Chap 10

8.6K 1K 4
                                    

Hari ini adalah hari ketiga setelah aku bertemu dengan anak laki-laki perak. Sekarang aku sedang duduk dibawah pohon besar sambil menunggu anak itu. Aku sudah izin ke Lira, aku bilang ingin bermain sendiri dan tidak boleh diganggu. Walau awalnya dia ragu, tetapi akhirnya memutuskan membiarkanku.

Sekarang sudah jam 11 siang tetapi matahari tidak terlalu panas. Semilir angin menerbangkan rambut panjangku yang dikuncir dua saat ini. Aku menatap keatas, disana hanya terlihat beberapa ranting dan daun berwarna hijau yang menutupi cahaya matahari yang sebenarnya juga redup.

"Dia lama!" Gumamku pelan. Aku selalu menunggunya disini setelah Adim pulang sehabis bermain.

Oh omong-omong Raska sudah pulang dua hari lalu. Dan mereka sudah tidak melakukan suit konyol itu lagi. Lega sih, tetapi Raska selalu menelponku setiap hari. Walaupun wajahnya juga bisa menjadi obat.

"Halo!" Aku segera bangkit lalu mendongak menatap anak laki-laki kemarin sekarang sedang duduk santai diatas pagar. Bibirku terbuka lebar menampilkan senyuman cerah.

'Sudah kuduga dia pasti datang!'

Aku melambaikan tangan ku kearahnya. Dia juga melambaikan tangannya, lalu meloncat ke salah satu ranting pohon yang berada didekatnya. Kemudian turun dan menghampiriku.

Aku masih belum terbiasa dengan apa yang dia lakukan. Aku menepuk pipiku keras lalu menatapnya kembali.

"Uh itu pasti sakit." Ucapnya sambil mengelus-elus pipi miliknya.

"Kakak belum memberitahu Reane nama kakak!" Ucapku to the point. Dia terdiam sebentar lalu duduk direrumputan dan bersender di pohon.

"Duduk dulu." Katanya sambil menepuk-nepuk rumput disampingnya. Aku pun segera duduk lalu menatapnya serius.

"Haha sepertinya kamu tidak sabar mengetahui namaku."

"Iya!" Seruku tanpa basa-basi. Dia mengerjab beberapa kali lalu menyunggingkan senyum kecil.

"Niel, namaku Niel." Jawabnya masih dengan senyuman kecilnya yang malah memberikan kesan indah. Dia terlihat seperti laki-laki yang lembut.

"..Niel." Gumamku pelan, sayangnya dia masih bisa mendengarnya. Sepertinya aku pernah mendengarnya. Ah tapi aku lupa.

"Kamu harus memanggiku kak Niel!" Ucapnya tak terima, aku terkekeh lalu menatapnya kembali. Sepertinya hanya perasaanku saja.

"Sekarang berapa usia kak Niel?" Tanyaku lagi. Kalau perkiraan ku sih 12 tahun. Soalnya dia tinggi dan tampan. Tunggu itu tidak ada hubungannya.

"10 tahun. Kalau Reane?"

'Ha? Kau yakin?? Ah sudahlah, aku memang bodoh.'

"Reane berumur 5 tahun!" Seruku sambil menunjukkan kelima jariku.

Dia tertawa lalu mengelus rambutku pelan. Ahh pesonanya sungguh luar biasa.

Setelahnya kami berbicang-bincang ringan bersama. Terkadang dia menjahiliku dan aku membalasnya. Menurut ku dia menyenangkan, tidak terlalu kekanakkan dan tipe pendengar yang baik.

Sudah cukup lama aku bermain dengannya aku pamit untuk kembali kedalam. Dia juga pamit pulang, katanya dia akan datang lagi besok, tentu saja aku akan menunggunya dengan senang hati.

Setelah memastikan dia sudah pergi aku menghela napas pelan. Tersenyum lega, akhirnya aku bisa bermain dengan anak yang cukup dewasa.

'Dengan begini aku tidak akan darah tinggi setiap hari.'

Aku berjalan kembali dengan hati yang berseri-seri. Aku mendapatkan teman curhat yang menyenangkan dan tampan hehe.
.
.
.
.

Besoknya aku bersama papa dan mama berkunjung ke butik langganan kami untuk memesan baju yang akan kami gunakan dipesta pernikahan paman dan calon tanteku.

Masuk Kedalam Komik BL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang