🐟Happy Reading🐟
Sona dinyatakan koma, keadaannya ternyata sangat parah, kepalanya terbentur berkali-kali di anak tangga dan pada akhirnya terjatuh dan membentur dinding.
Banyak murid yang menjenguknya, kasihan pada nasibnya. Karena dia selalu saja berurusan dengan Reane.
Sebenarnya Reane sudah memberikan bukti yang cukup, dibantu oleh Rendyan. Tetapi pihak sekolah tetap tidak bisa memutuskan hasil akhirnya karena mereka membutuhkan saksi dari Sona, bahkan awalnya ini akan di lanjutkan ke jalur hukum karena orang tua Sona yang tidak terima. Sayangnya Rendyan segera menangani itu agar tidak menyebar apalagi menjadi isu dalam media berita.
Adim mengelus pucuk kepala Reane, gadis itu saat ini sedang tidur disampingnya. Sekarang mereka berada didalam mobil yang sedang bergerak.
''Masalah untukmu benar-benar tak berhenti.'' lirih Adim, matanya menyorot sendu wajah Reane. Wajah mungil yang terlihat lugu saat tertidur itu membuat hatinya semakin nyeri.
''Aku selalu mengharapkan datangnya hari dimana aku bisa memelukmu sepuasku.'' bisiknya dengan suara sangat kecil, bahkan sang supir tak mampu mendengar secuil katapun. Kecuali Reane, jantung gadis itu sudah bergemuruh hebat.
Sepertinya Adim salah paham dan mengira jika usaha Reane untuk menenangkan diri justru dianggapnya sedang tidur. Dan tanpa sadar ia mengungkapkan isi hatinya pada gadis itu.
Reane tetap diam, tetapi itu hanya berlaku untuk tubuhnya. Karena saat ini batinnya tengah bergejolak hebat.
'Adim.. Menyukai ku?' termangu hebat, Reane bahkan tidak sanggup hanya untuk menghela napas.
'Mengapa aku tidak menyadarinya? Sejak kapan?'
''Aku tidak suka jika kau selalu membuatku khawatir begini, tetapi aku akan selalu ada di sampingmu.'' lirih Adim melanjutkan.
''Sampai kapanpun, dan dalam keadaan apapun..'' setelah memasuki gerbang rumah Reane Adim memastikan supir sudah turun dan mengecup pipi Reane sekilas. Semakin membuat Reane speechless.
"Aku mencintaimu, selalu." setelah mengatakan itu Adim menggendong Reane untuk masuk kedalam rumah besar itu. Ia tak sanggup jika harus membangunkan tidur sang ratunya.
Adim membaringkan tubuh Reane di kasurnya, lalu segera pergi sebelum otaknya melaju semakin jauh. Karena sebenarnya dia sudah hilang kendali saat mencium pipi Reane. Ia tak akan pernah bisa melakukan yang lebih jauh dari itu.
Cklek.
Reane terduduk dari tidurnya, ia menutup mulutnya dengan mata melotot. Wajahnya merah padam, bahkan sampai lehernya.
''Pa-pasti mim..pi.'' ucap Reane gagap, ia sangat tidak menyangka jika Adim memiliki perasaan terhadapnya.
''Ini sangat mengejutkan.'' lanjut Reane, rona wajahnya tak bisa dihilangkan. Bahkan ia merasakan panas menjalar di wajahnya semakin kuat.
Mengapa dia seberdebar ini? Bahkan perasaan ini tak ia rasakan saat bersama Raska ataupun Roni. Rasa yang begitu asing.
~~~
Disaat Reane melangkahkan kakinya, pada saat itu juga banyak bisikan terdengar. Setelah isu tentang Reane mendorong Sona hingga koma terdengar, banyak murid yang menggunjingnya.
''Kau.. Tidak mungkin melakukan itu kan?" tanya Roni dengan wajah gelisah, memang dia tahu jika Reane agak sadis. Tetapi tidak mungkin gadis itu mencoba menghabisi orang lain.
Reane melirik tak minat kearah Roni.
''Heh,'' Reane terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk Kedalam Komik BL [END]
FantasyKarena makan makanan beracun. Aku, Arin Alesta mati dan bereinkarnasi menjadi Reane. Si anak keluarga kaya yang dimanja. Kunikmati hidupku dengan penuh kenyamanan hingga, sebuah fakta mengejutkanku. "Yaah, kalau begitu siapa namamu?" "A-Adim.. Adim...