🐟Happy Reading🐟
"Nggak mauu~" Reane membungkam mulutnya dengan satu tangan. Sebab tangan yang lainnya terpasang selang infus. Menolak bubur yang disuapkan oleh Miran. Saat ini mereka berdua sedang berada diruang rawat inap VIP. Sudah dua hari berlalu sejak Reane dibawa kerumah sakit dari disekolah. Dan dua hari ia absen.
Terdapat Lira yang berdiri disamping Miran. Nuan tidak ada disana karena saat ini masih pagi, dia masih sekolah. Sedangkan Rendyan baru saja berangkat ke kantor, ada sedikit masalah yang harus ia selesaikan.
"Sedikit saja sayang." Bujuk Miran, Reane baru saja memakan dua suap. Tetapi sudah ingin berhenti makan. Miran menatap anaknya khawatir. Seharusnya ia lebih memperhatikan kesehatan anak sulungnya tersebut.
"Kenyang maa.." Reane menggelengkan kepalanya saat Miran menyodorkan sendok ke mulunya lagi. Reane memasang wajah memelasnya. Ia sangat benci berada dirumah sakit. Bau obat-obatan mengingatkannya pada kehidupan pertamanya.
"Kalau begitu minum ya?." Miran menyodorkan gelas berisi air putih pada Reane. Reane meneguknya pelan, tenggorokannya masih sedikit sakit jika dipaksakan menelan sesuatu.
Pintu terbuka, menampilkan seorang pria dewasa berusia 27 tahun masuk kedalam ruangan bernuansa putih tersebut. Reane tersenyum senang saat melihat apa yang dibawa Ansa.
"Cake!" Miran menggelengkan kepalanya. Padahal sedang sakit, tetapi anaknya tersebut lebih memikirkan perutnya. Ia yang meminta Ansa datang dan membawa Chese cake untuk Reane. Sebab anaknya terus merengek dari tadi.
"Ini," Ansa meletakkan barang bawaannya diatas nakas. Ia baru bisa menjenguk sekarang. Sebab dia sangat sibuk kemarin.
Sebenarnya selama dua hari kemarin, Reane selalu ditemani oleh Adim dan Raska. Walaupun hanya saat malam. Sebab pagi sampai sore, mereka berdua sekolah. Dan tidak sedikit juga teman sekelasnya yang menjenguknya, termasuk sahabatnya, Lena. Ia selalu menyempatkan waktunya untuk menjenguk Reane.
Ansa membuka bungkus cake dengan santai, sedangkan Reane sudah menunggu tidak sabaran.
"Sakit tapi makannya pilih-pilih." Cibir Ansa sambil memberikan piring berisi cake tadi. Lalu berjalan menuju sofa untuk duduk. Reane memutar bola matanya, malas meladeni om nya.
"Padahal biasanya kau tidak selemah ini." Ucap Ansa. Reane mengangguk menanggapi.
"Benar, mengesalkan." Gerutu Reane, sebenarnya ia menjadi begini karena tidak meminum coklat panasnya waktu istirahat. Memang sudah keseharian Reane meminum coklat panas waktu musim penghujan seperti ini. Jika tidak ya jadi begini.
Reane terdiam, selain kesal, ia juga takut sebenarnya. Masalahnya, kepribadian asli Roni akan ditunjukkan besok. Dan Reane masih dirumah sakit sekarang. Memang kata dokter, ia sudah bisa pulang nanti sore. Tetapi mana mungkin orang tuanya mengizinkan Reane untuk berangkat sekolah?
Reane menghela nafas, melanjutkan mengunyah makanannya.
"Mama pergi dulu, ada acara." Reane mengangguk. Miran mengecup dahi Reane sebelum pergi dari kamar luas tersebut.
"Ansa, kamu tidak sibuk kan?" Ansa menoleh, menatap kakaknya. Lalu mengangguk.
"Jaga Reane sebentar ya." Reane mengerutkan dahinya. Padahal dia juga tidak masalah sendirian disini. Lagi pula, ia tidak akan bosan karena bisa bermain ponsel atau menonton TV yang memang sudah tersedia diruangan itu.
"Bisa saja." Setelah mengatakan hal tersebut, Ansa kembali memainkan ponselnya.
"Baguslah, ayo Lira." Ajak Miran pada Lira. Lira mengangguk lalu mengikuti majikannya. Ia memang pelayan pribadi Reane. Tetapi ia juga tetap harus melayani Tuan dan Nyonya nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk Kedalam Komik BL [END]
FantasyKarena makan makanan beracun. Aku, Arin Alesta mati dan bereinkarnasi menjadi Reane. Si anak keluarga kaya yang dimanja. Kunikmati hidupku dengan penuh kenyamanan hingga, sebuah fakta mengejutkanku. "Yaah, kalau begitu siapa namamu?" "A-Adim.. Adim...