Note: Zatta saranin bacanya habis berbuka atau sebelum sahur🙂 selebihnya terserah kalean🙄
🐟Happy Reading🐟
Mata Roni membulat, ia mundur beberapa langkah. Telinganya salah dengar kan? Itu tidak benar bukan? Hanya halusinasi Roni, katakan jika itu hanya halusinasi Roni!
"Ha.. aku pasti salah dengar." Roni terus mencoba meyakinkan dirinya. Ia kembali mendekat dan menggenggam kedua tangan Reane dengan lembut.
"Tidak." Reane menghempaskan tangan Roni dari dirinya.
"Aku benar-benar membencimu."
Lidah Roni terasa kelu, ia sama sekali tak mengerti, jika memang benar Reane membencinya, setidaknya ia tahu alasannya bukan?
Reane berjalan melewati Roni, ia harus segera pergi dari ruangan sesak ini.
"Alasan."
"Berikan aku alasannya!" Reane tak menggubris, ia terus melangkah menuju pintu.
"Ck!" Roni berjalan dengan langkah lebar, menarik lengan Reane yang sebentar lagi menggapai gagang pintu. Roni menghempaskan tubuh Reane ke tembok disampingnya.
Brak!!
"Akh! Roni! Apa yang--mmpphh?!"
Roni mencium bibir Reane tiba-tiba, melumatnya dengan kasar membuat Reane kuwalahan. Reane terus meronta dengan mengerahkan seluruh tenaganya yang tentu tak akan bisa mengalahkan Roni.
Dirasa pasokan oksigen mulai menipis, Roni melepaskan tautan tersebut. Baru saja Reane merasa lega, ia harus menerima serangan lanjutan dari Roni. Roni menggigit leher putih Reane, membuat gadis tersebut berteriak kesakitan.
"Ja..ngan.. lepas! Lepas!" Teriakkan Reane tak Roni hiraukan, telinganya seakan tuli untuk mendengar rintihan kesakitan gadis tersebut.
"Menjauh dariku.. tidak! Jangan.."
"Roni.. aku mohon hiks.. jangan hiks."
Roni berhenti dalam sekejab setelah mendengar isakan Reane, ia terhuyung kebelakang. Pupilnya mengecil kala melihat penampilan acak-acakan Reane.
'Apa.. yang sudah aku lakukan?'
"Hiks.. hiks.." Reane menggigit bibirnya hingga berdarah, lalu menyorot tajam Roni.
"Aku.. maafkan ak--"
"Aku membencimu! Aku sangat membencimu!!"
"Aku.. aku tidak sengaja, maafkan--"
"Kau selalu saja seperti ini! Melakukan semua yang kau mau! Tak pernah memikirkan perasaanku!"
"Aku membencimu Roni Yedyson! Aku sangat membencimu! Pergilah sejauh mungkin dariku! Jangan pernah mendekatiku!!"
Deg..
Roni terhuyung kebelakang, ia tak sanggup mendengar itu. Matanya menatap penuh rasa bersalah pada Reane. Ia.. benar-benar tidak sadar.
Reane keluar dari ruang musik dengan berderai air mata. Ia berjalan dengan langkah cepat untuk segera menuju kamar mandi. Sesampainya ia dikamar mandi, Reane membasuh mukanya dengan isakan yang masih terdengar.
"Benci.. benci.. aku benci.." Reane menggosok bibirnya berulang kali, seakan ingin menghilangkan bekas itu selamanya. Ia juga mencoba menghilangkan bekas gigitan Roni di lehernya, tetapi itu sia-sia. Bekas itu masih terpampang jelas. Mau tak mau Reane hanya bisa menutupinya menggunakan kerah seragamnya.
Sruk!
Roni terduduk lemas, mengapa ia bisa lepas kendali seperti ini? Seharusnya ia kemari untuk menyelesaikan masalahnya dengan Reane, masalah yang ia tak ketahui. Tetapi yang ia lakukan malah sebaliknya, ia semakin memperumit masalah itu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk Kedalam Komik BL [END]
FantasyKarena makan makanan beracun. Aku, Arin Alesta mati dan bereinkarnasi menjadi Reane. Si anak keluarga kaya yang dimanja. Kunikmati hidupku dengan penuh kenyamanan hingga, sebuah fakta mengejutkanku. "Yaah, kalau begitu siapa namamu?" "A-Adim.. Adim...