"Sudah kubilang panggil aku kakak." Ujar Ansa sambil membukakan pintu seberang. Reane masuk dengan ngedumel tidak jelas. Ia duduk di kursi depan, disamping pengemudi. Lalu ia memasang sabuk pengaman dibantu Ansa.
"Sidih kibiling pinggil iki kikik." Gerutu Reane dengan pelan. Tetapi sayangnya masih bisa didengar oleh Ansa.
"Sebenarnya aku bisa saja meninggalkanmu disini, lalu bilang pada papa mu bahwa anaknya diculik ayam kampung." Reane melotot kepada Ansa yang sedang menutup pintu mobil dengan wajah triplek miliknya.
Ansa berjalan memutari mobil lalu masuk mobil dengan santai. Menjalankan kendaraan mewah tersebut dengan pelan.
"Kenapa om Ans--"
"Kakak." Ansa menatap jalan depan tanpa minat. Lalu melirik Reane yang menatapnya dengan tatapan garang.
"Grrr.." Reane mengeram dengan emosi. Menatap Ansa yang sedang mengemudi dengan santai disampingnya. Ia tak habis pikir dengan om nya yang satu ini. Sangat menguras emosi.
"Kenapa kakak yang menjemputku?" Tanya Reane dengan tersenyum paksa. Ia mengucapkan kata 'kakak' dengan nada yang dibuat-buat. Berfikir membuat Ansa kesal dengan tingkah nya.
"Papa mu sedang sibuk." Jawab Ansa tanpa mempermasalahkan perbuatan Reane. Yang malah membuat Reane merasa kesal.
Kenapa dengan papanya? Biasanya juga ia menyuruh Geo--asisten pribadinya--untuk menjemput Reane jika ia sedang sibuk.
"Oh." Reane menatap kesamping. Ia menatap keluar jendela dengan malas. Sampai ia menemukan sesuatu. Matanya terlihat berbinar.
"Aku mau es krim!" Reane berteriak dengan keras. Membuat Ansa sedikit kaget. Ansa melirik kearah jendela samping Reane. Ia menghela nafas.
"Es krim dipinggir jalan tidak higienis." Ujar Ansa datar.
"Aku tidak peduli! Aku mau es krim itu!" Kesal Reane menunjuk penjual es krim yang sudah terlewat.
"Duduk diam." Ucap Ansa dengan penekanan. Ia terus melajukan mobil nya tanpa menghiraukan gerutuan Reane.
'OM SIALAN!!'
Reane terus menggumamkan kekesalannya. Sesekali melirik Ansa dengan tajam. Dan itu tak berhenti dengan cepat.
Ansa menghembuskan nafas berat. Ia memelankan mobil nya lalu menepikannya didepan taman bermain yang cukup ramai. Melepaskan sabuk pengaman, kemudian keluar dari mobil.
Reane menatap malas Ansa yang membukakan pintu disampingnya. Lalu membantu melepaskan sabuk pengaman Reane.
"Disini mau?" Tanya Ansa masih berdiri dan Reane yang masih duduk ditempatnya. Reane mengintip keluar. Matanya berbinar.
"Ayo keluar." Ajak Ansa pada Reane. Reane turun dari mobil dengan cepat. Ia sangat antusias sekarang. Mengabaikan kekesalannya tadi.
"Duduk disini dulu." Ansa meninggalkan Reane yang sedang duduk disalah satu kursi taman. Mengamati anak-anak yang sedang bermain dengan gembira bersama temannya. Ia tersenyum tipis.
"Kali ini aku punya teman." Gumam Reane dengan tatapan sendu. Ia sangat bersyukur karena menempati tubuh milik Reane. Selain memiliki wajah yang imut. Tubuh Reane sangat kuat dan tidak memiliki penyakit apapun. Berbeda dengan tubuh nya di kehidupan lalu.
Tubuh Arin lemah dan punya penyakit asma. Mungkin karena itulah ia dulu bisa mokad dengan mudah.
"Ini!" Ansa menjulurkan es krim strawberry berwadah cup ke wajah Reane. Sebenarnya ia sudah memanggil gadis kecil itu berkali-kali. Dan juga berkali-kali tak dijawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk Kedalam Komik BL [END]
FantasyKarena makan makanan beracun. Aku, Arin Alesta mati dan bereinkarnasi menjadi Reane. Si anak keluarga kaya yang dimanja. Kunikmati hidupku dengan penuh kenyamanan hingga, sebuah fakta mengejutkanku. "Yaah, kalau begitu siapa namamu?" "A-Adim.. Adim...