🐟Happy Reading🐟
"Hm~ hm~" Reane bergumam sambil memutar-mutarkan badannya yang berbalut seragam SMA berwarna merah dan putih. Memandangi pantulan dirinya didepan cemin. Sangat sempurna.
Rambut merah cerah bergelombang sepinggang yang dibiarkan terurai. Mata berwarna emerald yang bersinar bagai batu zamrud. Kulit berwarna putih bak porselen. Dan bibir pink alami tanpa diolesi apapun.
Penampilan yang natural, tetapi sangat mempesona.
"Lira, kakak sudah didepan?" Tanya Reane pada Lira yang sedang merapikan buku-buku miliknya, lalu memasukannya kedalam tas berwarna abu-abu tersebut.
"Sudah nona." Jawab Lira seadanya. Reane tersenyum pada Lira. Mengambil tas miliknya, lalu keluar kamar dan turun kebawah dengan tergesa.
"Kakak!" Pekik Reane saat sudah sampai di ruang tamu. Ia memeluk Ansa yang sedang sibuk bermain ponsel miliknya. Ya, sekarang Reane sudah terbiasa memanggil Ansa dengan sebutan kakak. Tentunya karena paksaan Ansa setiap bertemu.
"Kau mengagetkanku." Ucap Ansa dengan wajah datarnya. Setelah tidak bertemu dua bulan. Ternyata keponakannya sama sekali tidak berubah.
Selama dua bulan lalu, Ansa tidak berada di rumah. Ia melakukan survei tanah untuk pembangunan vila di luar kota. Tentunya itu karena pekerjaan.
"Sudah lama tidak bertemu!" Ucap Reane tersenyum. Lalu duduk disamping Ansa yang sudah meletakan ponsel nya di meja.
"Kau merindukanku?" Goda Ansa menaik turunkan alisnya. Tersenyum mengesalkan.
"Tentu saja! Asal kau tahu, aku sangat kesulitan saat kau tidak ada disisisku!" Seru Reane sambil mengepalkan kedua tangannya. Dan menunjukan tampang mendrama miliknya.
"Hm? Kenapa bisa begitu?" Tanya Ansa. Ia sedikit penasaran dengan apa yang keponakannya tersebut pikirkan tentang dirinya.
"Aku jadi sulit mencari alasan keluar rumah." Jawab Reane enteng. Ansa menghela nafasnya, memangnya apa yang ia harapkan? Dirinya selalu saja di php oleh keponakannya tersebut.
"Kalian berangkat sekarang?" Tanya Miran menyela pembicaraan Ansa dan Reane.
"Iya!" Jawab Reane. Ia mengedarkan pandangannya. Alisnya berkerut.
"Dimana Nuan?" Tanya Reane kala tidak melihat adik laki-laki nya. Padahal biasanya bocah itu akan menempel padanya.
"Aku disini!" Reane terlonjak kaget. Lalu membalikkan badan sambil berkacak pinggang. Nuan nyengir kuda melihat kakaknya yang sudah siap menerjangnya.
"Tunggu!! Maaf maaf!" Sela Nuan kala Reane sudah hampir menangkapnya. Nuan tersenyum lebar lalu memeluk kakak yang lebih tinggi darinya.
"Mau berangkat bareng?" Tanya Reane pada Nuan. Nuan berpikir sejenak. Baru saja ingin menyetujuinya, Ansa sudah mengeluarkan aura mencekamnya.
"Uhh, aku berangkat bersama sopir." Ucap Nuan dengan setengah hati. Anak laki-laki berumur delapan tahun tersebut melirik Ansa yang tersenyum puas. Sedangkan ia merasa kesal.
'Andaikan wajahnya tidak menyeramkan!'
"Sayang sekali.." lirih Reane. Lalu menepuk kepala Nuan sebentar, sebelum mengambil bekal yang sudah disiapkan Lira untuknya.
"Kakak berangkat sekarang?" Tanya Nuan mengekori Reane dan Ansa yang sudah berada diteras. Ia mencebikkan mulutnya, membuat Reane gemas sendiri.
"Ututu~ sepertinya nanti kakak pulang cepat." Bujuk Reane. Tidak ingin adiknya berangkat sekolah dengan wajah tertekuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk Kedalam Komik BL [END]
FantasyKarena makan makanan beracun. Aku, Arin Alesta mati dan bereinkarnasi menjadi Reane. Si anak keluarga kaya yang dimanja. Kunikmati hidupku dengan penuh kenyamanan hingga, sebuah fakta mengejutkanku. "Yaah, kalau begitu siapa namamu?" "A-Adim.. Adim...