🐟Happy Reading🐟
Wajah Reane pucat pasi, ia jadi gelagapan sendiri diambang pintu UKS sekarang. Bahkan kresek berisi makanan dari Adim sampai jatuh ke lantai.
Setelah sadar dari keterkejutannya, Reane mengambil kresek tersebut dengan cepat. Lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tidak berani menatap Roni yang sedang menyorot tajam dirinya.
"Ahaha, aku salah masuk!" Kilah Reane, ia melirik nampan berisi obat-obatan yang tercecer di lantai. Lalu mata Reane beradu dengan Roni seperkian detik.
"Dari pada diam saja seperti rubah kejepit, lebih baik kemari dan bantu aku merapikan ini!" Ujar Roni dengan nada ketus nya. Reane bergeming ditempatnya. Tangannya mulai berkeringat dingin.
'Kalau nolak masih hidup nggak nih?'
"Ngapain diam saja?!" Reane berjengit, tanpa sadar ia maju dan masuk kedalam UKS. Setelah lima langkah, ia berhenti dan mundur lagi. Roni mengerutkan dahinya keheranan dengan tingkah satu bocah didepannya.
"Nggak mau!" Tolak Reane dengan mempertaruhkan nyawa yang sudah pernah jalan-jalan lalu nyasar.
"Itu bukan permintaan," ucap Roni penuh penekanan. Reane semakin mengeratkan genggamannya pada kresek hitam ditangannya.
"Lalu apa?" Tanya Reane menyela.
"Perintah." Lanjut Roni dengan aura yang mulai tidak enak. Reane meneguk ludahnya kasar, badannya merinding seketika.
"Ha haha, sayangnya--" Nafas Reane tercekat, ia menghentikan ucapannya. Tatapan tajam Roni sungguh membuatnya tidak bisa berkutik. Reane berjalan masuk kedalam UKS dengan langkah ragu.
"Tutup pintunya." Perintah Roni yang masih setia berdiam ditempatnya. Reane menghentikan langkahnya. Lalu menatap pintu yang ia biarkan terbuka lebar.
Reane menutup pintu dengan berharap akan ada yang lewat lalu menolongnya. Tapi sayang sekali, tidak ada sampai akhir. Kasihan.
Reane meringis memandangi wajah Roni yang penuh dengan lebam dan darah segar. Ia meletakkan nampan berisi obat-obatan yang sudah ia punguti tadi disamping Roni yang sedari tadi duduk di salah satu kasur.
'Anak holang kaya, tetapi serasa jadi babu!!'
'Ini juga penjaga UKS nya kemana sih?!'
Reane menggerutu dalam hati, tetapi wajahnya hanya menampilkan raut biasa saja. Seolah ia tidak sedang memikirkan apapun.
"Aku pergi." Reane melangkahkan kakinya menjauh. Roni hanya diam membiarkan gadis tersebut semakin memberi jarak dengannya.
Tiba-tiba Reane menghentikan langkahnya. Membalikkan badan lalu berjalan kearah Roni. Membuat pemuda bersurai hitam tersebut keheranan. Oke, hati nuraninya masih berfungsi.
Reane mengambil satu kursi, lalu duduk didepan Roni yang masih diam mengamati pergerakannya. Reane mengambil nampan yang ada disamping Roni duduk. Dengan telaten ia mengolesi kapas dengan alkohol. Lalu mendekatkan kapas tersebut ke pelipis Roni yang terdapat sedikit bercak darah.
"Apa yang--"
"Ssst! diam atau aku sumpal pakai kapas." Roni mendelik. Dapat keberanian dari mana Reane mengancamnya seperti ini? Padahal beberapa menit lalu gadis tersebut terlihat seperti rubah kedinginan.
Rubah, entah kenapa hewan tersebut selalu ada dibenaknya saat berhadapan dengan Reane.
"Sudah." Reane menempelkan plester terakhir di sudut bibir Roni yang terluka. Lalu tersenyum bangga terhadap karyanya. Roni tertegun, baru kali ini ia melihat senyum lebar dari Reane. Karena biasanya gadis tersebut akan menggigil ketakutan, atau memasang wajah cuek jika didekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk Kedalam Komik BL [END]
FantasyKarena makan makanan beracun. Aku, Arin Alesta mati dan bereinkarnasi menjadi Reane. Si anak keluarga kaya yang dimanja. Kunikmati hidupku dengan penuh kenyamanan hingga, sebuah fakta mengejutkanku. "Yaah, kalau begitu siapa namamu?" "A-Adim.. Adim...