🐟Happy Reading🐟
Reane memasuki kelasnya dengan santai, tetapi kesantaian itu harus sirna saat ia melihat wajah Roni yang tengah duduk dibangku miliknya.
Sontak tubuh Reane gemetar, ingatan-ingatan tentang kekejaman Roni padanya membuatnya ketakutan setengah mati.
"Sakit.. hiks, tolong jangan hiks."
"Lepaskan aku! Aku mohon Roni!"
"Berhenti.. aku tidak kuat lagi.."
"Roni! Jangan lakukan itu arrgghh!"
"Uhh.." Reane meremat erat rok sekolahnya, takut, sakit, dingin, panas, semuanya membuat tubuh Reane menjadi tak terkendali. Roni yang membuatnya mati, Roni yang menyiksanya tanpa ampun, itu tak akan pernah ia lupakan. Ia akan selalu mengingatnya.
Reane duduk dibangkunya, dengan susah payah ia menetralkan emosinya. Ia tak berani menatap belakang, ia yakin tak akan kuat untuk menahan kedua kalinya.
Masuk waktu istirahat, ia harus mendapat gangguan kecil dari Lena yang hanya ia abaikan. Mengurusinya tak membuat Reane menjadi lebih baik.
"Hei, kau ingin ke kelas Raska?" Tanya Roni pada Reane, Reane langsung terdiam. Ia menggenggam erat lengannya sendiri.
"Y-ya." Jawab Reane.
"Kalau begitu aku ikut." Tambah Roni dengan senyumannya. Reane terus memalingkan wajahnya. Itu membuat Roni bingung, tetapi ia tak terlalu mempedulikannya.
"Reane!" Raska berlari menghampiri Reane, wajahnya terlihat sumringah. Adim dan Zeline mengikuti dibelakang.
"Kak Jelin? tumben."
"Sekarang aku sedang santai." Jawab Zeline.
"Ayo ke kantin." Ajak Adim sambil menarik Reane. Reane hanya mengikuti, lagipula ia tak membawa bekal hari ini.
"Aku yang akan pesan." Ucap Reane berdiri dari duduknya. Adim ikut berdiri, tetapi Reane segera menggeleng.
"Aku hanya pesan, pak Darman yang akan membawanya." Ujar Reane lalu berlalu.
"Hey, anak itu aneh hari ini." Celetuk Roni tiba-tiba, Raska yang ada didepan Roni memelototinya.
"Enak sekali mulutmu! Aku potong juga nanti!"
"He-hey! Aku hanya bilang fakta!"
"Tapi yang dikatakan Roni benar adanya." Sahut Adim.
"Sejak tadi pagi Reane lebih pendiam." Lanjutnya, ia jadi mengingat perjalanannya menuju sekolah, Reane hanya diam atau sesekali menyahut saat Adim berbicara.
"Kalau begitu kita harus segera menuntaskan ini." Zeline mulai bersuara, ia melihat Reane yang sibuk mengantri.
"Itu benar, sebentar lagi." Lirih Raska tersenyum. Setelah itu mereka saling berdiskusi. Suasana tegang yang penuh keseriusan memenuhi meja tersebut. Membuat gadis-gadis mengurungkan niatnya mendekati mereka.
"Sebenarnya, aku merasa bahwa semua perbuatan Lena ini tidak ia lakukan sendiri." Raska mulai mengeluarkan pendapatnya yang ia tahan selama ini. Bahwa selama menelusuri ponsel Lena, ia menemukan beberapa hal yang mencurigakan.
"Jadi.. dia punya partner?" Tanya Zeline, Raska mengangguk. Baru saja dia akan melanjutkan ucapannya, suara Reane sudah menginterupsi.
"Kalian sedang membicarakan apa?" Tany Reane tiba-tiba. Empat orang itu langsung terkaget dan mencoba mengalihkan pembicaraan.
'Sebenarnya apa yang kalian rencanakan..?'
☆☆☆
Seharian Reane mengabaikan Roni, berbicara saja sangat irit. Roni sangat heran, biasanya ia akan bertengkar kapanpun dimanapun dengan Reane, tetapi mengapa sekarang gadis itu mengacuhkannya? Apa dia berbuat salah? Itulah pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk Kedalam Komik BL [END]
FantasyKarena makan makanan beracun. Aku, Arin Alesta mati dan bereinkarnasi menjadi Reane. Si anak keluarga kaya yang dimanja. Kunikmati hidupku dengan penuh kenyamanan hingga, sebuah fakta mengejutkanku. "Yaah, kalau begitu siapa namamu?" "A-Adim.. Adim...