'Apa-apaan ini? Bagaimana bisa??!!'
Aku berusaha memasang senyum di depan semua orang. Dan sebenarnya didalam hati tuh pengen banget teriak.
Bagaimana gak syok coba? Didepanku sekarang ini adalah Raska, Raska yang itu loh. Cinta nya Adim, sekaligus uke favorit ku aahh.
Saat sedang bergelut dengan alam pikiranku tiba-tiba saja muncul sebuah scene komik didalam kepalaku.
Yang membuat Raska menjadi trauma dengan perempuan adalah karena perbuatan sepupu perempuan tirinya yang selalu menyiksanya saat bertemu.
Ha haha, aku hnya bisa tersenyum kecut, dan sekarang aku paham. Saaangat malahan. Jadi selama ini aku menjadi seseorang yang bahkan hanya muncul sekali dalam komik, namanya saja tidak disebut. Pantas saja aku bingung.
'Hmm jadi untuk jadiin Raska nggak punya trauma ke perempuan adalaaah.. Gue harus berperilaku sangaat baik pada nih anak!'
Hoho aku memang cerdas.
Aku kembali menatapnya dengan senyum cerah. Dia juga menatapku tetapi langsung memalingkan wajahnya, tetapi sedetik kemudian dia kembali menatapku dan tersenyum canggung.
'Aahhh kenapa engkau begitu manizztt? FIX KALAU BUKAN PUNYA ADIM PAKALAN GUE EMBAT!'
Setelah mendapat senyumannya aku terlena sebentar lalu segera kembali pada kenyataan. Aku turun dari sofa dan menghampirinya.
Aku mengulurkan tanganku kearahnya saat sudah sampai didepannya.
"Ayo bermain denganku!!" Seruku sambil memasang wajah yang amat bahagia. Bagaimana tidak coba? Raska adalah laki-laki yang imuutt, berbeda dengan Adim si bocah ngeselin.
Dia tampak ragu-ragu lalu menatap mamanya sebentar. Setelah mamanya menganggukan kepala, dia meraih tanganku dengan pelan. Tanpa ba bi bu aku menariknya ketaman belakang rumah, yaitu taman kesayanganku.
Saat sudah sampai aku berhenti mendadak dan membuatnya kaget lalu menabrakku dari belakang.
Bugh
"A-ah ma..af a-aku tidak sengaja." Katanya sambil menundukan kepala. Aku menangkup pipinya dan mengangkatnya menghadap wajahku.
Disana aku bisa melihat wajahnya yang sudah basah dengan air mata. Aduhh dia benar-benar menggemaskan.
"Tidak apa-apa, lagi pula yang salah itu Reane." Ucapku dengan nada yang lembut berusaha menenangkannya. Matanya membola menatapku, lalu kembali terisak.
'Loh loh? Kok gak berhenti?"
"I-iya." Katanya sambil menahan isakan.
'Kalau kek gini serasa ngebuli njir'
Aku kembali menariknya, tetapi sekarang lebih pelan. Takutnya nanti dia malah kesandung, kan lucu.
Aku melepaskan genggamanku lalu duduk di ayunan yang biasa kududuki dengan Adim. Kenapa sekarang rasanya kangen tuh bocah ya? Bercanda, ya kali kangen tuh tukang bully. Dia hilang aja aku gak peduli tuh.
Aku menepuk-nepuk tempat sebelahku mengisyaratkan untuk menyuruhnya duduk. Tetapi dia malah diam saja, mungkin tidak paham kali.
"Sini ikut duduk!" Kataku setelah bosan melihatnya bengong kek orang habis hilang ingatan.
"Ahh a-apa boleh?" Tanyanya ragu-ragu mendekatkan tubuhnya pelan kearahku. Uh ku akui kau memang benar-benar menggemaskan. Uh jantung tenang-tenang.
"Iyaa! Tentu." Setelah mendengar ucapanku dia segera mendekat dan duduk disampingku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk Kedalam Komik BL [END]
FantasyKarena makan makanan beracun. Aku, Arin Alesta mati dan bereinkarnasi menjadi Reane. Si anak keluarga kaya yang dimanja. Kunikmati hidupku dengan penuh kenyamanan hingga, sebuah fakta mengejutkanku. "Yaah, kalau begitu siapa namamu?" "A-Adim.. Adim...