Layaknya janji, apa yang menunggu dibalik suatu kesenangan adalah kesulitan. Setelah semua kesenangan bermain ski dan memandangi bintang, yang menunggu kami adalah ujain akhir. Tidak ada masalah untuk naik ke kelas berikutnya, tapi itu bukan berarti ujian ini bisa dianggap enteng. Setiap kali mendapatkan ujian internal untuk mengantisipisai ujian universitas, setiap ujian adalah suatu gunung yang harus didaki, dan aku tidak ingin mengambil remidi.
“Aku berpikir untuk mengadakan sesi belajar di akhir pekan untuk mengatasi situasi sulit ujian akhir, tapi bagaimana menurutmu Yoshi!?”Itu adalah istirahat makan siang. Saat kami sedang makan di kelas, Otsuki tiba-tiba mengusulkan itu.
“Mengapa kau menanyakan itu padaku, Otsuki-san?”
Bukankah aneh kalau hanya bertanya padaku? Oh begitu ya. Aku berkonsultasi dengan Shinji sebelumnya dan memberi tahu Kaede di kelas.
Yah, sku sih setuju bahwa kami harus mengadakan sesi belajar. Meski aku tidak keberatan melakukan sesuatu yang tenang sendirian, tapi terkadang juga menyenangkan untuk berkumpul dan melakukan sesuatu bersama-sama. Kami dapat saling mengajar dan memperdalam pemahaman kami masing-masing.
“Karena jika aku meminjam Kaede-chan tanpa bertanya padamu lebih dulu, kau akan marah, kan? ‘Jangan mengambil Kaede-san-ku tanpa izin!’ Kupikir aku akan diberitahu hal seperti itu!”
“Bahkan aku tidak akan mengatakan hal seperti itu... kupikir...mungkin?”
“Keraguan itu adalah bukti bahwa kau akan mengatakannya!”
Sambil berpikir dalam hati bahwa Otsuki sesemangat biasanya, aku menikmati bekal makan siang buatan Kaede. Telur gulung itu enak.
“Terus bagaimana dengan tempatnya? Jika itu perpustakaan terdekat, aku tidak tahu apakah ada tempat duduk yang tersedia bagi kita. Selain itu, jika kita membuat sedikit kebisingan, itu bisa mengganggu pengunjung yang lain.”
Itu sudah menjadi premis bagi Kaede untuk membuat keributan. Hadeeeh, apakah sesi belajar ini akan baik-baik saja? Aku merasa seperti kami akan berakhir ngegosip dan tidak belajar.
“Kalau begitu, kenapa kita tidak melakukannya di rumah Yuya? Kurasa tidak akan ada masalah jika kita membuat kebisingan di rumahnya, kan?”
“Tunggu dulu, Shinji. Hanya akan adalah masalah jika melakukannya di rumahku. Aku yakin ada restoran keluarga, foud court, atau tempat yang lainnya.”
“Bukankah kedua tempat itu akan sangat berisik? Akan sulit untuk berkonsentrasi jika kita belajar di tempat seperti itu?”
Yah, itu memang benar sih. Jika itu masalahnya, mengapa kita tidak kembali ke pilihan awal yaitu perpustakaan. Asalkan kami langsung bergegas ke sana saat sepulang sekolah, aku yakin akan kami akan beruntung dan mendapatkan tempat.
“Kalau begitu kenapa tidak berkumpul di rumahku? Itu luas, dan tentunya tidak ada yang akan mengeluh kalau ribut. Tidak apa-apa, kan, Yuya-kun?”
“Yes! Jika Kaede-chan memberikan izin, kau tidak akan mengeluh, kan, Yoshi?”
Begitu ya. Jadi sejak awal sudah direncakan. Dengan asumsi bahwa aku akan menolak, dia telah meminta izin Kaede lebih dulu sebelumnya. Tampaknya itu adalah kuda-kuda dua tahap yang tidak memiliki celah, seperti teknik pedang untuk menebas beberapa orang. Aku benar-benar terkena serangan telak. Ini kekalahan total.
“Yah, jika Kaede tidak masalah, aku juga tidak akan keberatan.”
“Oke! Kalau begitu akhir pekan ini kita akan mengadakan sesi belajar di rumah Kaede-chan!”
“Fufufu. Kalian maunya apa untuk makan siang saat itu? Aku akan membuatnya berdasarkan permintaan!?”
Aku menghela nafas dalam hati sambil melihat ke samping pada Kaede yang mengobrol riang dengan Otsuki, yang menjadi semakin bersemangat. Entah kenapa, telur gulung ini jadi tidak enak...
---
Malam itu.
“Yuya-kun, apa kau lagi marah?”
Saat aku sedang cuci piring, Kaede menanyakan itu padaku. Aku marah? Aku sama sekali tidak merasa seperti itu, tapi mengapa dia berpikir begitu?
“Karena ekspresimu jadi sedikit kesal sejak pertengahan istirahat makan siang. Apa kau tidak suka dengan ide mengadakan sesi belajar di sini?”
“Hmm, bukannya aku tidak menyukainya. Aku yakin ini akan menyenangkan untuk belajar dengan Shinji dan Otsuki-san, selain itu aku menantikannya karena aku belum pernah melakukannya sebelumnya. Tapi entah kenapa, aku lebih berharap bisa belajar berduaan saja denganmu.”
Tentu saja, aktivitas klub akan diliburkan selama masa ujian. Itu artinya aku akan bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan Kaede, dan bahkan aku bisa menghabiskan semua waktu liburku dengannya. Ada bagian dari diriku yang menyesali kehilangan waktu yang begitu berharga itu.
“Maafkan aku, Kaede-san. Sepertinya aku ini memang posesif...”
“Jangan khawatirkan itu, Yuya-kun. Justru aku jadi senang, tahu? Itu adalah bukti seberapa besar kau memikirkanku.”
Kaede tersenyum padaku, yang mengejek diri sendiri, dan terus melanjutkan.
“Aku sendiri juga sangat posesif, tahu? Aku siap untuk mengambil setiap tindakan yang mungkin sehingga tahun depan kita bisa berada di kelas yang sama!”
“Sungguh dapat diandalkan. Ngomong-ngomong, apa sebenarnya yang kau rencanakan?”
“Hmm... sebagai permulaam aku akan menyuap kepala sekol—”
“Tidak! Itu benar-benar tidak! Daripada melakukan itu, lebih baik kita meminta itu dengan berdoa kepada Tuhan bersama-sama!”
Kukira dia mau bilang apa, eh taunya ‘suap’!? Karena itu adalah Kaede, kupikir dia akan mengatakan sesuatu tentang mengunjungi kuil, berdoa, atau membeli jimat keberentungan, tapi anehnya dia begitu realistis dan jelas.
“Apa itu berrati kau mengajakku kencan? Artinya begitu, kan? Selepas ujian, ayo pergi ke kuil perjodohan dan makan sesuatu yang enak dalam perjalanan pulang! Itu janji loh ya!?”
Kaede mendekatkan wajahnya dengan momentum untuk mengatasi serangan balik sambil berkata ‘Oke!?’, aku tidak bermaksud begitu, tapi tidak ada alasan untuk mengatakan tidak, jadi aku menganggukan kepalaku.
“Yeesss! Dengan begini aku akan bisa melakukan yang terbaik dalam belajar untuk ujian! Aku mencintaimu, Yuya-kun!”
Saat dia mencongkan tubuhnya ke depan, dia tiba-tiba memberiku ciuman kejutan. Itu hanya sesaat, tapi bibir kami benar-benar bersentuhan. Kepalaku jadi beku.
“Ehehe. Aku mau mandi dulu ya. Kau bisa bersantai sebentar Yuya-kun. Ataukah... kau mau mandi sama-sama lagi?”
“...Silakhan nikmati waktumu.”
“Aku sih kapan saja tidak keberatan mandi sama-sama. Kalau begitu aku duluan ya. Terima kasih sudah mencuci piring.”
Mengatakan itu, Kaede keluar dari ruang tamu untuk bersiap-siap mandi. Setelah selesai beres-beres, aku duduk di sofa dan melihat ke langit-langit.
“Ciuman kejutan itu curang, tahu...”
Merasa senang dengan sentuhan yang tertinggal di bibirku, aku merenungkan seperti apa harus membalas ini.
Hasil dari renungan itu.
Saat aku tiba-tiba melakukan ciuman ‘selamat malam’, Kaede membeku di tempat dan memeluk pinggangku, membuat kami tidur dalam pelukan sepanjang malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Like You
RomanceSinopsis : ~Ryoushin no Shakkin wo Katagawari Shite Morau Jouken wa Nihon'ichi Kawaii Joshikousei to Issho ni Kurasu Koto Deshita~ ( Judul Asli ) Si MC, Yoshizumi Yuya, dipaksa untuk melunasi hutang yang ditinggalkan oleh orang tuanya yang telah me...