"Berani-beraninya kamu---"
"Maaf sebelumnya jika saya tidak sopan tadi. Saya berteriak karena anda yang selalu menyela omongan saya.." aku dengan cepat tetapi sopan memotong ocehan yang akan dikeluarkan oleh emak-emak satu ini.
"Anak tidak tahu diri---"
"Lalu, orang tua saya mengajarkan saya dengan baik." Dan aku memotong ucapannya lagi. Haha sekarang aku sedikit puas.
"Daan saya ulangi, saya tidak mendorong apalagi menyiram anak anda. Jika anda ingin penjelasan akan saya jelaskan serinci-rincinya bahwa saya tidak bersalah." Kataku lagi saat melihat dia ingin membuka mulut penuh dosanya itu.
"Jadi maksudmu anak saya yang salah?!" Bentaknya sambil memegangi anaknya yang masih tersedu-sedu. Masih bocil (bocah cilik) tapi udah jago acting ya bund.
"Benar. Sebelumnya saya sedang berbincang dengan sepupu saya yang imut ini dan tiba-tiba saja dia--ah tidak putri anda yang sangaaat anda sayangi itu menabrak punggung saya dan hampir membuat saya terjatuh." Jelasku panjang lebar dan membuat gadis itu terdiam ditempatnya.
"I-itu tidak benar!!" Teriaknya masih tetap dipelukan mamanya.
"Benarkah? Tetapi saya punya bukti tuh." Ucapku menyeringai. Aku berbalik badan dan menunjukkan punggungku yang terdapat noda teh miliknya ketika dia menabrakku tadi. Untungnya rambut ku saat itu kusingkap kedepan.
"Jika saya menabraknya dan menyiramnya dengan minuman seharusnya noda ini tidak disini bukan?" Ibu dan anak itu terlihat menegang dan bersiap mengatakan sesuatu. Tetapi itu tidak sempat karena papa dan mama yang dengan terburu-buru menghampiriku. Ah dan dibelakangnya ada kakek dan nenek serta paman dan tante.
Aku tersenyun kemenangan ketika mendengar ucapan kakek yang membuat dua ibu dan anak itu mematung seketika.
"Saya sudah mendengar semuanya tadi. Jika kalian ingin segera mengetahui siapa yang jujur dan berbohong, kita bisa melihat rekaman cctv diruangan yang ada di lantai atas."
Mereka berdua terlihat pucat. Anaknya sudah tidak menangis dan memeluk mamanya dengan erat."Tenang saja, akan mama urus." Bisiknya tetapi masih bisa terdengar olehku. Ooh jadi mereka memang sudah merencanakan ini yaa. Tapi sayang, aku akan membuat kalian diam.
Aku melirik papa dari si gadis itu. Tetapi disana aku malah melihat dia yang seperti tidak tertarik dengan perseteruan ini. Syukurlah setidaknya masih ada yang waras.
"Tidak perlu.. saya takut jika rekaman cctv itu malah akan membuat cucu anda malu dan itu akan berpengaruh pada anda." Katanya dengan nada tenang. Pintar sekali berbohong tante? Huh orang ini sungguh membuatku jengkel.
"Tidak! Saya tidak akan malu." Sanggahku dengan tersenyum manis, semanis-manisnya.
'Dan kalianlah yang akan malu.'
Mereka terlihat gugup disana. Anaknya juga terlihat takut dan gemetar.
"Jika memang anak anda tidak bersalah, seharusnya dia berani untuk melihat cctv. Tapi..." aku menatap mereka tajam bergantian lalu mengukir senyum.
"Jika memang anak anda yang salah, dia harus menerima hukuman!" Seruku dengan tersenyum sangat lebar. Bocah itu memelototkan matanya lalu berdiri dengan tegap dan berteriak.
"Tidakk!! Iya! Iya aku yang menabraknya, dan menyiram teh itu pada diriku sendiri! Aku telah berbohong!" Teriaknya dengan lantang sambil menunjuk dirinya sendiri.
'Benar. Memang itu yang harus kau lakukan!' Batinku dan tersenyum penuh kemenangan.
Para tamu pun mulai berbisik mengenai pengakuan gadis itu.
Mamanya terlihat terkejut lalu menutup mulut anaknya dengan terburu-buru. Anaknya memberontak dengan air mata yang turun dengan deras.
"Aku tidak mau dihukum!!" Teriaknya setelah lepas dari mamanya. Ahaha permainan ini sungguh menyenangkan. Lihatlah wajah gugup dari si emak nyebelin itu.
Saat ini bisik-bisik sudah memenuhi ruangan, si tante menjengkelkan itu terlihat takut sekarang. Dan anaknya yang masih menangis.
"Jadi tadi kamu berbohong?" Tanya kakek dengan nada yang tidak ramah. Saat merasa kakek akan marah besar, nenek segera mendekatinya dan mengusap punggungnya berusaha menenangkan.
Bocah itu tersentak lalu menganggukkan kepalanya dengan kaku. Dan kali ini kakek beralih menatap ibunya dengan tajam.
"Dan anda sebagai ibunya ingin tetap membelanya?" Tanya kakek mengintrogasi dengan aura yang mencekam.
'Haha aku suka ini, lanjutkan kek!!'
Disampingku Raska menarik lengan bajuku dan menunduk. Ah benar! Mungkin ini pertama kalinya dia melihat sosok kakek yang seperti ini, walaupun aku juga sama sih. Tapi aku tak takut.
"Jangan takut." Lirihku berusaha menenangkannya, dan syukurnya berhasil. Dia mengangguk dan kembali mendongak sambil tersenyum.
'My heart!!'
"Ti-tidakk!! Pasti anak itu sudah melakukan sesuatu pada putriku! Dia---"
"Anda sedang mencoba menutupi kesalahan putri anda?"
Duarr!
Orang itu terdiam takut. Wajahnya benar-benar enak dilihat saat ini. Dia menunduk sambil mengepalkan tangannya erat. Sungguh menyedihkan...
"Pergilah! Tamu sepertimu benar-benar tidak diinginkan disini!" Perintah kakek dengan nada yang menyeramkan. Aku saja ikut bergidik.
Orang itu tetap diam dengan tangannya yang masih mengepal erat. Dan tanpa diduga suaminya maju dan menggendong putrinya yang masih sesenggukkan. Lalu mengatakan sesuatu.
"Maaf jika kami sudah membuat keributan. Kami permisi." Ucapnya sembari menundukkan badannya dan menyeret istrinya keluar.
"A-apa yang---"
"Diam." Potong suaminya saat istrinya ingin protes. Hmm, orang itu cukup bijak. Karena jika sampai terjadi masalah lanjutan, mungkin dia akan kehilangan sesuatu yang besar. Karena sebagian besar tamu disini adalah rekan bisnis kakek. Dan aku juga yakin dia sama.
Setelah beberapa detik aku mengingat sesuatu. Aku harus memberikan kesan baik disini! Aku mendekati kakek dan menarik ujung bajunya untuk berfokus padaku.
"Maaf kakek, saya telah membuat kerusuhan diacara yang penting ini." Ucapku dengan menundukkan kepala dan bertingkah sesopan mungkin.
Kakek sedikit tersentak lalu menepuk kepalaku pelan. Aku mendongak menatapnya.
"Tidak. Kamu sudah berbuat hal yang benar." Ujarnya tersenyum lembut kearahku.
'Aku sudah tahu kok!'
Paman dan tante juga terlihat lega disana. Apalagi papa dan mama yang terlihat bangga. Haha aku adalah anak yang membanggakan.
Bisik-bisik juga mulai terdengar lagi, tapi kali ini bisa membuatku besar kepala.
"Waah cucu dari tuan Floras benar-benar berani."
"Dia terlihat sangat anggun."
"Aahh, dia akan cocok dengan putraku."
"Benar-benar seorang putri idaman."Dan lain sebagainya.
'Sudah cukup.. tolong. '
Aku malu sekarang.. pujian-pujian itu berlebihan. Sungguh
"Baiklah. Mari kita lanjutkan pestanya!" Seru kakek tersenyum lebar mengalihkan perhatian para tamu. Aku merasa lega sekarang. Sampai sebuah kalimat datang.
"Reane...menyeramkan."
'Raskaaa~!!'
TBC.
Lagi enak-enaknya besar kelapa eh malah diganggu bocil imut.
Mwehehe kesian dek Reane.
Tunggu chapter selanjutnya yaah~
Bye~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk Kedalam Komik BL [END]
FantasyKarena makan makanan beracun. Aku, Arin Alesta mati dan bereinkarnasi menjadi Reane. Si anak keluarga kaya yang dimanja. Kunikmati hidupku dengan penuh kenyamanan hingga, sebuah fakta mengejutkanku. "Yaah, kalau begitu siapa namamu?" "A-Adim.. Adim...