Chap 9

8.5K 1K 9
                                    

"Ti--tidak bisa! Kita akan suit lagi untuk itu."

Aku mengintip dari ayunan yang kunaiki. Disana ada Adim dan Raska yang sedang berbincang serius. Aku ingin menghampiri mereka, tetapi ku urungkan niatku saat Adim mulai berbicara lagi.

"Reane bukan milikmu, dan Reane akan menikah denganku nanti!" Kata Adim dengan sedikit mengangkat dagunya.

'Apa-apaan tu bocah?!'

"HEI KALIAN!!" Aku yang merasa kesal pun turun dari tempat ku sembunyi, ayunan. Dan menghampiri mereka yang mematung disana.

"Apa maksudnya suit, seharian, dan menikah?!" Tanyaku dengan mata memincing menatap mereka penuh amarah dan bertanya-tanya.

"I-itu bukan... anu R-Reane sedang apa disini?" Raska terlihat gugup saat menjawab pertanyaanku, dia juga mencoba mengalihkan pembicaraan. Dan Adim yang diam saja menatapku, tetapi aku bisa melihat dia yang berkeringat dan bergerak tidak nyaman disana.

'Hmm pasti ada sesuatu nih.'

Aku maju satu langkah lalu melipat tanganku di depan dada. Menatap mereka berdua bergantian lalu mengirup napas dalam-dalam.

"Jika kalian tidak memberitahuku, aku tidak mau berteman dengan kalian berdua titik!" Ucapku lalu pergi meninggalkan mereka yang memelototkan mata kaget mendengar ucapanku.

'Lihat wajah bulat kalian yang kaget itu hahaha.'

Aku berjalan menjauhi mereka dengan tangan yang masih terlipat didada. Tetapi langkahku terhenti saat ada sesuatu yang melingkar di tanganku.

"Maaf..." aku memutar badanku dan melihat disana terdapat Raska yang menggenggam tanganku dan meminta maaf.

Aku memiringkan kepala dan menatapnya bingung.

'Maaf untuk apa?'

Memangnya kenapa dia sampai minta maaf?

Raska tetap menunduk dan beberapa detik kemudian terdengar isakan tangis. Aku yang kaget pun menangkup wajahnya untuk menatapku.

"Kenapa menangis?" Tanyaku khawatir, disana aku bisa melihat air mata yang menetes dari mata bulatnya. Dia mengambil tanganku yang masih dipipinya dan menggenggamnya erat.

"Ka-kami hanya melakukan suit untuk bisa bersama Reane..." jawabnya gemetar. Aku mendengus pelan mendengar ucapan konyolnya itu. Memangnya aku boneka yang bisa dimiliki dengan memenangkan suit?

"Jika Reane tidak suka kami tidak akan melakukannya." Ujar Adim dari belakang. Adim berjalan mendekat dengan wajahnya yang datar. Dia menatap Raska intens lalu merogoh sesuatu dari saku.

"Ini! Anak laki-laki tidak boleh menangis." Katanya sambil menyodorkan sapu tangan yang baru saja dia ambil dari sakunya.

Krak!

Gembok jiwa fujho ku hancur.

Wajahku panas, jantung yang tidak mau santai, dan aku yang mati-matian menahan mulutku agar tidak terbuka untuk berteriak.

'Aahhh! Sungguh pemandangan yang luar biasaa!!'

Aku memang bisa menahan jeritanku tapi tidak dengan senyumanku. Bibirku melengkung 180° sempurna. Dan mata yang tertutup membayangkan Adim yang mengelap air mata Raska lembut dengan sapu tangannya.

"A-aku ingin ke..toilet eessebentar." Ucapku terbata-bata lalu berlari menuju pohon besar yang agak jauh dari mereka berdua.

"AAKHH!! Mataku mendapat hidayahh!!" Pekikku saat sudah berada dibawah pohon tersebut. Aku meloncat-loncat kegirangan melupakan semua kekesalanku tadi.

Masuk Kedalam Komik BL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang