Kulit putih dan halus seperti tembikar. Kaki yang sehat dengan proporsi daging yang tepat. Gunung kembar, yang menonjolkam handuk, benar-benar kencang dan sangat menarik. Selain itu, tampilan rambut yang disanggul terasa segar dan sangat imut.
“Ada apa, Yuya-kun? Mungkinkah kau... mengharapkan sosok telanjangku?”
“T-Tolol! Bukan seperti itu!”
Aku menyangkalnya dengan kebiasaan detektif SMA dan memunggungi Kaede. Malahan, sosok dirinya yang mengenakan handuk seperti itu meningkatkan lebih banyak gairah kendati melihatnya telanjang. Justru karena tubuhnya tidak terlihat semuanya, sehingga esensi kecantikan wanita dapat terlihat di sana. Eh, apa sih yang kupikirkan.
“Fufufu. Kau aneh Yuya-kun. Harap tunggu sebentar sementara aku membilas tubuhku,”
Aku menunggu sambil mendengarkan Kaede bersenandung saat menggunakan shower di belakangku. Aku bisa merasakan tubuhku begitu tegang dan sensasi yang seolah jantungku akan melompat keluar dari mulutku. Aku merasa jantungku berdetak lebih cepat dibanding saat aku mengungkapkan perasaanku.
“Hei, Yuya-kun. Aku juga ingin berendam di bak mandi, jadi boolehkah aku memintamu geser sedikit?”
“Y-Ya! Boleh!”
“Fufufu. Kenapa kau menggunakan nada hormat? Sungguh, kau aneh Yuya-kun.”
Mengatakan permisi, Kaede perlahan-lahan memasukkan kakinya ke dalam bak mandi dan menenggelamkan tubuhnya. Saat volume meningkat, air hangat meluap dari bak mandi. Suara seperti air terjun pun bergema di kamar mandi yang tenang.
“Kau tidak akan bisa merilekskan diri jika berada di tepi seperti itu, tahu?”
“A-Aku baik-baik saja di sini. Aku hanya ingin tahu apakah aku bisa cukup rileks dengan ruang seluas ini!”
Jangan melihat ke belakang. Kaede yang sekarang jelas merupakan Kaede dalam mode menyihir yang tidak kuketahui. Handuk yang menempel di tubuhnya menjadi transparan. Kulitnya lembut dan beruap. Rambut yang menjadi basah karena mandi. Tetesan air yang mengalir di dagunya dari dahinya akhirnya jatuh ke tulang selangkanya yang indah. Membayangkannya saja sudah seperti akan membuatku meledak.
“Jika Yuya-kun tidak ke sini, maka aku yang akan pergi ke sana.”
“Eh...? Kaede-san, apa yang kau katakan—eh?”
Sosok Kaede yang lembab teras di punggungku. Lengannya melingkari pinggangku, pipinya menempel di leherku, dan hembusan nafasnya menggelitiku. Sensasi surgawi ini membunuh pikiran rasionalku.
“Hei, Yuya-kun. Kenapa kau tidak mau melihatku? Mungkinkah... aku tidak menarik?”
“A-Apa yang kau katakan!? Kaede-san sangatlah menarik! Bahkan hal seperti tidak perlu dipertanyakan lagi!”
“Kalau begitu... melihatlah ke sini dan peluk aku...?”
Aku mendengar suara sesuatu yang terlepas. Sesaat setelah itu, aku melihat handuk mandi mengapung lembut di bak mandi. Eh, itu berarti, Kaede sekarang—
“Ka-Kaede-san... aku, itu... umm...”
Benar. Jika aku berbalik dengan cepat sambil memejamkan mata, aku bisa memeluk tubuh telanjang sang dewi tanpa melihatnya. Sebagai ganti dari tidak bisa melihatnya, aku akan merasakan sensasi buah yang menakjubkan dengan seluruh tubuhku, ayo puaskan diri dengan itu. Sippp, ayo lakukan—!
“Pu... fufufu... maafkan aku. Aku sudah gak tahan lagi...! Yuya-kun terlalu imut!”
Eh? Apa yang kau maksud dengan itu Kaede?
“Habisnya, reaksimu sangat polos. Ini mungkin pembulian... tapi aku hanya ingin menjahilimu.”
“......Kaede-san.”
“Tapi begini-begini aku juga merasa deg-degan, tahu? Namun tau-tau kau justru puluhan kali lebih deg-degan daripadaku, dan caramu yang berusaha keras untuk berpaling begitu lucu sehingga aku tidak bisa menahan diri untuk bersikap iseng.”
Menambahkan ‘tehe’ di akhir perkataannya, Kaede kembali membungkus handuk di sekitar tubuhnya dan kemudian menarik diri dariku. Aku berulang kali manarik napas dalam-dalam untuk menenangkan napasku yang tidak teratur. Kepalaku terasa pusing.
“Issh, mau berapa lama kau seperti itu? Kenapa kau tidak meregangkan kakimu dan merilekskan diri. Kalau mau, aku bahkan bisa memberikan pijatan kaki. Ataukah kau ingin aku memelukmu dari belakang dan menggosok punggungmu?”
Oh, itu usulan yang sangat menarik! Itu kalimat yang begitu indah. Tapi sayangnya, aku tidak punya cukup waktu untuk menikmatinya.
“Maaf, Kaede-san... aku... tidak bisa lagi...”
“Eh? Yu-Yuya-kun! A-Apa kau baik-baik saja!?”
Kesadaranku menjadi gelap ketika mendegar suara panik Kaede.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Like You
RomansaSinopsis : ~Ryoushin no Shakkin wo Katagawari Shite Morau Jouken wa Nihon'ichi Kawaii Joshikousei to Issho ni Kurasu Koto Deshita~ ( Judul Asli ) Si MC, Yoshizumi Yuya, dipaksa untuk melunasi hutang yang ditinggalkan oleh orang tuanya yang telah me...