang mau... Ehehe, aku akan melakukan yang terbaik!”

Lebih spesifiknya seperti apa kau akan melakukan yang terbaik? Ini akan menarik untuk membiarkannya begitu saja dan melihatnya, tapi jika aku tidak segera menghentikannya, mungkin itu akan buruk.

“Ah! Tatapan mata itu. Itu adalah tatapan pura-pura tolol yang bertanya seperti apa aku akan melakukan yang terbaik, kan? Aku mengerti... Aku akan menunjukkan keseriusanku padamu.”

Yosh. Mungkin aku harus membangunkannya sebelum dia menjadi serius dalam mimpinya dan menyerangku. Aku tidak mau kalau dia jadi sampai merajuk, karena hari ini kami ada kencan.

“Kaede-san. Kaede-san! Bangun udah pagi, hari ini kita akan pergi kencan, kan?”

“Apa sih? Apa kau mau mengatkan kalau kau tidak ingin aku membuatmu merasa kenikmatan dengan pijatan spesial yang akan kulakukan sekarang?”

Oi. oi! Pijatan macam apa sudah itu! Aku sangat penasaran untuk melihat apa yang hendak dia lakukan!? Tapi tidak, aku tidak boleh membiarkan pikiranku menjadi seperti iblis di sini!

“Aku penasatan seperti apa pijatan itu, tapi ayo hentikan itu sekarang? Hari ini kita mau pergi ke kuil untuk berdoa supaya kita berada di kelas yang sama, kan?”

“...Hah? Kencan...? Pergi ke kuil?”

“Iya! Kan aku sudah berjanji kalau kita akan pergi hari ini karena aktivitas klubku diliburkan. Jadi ayo cepat bangun, Kaede-san!!”

Aku pun menggelengkan bahu Kaede dengan kuat. Aku bangun sedikit lebih awal darinya dan dengan lembut melepasnya yang memelukku, kemudian pergi mencuci muka dan menggosok gigi, menyiapkan sarapan, dan kembali ke kamar, tapi Kaede masih sedang bermimpi. Apalagi, dia terlihat begitu bahagia dan sepertinya mencoba bermain-main denganku di mimpinya.

Jika kau tidak segera bangun, kita akan kesiangan, tahu!!

“Hah...? Yuya-kun? Eh... piyama? Mungkinkah itu mimpi?”

“Yah, begitulah. Aku tidak tahu mimpi seperti apa yang kau alami, tapi cepatlah bangun dan pergi sarapan.”

“Yuyuyu-Yuya-kun!! Apa tadi aku mengatakan sesuatu!? Apa tadi aku mengatakan sesuatu yang aneh!?”

Kaede segera bangkit dan meraih bahuku, kemudian menguncangnya. Itu membuat bola mataku seperti akan berbalik, jadi bisakah kau berhenti menggoyangkannya

“T-tidak apa-apa. K-kau tidak mengatakan sesuatu yang... aneh?”

“Kenapa kesannya ragu seperti itu!? Aku ada mengatakan sesuatu, kan!? Dan lagi, kau mendengarnya, kan!? Ayolah, jujur dan akui itu padaku!”

“...Ah, itu. Gimana bilangya, sesuatu seperti bermain Serigala dan Kelinci, atau sesuatu memberikan pijatan spesial...? Ahahahaha.”

Tersangka Yoshizumi Yuya, mengaku deengan mudah. Habisnya, jika aku menatap mata Kaede yang terlihat berkaca-kaca, aku jadi tidak bisa berbohong. Dan juga, sekalipun aku mencoba untuk menipunya, dia mungkin tidak akan merasa tenang dan terus bertanya. Maka akan jauh lebih baik untuk mengatasinya lebih awal.

“Uh... Yuya-kun mendengarkan ngigauanku yang memalukan...”

“Apa kau meningat apa yang kau katakan ketika kau sedang tidur?”

“Ya... mungkin lebih tepatnya, aku dalam keadaan melamun dan samar-samar, jadi entah bagaimana aku mengingat semuanya... Uh... aku jadi merasa tidak akan bisa menikah.”

Kaede pun menangis. Jika dia akhirnya tahu apakah itu mimpi atau kenyataan, maka itu mau bagaiman lagi. Hal seperti itu memang kadang-kadang terjadi. Selain itu—

“Jangan bilang begitu dong, Kaede-san. Kau adalah istriku, kan? Ups, bercanda!”

“...Apa maksudmu dengan bercanda?”

Eh, aku sedang mencoba menghiburmu disini, tapi mungkinkah aku justru menekan tombol yang berbahaya? Tidak, itu tidak bercanda, justru aku sangat mencintaimu sehingga aku ingin kau menjadi istriku.

“Terima kasih, Yuya-kun. Oh iya, kita masih belum melakukan ciuman ‘selamat pagi’ kan?”

“K-Kau benar... Selamat pagi, Kaede-san.”

“Ya, selamat pagi, Yuya-kun.”

Ciuman pagi hari yang seperti arungan, seperti cara burung-burung mengekspresikan cinta mereka. Itu adalah ciuman lembuat yang menyampaikan cinta kami dengan cara yang menyegarkan, berbeda dari ciuman penuh nafsu di malam bulan purnama yang telah menjadi standar sebelum tidur.

“Fufufu. Padahal ciuman di pagi dan malam hari berbeda, tapi perasaannya tetap sama.”

Kaede tersenyum padaku dengan senyum menawan seperti bunga sakura yang mekar penuh.

Aku berharap agar aku bisa bersamanya tidak hanya di rumah saja, tapi juga di sekolah.

“Kalau begitu, kita harus berdoa-doa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan untuk mewujudkan hal itu.”

Tuhan, kumohon pada-Mu. Tolong tempatkan aku di kelas yang sama dengan Kaede di kelas 2 SMA-ku.

Because I Like YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang