''Aku.. Adalah anak kecil yang kau selamatkan di taman 8 tahun lalu.''
Halcin memundurkan wajahnya saat take mendapat respon dari Reane, dia memegang dagu Reane lalu memutarnya untuk menatap dirinya.
''Kau.. Masih ingat bukan?'' tanya Halcin dengan mata kuningnya yang berkilat.
Reane mengangguk, melihat itu Halcin tersenyum sangat lebar. Ia sangat bahagia karena Reane mengingat dirinya.
'Sejujurnya aku lupa, tapi sepertinya akan buruk jika aku mengatakannya.'
Halcin menarik tubuh Reane lalu menidurkannya, menarik selimut dan menutupi tubuh Reane menggunakan itu.
''Sekarang sudah malam, karena dingin jangan keluar dari selimut ini ya!'' nasehatnya lalu menepuk-nepuk kepala Reane. Reane mengangguk paksa, sungguh dirinya sangat tertekan. Tak tahu apa yang sebenarnya orang ini pikirkan.
Halcin mengelus kepala Reane lalu menyanyikan lagu nina bobo, ia benar-benar memperlakukan Reane bak putri raja.
''Ahh~ wajahnya yang tertidur pun terlihat indah!'' pekik Halcin, lalu menutup mulutnya dan menyengir.
''Sebaiknya aku pergi, selamat malam.. Malaikatku..'' ujarnya sambil mengecup kening Reane, lalu keluar dari kamar itu dan tak lupa menguncinya.
Sesaat setelah Halcin pergi, Reane terduduk dan memegang keningnya. Lalu turun dari kasur dan berlari menuju kamar mandi.
Sesampainya di kamar mandi, Reane menggosok keningnya dengan air dan wajah jijik. ''Aku telah terkontaminasi dengan virus tidak waras!'' gumamnya kesal. Ia memandang cermin lalu menatapnya sendu.
''Aku ingin pulang..'' rengeknya lalu terduduk, dirinya sangat tahu jika saat ini ia berada dalam bahaya. Walaupun perlakuan orang itu sangat baik padanya, tetap saja dia tidak tahu apa yang Halcin itu inginkan.
''Dia bilang kalau aku pernah menolongnya bukan? Tapi kapan?''
''Taman, taman, taman, mana sih?!'' Reane menggerutu kesal saat tak bisa mengingatnya, tetapi ia harus segera mengingatnya atau Halcin bisa curiga. Reane bisa menduga, pasti Halcin akan berbuat hal yang sama seperti saat Reane menuduh Halcin menculik dirinya dan bersikeras bertanya tentang keberadaan mereka saat ini.
Reane berdiri lalu keluar kamar mandi, ia mendudukkan dirinya di tepi kasur, memandang tirai gorden yang menutupi jendela. Sinar bulan menyeruak masuk dan sedikit menerangi ruangan gelap itu.
Reane kembali berdiri lalu membuka gorden, disana terlihat taman bunga yang begitu luas dan penuh dengan bunga warna-warni. Sesaat Reane terperangah melihat hamparan bunga itu. Sangat indah, apalagi sinar bulan purnama membuat bunga-bunga itu seakan bersinar.
Mata Reane lalu menelisik sisi yang lain, hanya terlihat pohon-pohon besar yang rindang. Reane kembali menutup jendela dan menghela napas.
''Apa ini semacam kastil di dalam hutan?'' gumamnya lalu menidurkan tubuhnya, ia menarik selimut lalu menutup matanya.
''Setidaknya dia tidak tidur bersamaku. Itu patut disyukuri.'' lirihnya lalu mencoba terlelap.
~•••~
Pencarian Reane dilakukan secara besar-besaran, tiga perusahaan besar bekerja sama untuk menemukan gadis itu. Floras Group, Serhen Group dan Yedyson Group. Ah ngomong-ngomong, saat ini direktur utama perusahaan Yedyson sedang kosong posisinya. Tetapi sudah ditentukan bahwa Roni adalah pemilik kursi itu. Kerabat dari Grea tentunya tak terima, tetapi gadis itu memilih mengalah. Iya tak berminat dalam hal semacam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk Kedalam Komik BL [END]
FantasíaKarena makan makanan beracun. Aku, Arin Alesta mati dan bereinkarnasi menjadi Reane. Si anak keluarga kaya yang dimanja. Kunikmati hidupku dengan penuh kenyamanan hingga, sebuah fakta mengejutkanku. "Yaah, kalau begitu siapa namamu?" "A-Adim.. Adim...