"A-Adim?"
Apa-apAN INI WOE?! NGAPAIN TU BOCAH KESINI?! Gak cukup apa membuat aku pingsan HEH?!
huft... aku menghela napas pelan berusaha menetralkan emosiku yang tidak karuan gara-gara bocah satu ini.
Hmm, jadi sekarang aku harus bagaimana menanggapinya ya?
Okey, acting dulu aja gimana? Supaya agak terkesan dramatis gitu hoho.
Dengan segera aku memasang wajah bingung yang dibuat-buat. Hoho gini-gini aku pintar ngedrama didunia ku sebelumnya.
"Kamu.. Adim kan ya?" Tanyaku pura-pura ragu. Masa baru ketemu langsung ingat namanya dengan tepat sih? Salahku sih tadi menyebut namanya saat sedang kaget.
Dia mengangguk sekilas lalu berjalan menuju kearahku dengan cepat. Kedua orangtuanya juga mengikuti dibelakangnya tetapi dengan langkah pelan. Ruangan ini sepi karena sekarang aku berada di kamar VIP. Dan disini hanya diisi olehku, mama dan papa, tentunya sebelum mereka datang.
"Kamu sudah tidak apa-apa? Aku khawatir sekali ketika kamu tiba-tiba jatuh pingsan saat itu." Katanya sambil memasang wajah khawatir. Memangnya kita sudah sedekat itu ya? Tapi dia imut sekalih yaampun!!
"Iya.. terima kasih sudah mengkhawatirkanku." Ucapku dengan wajah datar. Walau sebenarnya tuh didalam hati sedang jingkrak-jingkrak gak karuan.
"Syukurlah kamu baik-baik saja. Adim terlihat tidak tenang selama kamu tidak sadarkan diri." Itu mamanya Adim yang berbicara. Dia mempunyai rambut yang sama seperti Adim, yaitu warna biru tua. Tetapi wajahnya lembut dan cerah berbeda dengan Adim. Adim yang mendengarnya hanya diam sambil menatapku malu-malu. Nih bocah suka membuat jantungku lemas ya?
"Iyaa... tapii kenapa kalian kesini?" Tanyaku dengan wajah polos. Ya jenguk lah, masa mau parade.
"Reane.. tidak boleh berbicara seperti itu! Mereka kesini untuk menjengukmu loh." Omel mama padaku. Yah aku juga sih yang bodoh. Oh maafkanlah kebodohanku.
"Haha sepertinya anakmu bingung karena tidak mengenali kami." Mamanya Adim terkekeh pelan sambil menatapku lembut. Memangnya kita pernah bertemu sebelumnya?
"Perkenalkan kami orang tuanya Adim, rumah kami ada didepan rumahmu. Kami baru kembali dari luar negeri, makanya kamu tidak pernah melihat kami." Jelasnya dengan panjang lebar. Ooh kalau begitu jadi lebih masuk akal, karena selama 5 tahun aku disini tidak pernah bertemu dengan Adim sama sekali.
"Anakmu cantik Ren." Kata papa Adim tiba-tiba sambil menatapku intens. Wuih suaranya berdamage. Aku kira bisu karena dari tadi tidak bicara sama sekali.
"Tentu saja karena dia adalah anakku." Jawab papa dangan nada sombong, hmm apakah mereka dekat? Mungkin saja.
"Reane.. kenapa kamu bisa pingsan?" Tanya Adim yang sedari tadi diam. Aku yang sedang sibuk menatap papanya, sekarang beralih menatapnya.
"Mungkin karena kelelahan?" Jawabku sedikit ragu. Dia hanya mengangguk paham sebagai respon jawabanku. Nih bocah udah kek orang dewasa aja sih gelagatnya.
"Nia, kamu lama sekali disana." Ucap mama menatap mama Adim dengan cemberut. Mama Adim terkekeh sebentar lalu ikut duduk disofa yang ditempati mama.
"Karena urusan pekerjaan Deyon lebih lama dari perkiraan." Katanya sambil mengambil sebuah apel dan mengupasnya menggunakan pisau buah.
Wah wah apa ini? Sepertinya mereka semua akrab satu sama lain. Disisi lain aku juga melihat papa yang sedang berbincang-bincang dengan papanya Adim.
Kini fokusku teralihkan melihat Adim yang masih setia menatapku dengan dalam. Aduuh, jangan menatapku seperti itu dong! Kan maluu.
"Ada apa Adim? Apakah ada sesuatu diwajahku?" Tanyaku mencoba senormal mungkin. Bagaimanapun aku masih syok dengan kenyataan bahwa sekarang aku reinkarnasi kedalam komik bl yang terakhir aku baca sebelum aku mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk Kedalam Komik BL [END]
FantasyKarena makan makanan beracun. Aku, Arin Alesta mati dan bereinkarnasi menjadi Reane. Si anak keluarga kaya yang dimanja. Kunikmati hidupku dengan penuh kenyamanan hingga, sebuah fakta mengejutkanku. "Yaah, kalau begitu siapa namamu?" "A-Adim.. Adim...