Sepulang sekolah, aku dan Shinji telah berganti seragam dan sedang berdiri di lapangan. Di depan kami, ada barisan anak laki-laki bersergam olahraga yang baru bergabung dalam klub sepak bola. Jumlahnya mereka sekitaran tiga puluh. Sekalipun sebentar lagi kami hanya akan melakukan pertandingan untuk melihat seberapa baik kemampuan mereka, bukankah jumlah mereka terlalu banyak?
“Ahaha, ini benar-benar berbeda kalau dibandingkan dengan angkatan kita ya. Tapi yah, kupikir itu tidak perlu untuk dipermasalahkan, bukan? Coba lihat ke belakangmu.”
Saat Shinji menyuruhku untuk melihat ke luar lapangan, aku melihat ada dua gadis cantik yang sangat menonjol. Ketika salah satu dari mereka, dewi yang sangat seksi, melakukan kontak mata denganku, dia langsung tersenyum lebar dan melambai-lambaikan tangannya.
“Semangat, Yuya-kun!”
Mengapa kau malah turun ke lapangan, Kaede? Memang aku senang kalau kau datang untuk menyemangatiku, tapi gara-gara itu, tidak hanya para anggota baru, tapi semua anggota klub sepak bola juga langsung melihat ke arahku, tau! Padahal ‘kan kau biasanya menonton dari ruang kelas, terus mengapa sekarang kau harus sampai pergi ke lapangan?
“Ituloh, kurasa itu semacam penyampaian tidak langsung? Ini seolah-olah dia sedang menyatakan, ‘Hatiku telah memiliki pujangganya’? Kau telah menjadi seorang pujangga ya, Yuya.”
“Hahaha, kau mengatakan itu, tapi kau sendiri juga sama, kan? Lihat tuh, gadis yang ada di sebelahnya Kaede-san.”
“Shin-kun!!! Semangat!!!”
Gadis yang berdiri sebelah Kaede adalah Otsuki-san. Caranya yang melompat-lompat dan menyemangati Shinji dengan tubuh kecilnya itu terlihat imut dan menggemaskan. Namun, di sisi lain, pemandangan itu memiliki racun yang kuat jika kau melihat ke arah dua buahnya yang jauh lebih besar daripada Kaede yang sedang bergoyang-goyang. Jika Nikaido sampai melihat adegan itu, dia pasti akan menangis.
“Eh, kenapa Akiho juga ada di sini? Padahal sebelum-sebelumnya dia tidak pernah sampai pergi ke lapangan untuk mendukungku...”
“Bukannya alasannya sama dengan Kaede-san? ‘Aku tidak akan memberikan Shin-kun kepada siapa pun’! Kupikir itu yang ingin disampaikan oleh Otsuki-san. Kau sangat dicintai ya, Shin-kun.”
Aku selalu saja diejek oleh Shinji. Jadi setiap kali aku memiliki kesempatan untuk meluncurkan serangan balik yang langka, maka aku harus menyerangnya tanpa henti. Dan seperti dugaanku, Shinji, yang tidak terbiasa menerima dukungan langsung dari pacarnya, langsung menjadi malu dengan wajah yang memerah.
“Kurasa aku bisa memahami apa yang kau rasakan, Yuya. Memang sih aku senang didukung seperti ini, tapi ternyata itu terasa jauh lebih memalukan daripada yang kupikirkan.”
Sambil menggaruk-garuk pipinya, Shinji mengatakan itu. Aku senang akhirnya dia bisa memahami perasaanku. Aku mengacungkan tinjuku untuk merayakan meningkatnya lagi rasa persahabatan kami, dan sahabatku itu juga langsung mengangkat tinjunya dan bertukar tinju dengan tinjuku.
“Oi, orang-orang populer yang di sana! Itu tidak masalah kalau kalian merasa kegirangan karena didukung oleh pacar kalian, tapi sekarang kita akan mengadakan pertandingan tim merah melawan tim putih! Jangan sampai kalian menunjukkan permainan yang memalukan!”
Orang yang meneriakkan itu adalah Sugiya Kotaro, siswa kelas tiga yang terpilih menjadi kapten tim untuk tahun ini. Mulai sekarang, kami akan mengadakan pertandingan antara tim merah melawan tim putih. Pertandingan ini memiliki dua tujuan, pertama adalah untuk menyambut anggota baru, dan yang kedua adalah untuk menilai kemampuan mereka. Dan tampaknya, aku dan Shinji dimasukkan ke dalan line up awal.
“Yah, lagian kita perlu menunjukkan pada anggota baru seperti apa kekuatan ace dari klub kita, dan aku juga tidak mau kalau kalian yang punya pacar cantik-cantik bersantai-santai! Aaaah, sialan, aku berharap aku juga punya pacar.”
Sugiya-senpai, sebagai kapten dari tim ini, dia juga adalah orang yang menjadi pembuat mood di dalam tim. Tidak peduli seperti apa jalannya pertandingan, dia akan selalu ceria dan berpikir positif serta terus menginspirasi teman-temannya. Dalam artian tertentu, dia adalah kunci dari penyemangat kami. Tapi yah, kadang-kadang dia akan jadi lepas kendali seperti ini.
“Baiklah, Yuya, sekarang kita akan bermain dalam pertandingan, kita tidak boleh sampai menunjukkan permainan yang tidak enak dipandang.”
“Kau benar. Sekarang aku akan bertanding di depan Kaede-san. Aku mesti menunjukkan penampilanku yang sangat keren. Kau juga berpikiran sama sepertiku, kan?”
“Tentu saja. Aku merasa tidak enak perihal ini pada anggota baru, tapi ayo kita bermain dengan serius.”
Setelah menjawab “Sip” dan saling bertukar tinju lagi, aku menyisir rambutku ke atas untuk masuk ke dalam mode serius. Sebelumnya Shinji sudah mengatakannya, tapi jika Kaede sedang menontonku, maka aku tidak boleh menahan diri di dalam pertandingan tim merah melawan tim putih ini.
“Kyaaaaaaaa! Apa kau melihatnya Akiho-chan? Itulah adegan dimana Yuya-kun menyisir rambutnya ke atas, yang menjadi tanda kalau dia akan serius! Keren banget~”
“M-Memang sih..., gerakannya yang mengangkat poninya itu terlihat keren. Apakah Shin-kun juga akan melakukannya, ya...?”
Dengar tuh, pacarmu lagi membuat permintaan padamu, Shin-kun. Nah, kenapa kau tidak menyisir rambutmu ke atas juga?
“B-Bacot! Mana bisa aku melakukan itu tepat setelah kau melakukannya!? Sesuatu seperti itu mesti ada timingnya, tau!”
“Yah, kurasa kau benar.”
Kemudian, kami berdiri berdampingan di tengah lapangan. Di hadapan kami, mata para anggota baru tampak dipenuhi dengan semangat juang yang berapi-api. Tapi yah, kalau dilihat dari sudut pandang lain, itu adalah mata yang seperti sudah siap untuk membunuh mangsa mereka.
“Semangat!!! Yuya-kun!!!”
Saat Kaede bersorak, peluit yang menandakan dimulai pertandingan berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Like You
RomansaSinopsis : ~Ryoushin no Shakkin wo Katagawari Shite Morau Jouken wa Nihon'ichi Kawaii Joshikousei to Issho ni Kurasu Koto Deshita~ ( Judul Asli ) Si MC, Yoshizumi Yuya, dipaksa untuk melunasi hutang yang ditinggalkan oleh orang tuanya yang telah me...