"Ngapain?" Tanya Raska menatapku lalu memiringkan kepalanya bingung.
Aku menggaruk leherku yang tidak gatal, mencoba untuk tidak menatapnya. Gak bisa banget kalau harus bohong didepan muka manis ituu. Aku menghembuskan nafasku pelan, sangat pelan. Lalu menatapnya setelah memantapkan hati, karena bagaimanapun rencana ini harus berhasil.
'Bertahanlah my heart!!'
"Reane?"
"Ah iya iya!!" Aku menutup mulutku kala suaraku yang cukup keras itu menarik perhatian disekitarku. Aku meletakan kedua tangan di wajahku malu. Raska bahkan menatapku bingung, huwaaa!! Mau ditaruh mana mukaku setelah ini??
"Ma-af tadi ada serangga, jadi kaget..." Jelasku ngawur. Semua anak-anak mengangguk maklum, guru juga mulai menlanjutkan pelajaran yang tertunda karena ulahku. Aku melongo tidak percaya, mereka bahkan tidak curiga sedikitpun? Ah bodo amat. Yang penting sekarang bukan itu.
Aku melihat-lihat sekitar. Setelah merasa situasi cukup aman aku memberanikan diri berbicara pada Raska.
"Ada yang ingin aku bicarakan...jadi bisa tidak?" Tanyaku sedikit gugup, aku menatap Raska yang terlihat seperti sedang berfikir.
"Maaf, tapi aku ada urusan nanti."
JDARR!!
Wajahku rasanya membeku, a-aku salah dengar kan? Rencanaku tidak boleh gagal!!
"Y-ya?" Tanyaku memastikan.
"Maaf..., tapi sepertinya tidak bisa..." ucapnya lirih lalu membuang mukanya kesamping.
'Tiidaaakk!!!'
Rasanya aku ingin berteriak sekencang mungkin! Bagaimana ini?! Gak bisa gini doong!! Aku harus bagaimana?! Lalu aku juga sudah terlanjur berbicara dengan Adim dan juga dia sudah menyetujuinya.
Mataku berkaca-kaca, rencana yang sudah kupikirkan matang-matang. Kebahagiaanku sejak tadi pagi hancur sekarang. Rasanya bisa saja aku menangis sekarang!
"Eh?" Raska terlihat terkejut setelah kembali menatapku. Dia gelagapan sendiri, apa mungkin air mataku sudah bocor?
"Ah Re-Reane... itu.. anu emm, i-iya aku mau-aku mau." Wajahku kembali cerah, air mataku tidak jadi turun.
"Bagus!"
"Huh?"
.
.
.
.Bel istirahat berbunyi, aku segera membereskan barang-barang milikku, Raska juga. Aku melihat kedepan disela-sela kegiatanku. Disana Adim sudah berdiri dari duduknya, menatapku. Aku tersenyum cerah padanya.
Dan yang menyebalkan dia sama sekali tidak membalas senyumanku.
'Sabaarr.'
Dia berjalan keluar kelas lalu berbelok ke kanan. Aku mengehela nafas lega. Dia sedang berjalan menuju taman, aku yakin.
Karena biasanya setelah bel istirahat, hal pertama yang dia lakukan adalah ke tempat duduk ku lalu memaksaku kekantin. Dan kantin arahnya berlawanan dari taman belakang.
"Reane.." Panggil Raska lembut. Aku menoleh lalu tersenyum.
"Raska duluan saja, aku akan beli camilan dikantin dulu. Tidak seru jika berbicara tanpa camilan." Ucapku berbohong untuk kesekian kalinya. Kurasa aku sungguh berdosah. Sebenarnya aku sudah menyiapkan snack didalam tasku. Untuk menonton pertunjukan menarik tentunya.
"Aku temani ya?" Aku menggeleng kuat mendengarnya. Aku menepuk-nepuk kedua pundaknya pelan.
"Hnn, tidak-tidak! Raska kesana duluan saja, jika Raska ikut denganku nanti malah lelah berjalan." Kataku dengan wajah serius, lalu tersenyum. Ucapanku kali ini tidak bohong, letak kantin cukup jauh dari kelas kami. Dan taman belakang juga tidak dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk Kedalam Komik BL [END]
FantasyKarena makan makanan beracun. Aku, Arin Alesta mati dan bereinkarnasi menjadi Reane. Si anak keluarga kaya yang dimanja. Kunikmati hidupku dengan penuh kenyamanan hingga, sebuah fakta mengejutkanku. "Yaah, kalau begitu siapa namamu?" "A-Adim.. Adim...