Chap 14

6.5K 817 2
                                    

Reane POV.

"Hoamm." Aku menguap panjang kala baru saja terbangun dari tidurku. Aku menoleh menatap jendela kamar ku yang masih tertutup gorden. Karena sekarang masih jam lima pagi, jadi matahari masih belum terlihat.

Lira juga tumben belum kesini. Tapi wajar sih, aku terbangun lebih cepat dari biasanya. Mungkin efek habis nangis? Tau ah. Dan karena sekolah masih lama, aku turun dari kasur berniat olahraga pagi. Palingan cuma olahraga mata.

Ceklek.

"Tumben sepi." Aku menoleh kekanan dan kiri bergantian. Biasanya jam segini para pengurus mansion sudah bangun.

Setelah cukup lama berjalan, akhirnya aku melihat dua orang pembantu yang sepertinya sedang menyiapkan bahan masakan untuk sarapan nanti.

Tanpa basa-basi aku berjalan menyusul mereka yang sedang berjalan menuju dapur.

"Halo!" Sapaku kala sudah berjalan disamping mereka.

"Ah! nona, selamat pagi!" Sapa salah satu dari mereka dan yang satunya hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala.

"Pagi juga! Kalian ingin kedapur?" Tanyaku pada pembantu itu dan mendapatkan anggukan kepala sebagai jawabannya.

"Kalau begitu, Reane ikut. Sekalian ingin makan beberapa camilan." Ucapku lalu berjalan mendahului mereka sambil bersenandung kecil.

"Iya nona."

~~•~~

"Hm~ hm~" Sekaarang aku sudah berada di taman belakang rumah. Duduk di ayunan sambil memakan beberapa biskuit coklat. Lupakan tentang olahraga pagi ku, sekarang aku malas.

Aku menengadahkan kepalaku menatap langiit yang masih berwarna biru gelap. Aku menutup mataku pelan.

"Sekarang pasti dia sedang bersiap-siap." Gumamku kala mengingat Niel yang akan pindah siang ini.

"Tunggu tunggu, untuk apa aku memikirkannya?"

'Aneh..'
.
.
.
.

Drap! Drap! Drap!

"Reane!"

"Ah! Halo Raska." Sapaku saat mendengar suara Raska yang meneriaki namaku dari lumayan jauh.

Dia segera berlari menuju kearahku dengan senyum yang mengembang. Dan hanya ada satu kata yang aku pikirkan di otakku saat ini.

'Karung'

Lalu tiba-tiba saja tangan ku ditarik oleh Adim yang memang sedari tadi ada disebelah ku. Yap. Aku berangkat sekolah bersama dengannya. Kalau Raska tidak bisa, soalnya arah rumah kami berlawanan.

"H-hei Adim kenapa?" Tanyaku saat dia mulai menarikku berjalan menuju kelas. Dia hanya diam tak bergeming lalu menghembuskan nafas panjang.

"Anak itu merepotkan."

"Hah?" Aku ngeblank sebentar dengan kata-kata yang keluar dari mulut Adim.

'Hah? Apa tadi? Merepotkan? Sebentar....KAU LEBIH MEREPOTKAN BODOH!!'

Aku menghentikan langkahku yang juga membuat Adim berhenti. Dia menoleh kebelakang, tepatnya kearahku dan menaikkan satu alisnya maksudnya bertanya 'apa?'.

Masuk Kedalam Komik BL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang