"Selamat pagi dunia tipu-tipu!!"
"Nona, tolong kecilkan suara anda.."
Reane berjalan menjauhi jendela kamarnya dengan senyum yang merekah. Menggumamkan lagu dan berjalan sambil berputar-putar. Entah karena alasan apa suasana hatinya pagi ini sangat baik. Ia memberhentikan langkahnya lalu mendekati Lira yang sedang menyiapkan seragam sekolahnya.
"Lira! Berapa umurmu sekarang?" Tanya Reane random. Lira menaikan alisnya bingung, tetapi tetap menjawab.
"25 tahun, mungkin.." ucapnya tidak yakin. Reane cemberut mendengar jawaban ambigu Lira. Apa-apaan katanya? Mungkin? Memangnya seberapa berat hidupnya sampai lupa dengan umur sendiri?
Tetapi dalam jeda beberapa detik Lira mengangguk dan tersenyum.
"Benar 25 tahun." Katanya dengan ekspresi yakin. Lalu melanjutkan kegiatannya.
"Lira yakin? Lira tidak lupa kan?" Tanya Reane dengan wajah detektifnya. Lira terkekeh pelan lalu mengangguk.
Reane terperangah menatap senyum Lira. Sangat jarang ia bisa melihat senyun langka itu. Tentu itu karena ekspresi datar milik babysitter nya itu, atau sekarang bisa diganti menjadi pelayan pribadi.
Sebenarnya dua tahun yang lalu Lira akan meninggalkan rumah besarnya ini. Karena kontrak kerjanya hanya 5 tahun, dan dia juga bekerja sebagai babysitter. Bukankah anak berumur 5 tahun sudah cukup besar untuk memiliki babysitter?
Tetapi karena rengekan Reane yang tidak ingin Lira pergi, akhirnya papa dan mamanya mempekerjakan Lira lagi. Sebagai pelayan pribadi Reane. Dan sebagai pekerja tetap.
Bagi Reane, Lira sudah seperti kakaknya sendiri, walau umurnya terpaut cukup jauh. Karena sifat dari Lira kebanyakan sama seperti sifat kakaknya dikehidupan dahulu. Pendiam, jarang tersenyum, tidak suka berdebat, dan selalu mengalah.
"Kalau begitu kenapa Lira tidak menikah?"
"Eh?"
'Eh?'
"Kok malah 'eh'?! Reane tanya-nya kenapa Lira tidak menikah?!" Geram Reane sambil terus menatap Lira lekat-lekat.
"Tidak, saya hanya kaget." Jawab Lira dan melanjutkan pekerjaannya.
"Saya tidak ingin menikah.." lanjutnya dengan senyum kecil. Lalu beralih berjalan mengambil tas Reane dan memasukkan buku pelajarannya.
"Padahal menikah itu wajib." Gerutu Reane lalu melepas kancing piyama- nya bersiap untuk mandi. Lira hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar ucapan ngawur Reane. Sejak kapan menikah menjadi wajib di negara ini?
"Sejak aku lahir." Ucap Reane lalu berjalan menuju kamar mandi. Lira melongo menatap pintu kamar mandi yang sudah tertutup. Lalu ia kembali tersenyum. Nonanya memang istimewa.
"Saya hanya ingin selalu disamping anda."
☆☆☆
"Kubilang juga apa."
"Apa?!" Sentak Reane menatap nyalang Adim didepannya. Saat ini mereka sedang berjalan dikoridor sekolah. Tentunya ada Raska juga disana.
"Tidak jadi." Adim melirik Reane yang sedang merengut sambil melirik tajam padanya. Dia ingin tertawa tetapi menahannya. Wajah Reane sekarang sangat lucu untuk dilihat. Penuh dengan krim sisa-sisa kue yang di berikan teman sekelasnya tadi.
Beberapa menit lalu, teman sekelasnya membagikan kue buatan rumahnya. Reane yang kesenangan mendapatkan dua kue dengan krim keju berlari menghindari temannya yang lain, tentunya yang ingin merebut kue miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk Kedalam Komik BL [END]
FantasyKarena makan makanan beracun. Aku, Arin Alesta mati dan bereinkarnasi menjadi Reane. Si anak keluarga kaya yang dimanja. Kunikmati hidupku dengan penuh kenyamanan hingga, sebuah fakta mengejutkanku. "Yaah, kalau begitu siapa namamu?" "A-Adim.. Adim...