Typo bertebaran!
🐟Happy Reading🐟
"Hiyak!!" Reane menerjang tubuh Rendyan yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Rendyan yang sedang asik membaca koran lantas menghentikan kegiatannya dan berfokus pada gadis kecilnya.
"Belum tidur hm?" Rendyan mencubit pipi gembul Reane dengan gemas. Sedangkan Reane sudah memasang muka kesalnya.
"Sekarang kan baru jam delapan!" Ucap Reane lalu mengubah posisinya. Melihat koran majalah yang papanya letakkan di meja.
'Seorang pengusaha bunuh diri karena terlilit banyak hutang...'
"Euh.." Reane menatap nanar berita yang ada dihalaman majalah bacaan Rendyan.
"Ada apa putriku yang cantik?" Tanya Rendyan kala melihat anaknya memasang wajah yang kurang menyenangkan.
"Apa Reane benar-benar cantik?" Tanya Reane ngawur. Ia memutar badannya menatap Rendyan yang memasang wajah syok.
"Tentu saja! Memangnya siapa yang bilang anak papa yang cantik ini jelek?!" Rendyan mengepalkan tangannya ke udara. Membuat Reane tertawa geli melihatnya.
"Om Ansa." Jawab Reane jujur.
Ansa yang sedang berjalan didekatnya mendelik mendengar namanya disebut-sebut. Ia mengangkat satu alisnya saat bertatapan dengan muka garang milik Rendyan.
"Apa?" Tanya nya dengan wajah tanpa dosa. Membuat Rendyan geleng-geleng kepala.
"Biarkan saja, dia mungkin harus periksa ke dokter mata." Bisik Rendyan pada Reane sambil mencubit hidung gadis kecil itu.
"Apa yang kakak bicarakan?" Tanya Ansa kala sudah duduk di sofa samping Rendyan dan Reane duduk.
"Tidak ada." Ucap Rendyan cuek. Reane terkikik geli melihat tingkah papanya yang sedang kesal tersebut.
Ansa mengendikan bahunya acuh. Lalu kembali fokus pada layar smartphone nya.
"Sudah beres?" Tanya Rendyan tiba-tiba. Sambil menyuapi Reane dengan biskuit yang sudah dari tadi tersedia dimeja.
Ansa tersenyum miring.
"Bukankan sudah diliput?" Tanya Ansa balik. Ia melirik Rendyan yang juga sedang tersenyum jahat. Lalu kembali melihat smartphone nya karena merinding.
"Baguslah." Reane menatap interaksi mereka berdua dengan wajah bingung. Ia ingin bertanya tetapi kedahuluan oleh suara melengking milik tante nya.
"Kami pulang!!" Fivia memasuki ruang tamu yang luas tersebut dengan langkah lebar. Diikuti suaminya yang menenteng banyak barang bawaan. Bahkan dibelakangnya masih ada dua pelayan yang juga membantu membawa belanjaan miliknya.
"Via!!" Reane berlari menuju Fivia lalu memeluknya. Setelah itu Fivia menggendong Reane dengan wajah gembira nya.
Memang kemarin Fivia meminta Reane memanggilnya Via saja. Dia bilang merasa tua jika dipanggil tante.
"Aku bawakan banyak baju untuk Reane. Nanti coba pakai ya!" Seru Fivia lalu mendudukan diri di salah satu sofa.
"Pantas saja tidak pulang-pulang." Celetuk Ansa sambil mengunyah biskuit. Ia meletakkan smartphone ke atas meja.
"Terserah ku dong!" Ucap Fivia dengan juluran lidah diakhirnya.
"..."
"Haha, tenang saja. Kami membelikan es dawet untukmu." Sahut Tio tiba-tiba. Membuat Ansa menatapnya seketika. Matanya terlihat berbinar tetapi segera ia tutupi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk Kedalam Komik BL [END]
FantasyKarena makan makanan beracun. Aku, Arin Alesta mati dan bereinkarnasi menjadi Reane. Si anak keluarga kaya yang dimanja. Kunikmati hidupku dengan penuh kenyamanan hingga, sebuah fakta mengejutkanku. "Yaah, kalau begitu siapa namamu?" "A-Adim.. Adim...