Kini sudah 2 tahun lebih berlalu. Umurku juga sudah mencapai 7 tahun. Dan sekarang aku juga sudah masuk sekolah dasar. Ini akan lebih menyenangkan jika saja mereka berdua berhenti mengikutiku. Siapa lagi kalau bukan Raska dan Adim?
"Reane, kenapa mereka selalu mengikutimu sih?" Tanya salah satu temanku disekolah ini. Saat ini aku sedang duduk dikantin dengan dua anak laki-laki yang selalu mengikutiku seperti anak ayam.
Aku berhenti menyeruput susu kotakku lalu berbisik padanya yang duduk didepanku. Raska dan Adim hanya memiringkan kepala bingung.
"Mereka adalah fans fanatik ku." Bisikku dengan kekehan diakhir kalimat. Niatnya bercanda, tapi malah diseriusin.
"Wahh! Reane punya fans. Pasti seru!" Pekiknya dan berlari menuju kelas.
'Aku benci anak-anak.'
"Reane, ayo kembali kekelas. Sebentar lagi waktu istirahat habis." Ucap Raska lirih sambil menoel-noel lenganku pelan. Adim mengangguk menyetujuinya tapi mukanya terlihat masam. Kenapa lagi ni bocah?
"Benar, ayo!" Aku membuang bekas susu kotak lalu mengikuti mereka berdua yang sudah berjalan duluan didepanku.
.
.
.
.Autor POV.
Sekarang Reane berada di pohon besar belakang mansionnya. Dia menepuk-nepuk rumput di bawahnya lalu mendudukinya.
"Debunya tidak akan hilang hanya dengan menepuk pelan seperti itu. Dan bajumu juga akan kotor." Ujar anak laki-laki yang sedang duduk disalah satu ranting pohon besar itu.
"Lalu aku harus bagaimana?!" Tanya Reane tidak santai. Anak laki-laki itu tertawa lalu turun dari ranting pohon.
Dia memerintahkan Reane untuk berdiri dan hanya di turuti oleh Reane. Lalu setelah itu dia duduk di tempat yang sebelumnya diduduki oleh Reane.
"HEI! jika memang kau ingin duduk disitu kenapa tidak katakan saja dari tadi?! Itu kan tempatku!!" Bentak Reane sambil menunjuk anak laki-laki itu.
Anak itu menatapnya lalu tertawa.
"Hehe." Tawanya yang terdengar mengejek ditelinga Reane.
"Hehe. Kuhajar kau Niel!!" Anak laki-laki yang dipanggil Niel itu tersenyum lalu tak lama kemudian menatap Reane dalam.
"Duduklah disini." Katanya sambil menunjuk pahanya yang diluruskan dan berbalut celana seragam berwarna mocha.
'Biasanya marah kalau gak kupanggil kakak. Kenapa nih?' Batin Reane kala melihat respon Niel yang berbeda dari biasanya ketika dia lupa memanggilnya tanpa embel-embel kakak, tetapi Reane tidak memperdulikannya. Rasa kesalnya lebih besar dari pada rasa penasarannya.
Reane menoleh kesamping dengan wajah cemberut. Tapi pada akhirnya duduk juga. Niel hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah gadis kecil itu.
Menit dan menit berlalu. Dan keheningan melanda, Niel yang sibuk memainkan rambut Reane. Dan Reane yang mulai mengantuk.
"Hei, sepertinya mulai besok kita tidak akan bertemu lagi." Ujar Niel masih setia memainkan rambut merah milik Reane.
Tiba-tiba rasa kantuk Reane hilang. Berganti dengan perasaan kaget campur bingung. Dia menoleh kebelakang menatap Niel yang juga tengah menatapnya sendu.
"Reane tidak mengerti." Ucap Reane dengan sedikit gemetar. Dia takut, apa yang dipikirkannya benar.
"Aku akan melanjutkan smp ku di luar negeri." Dan ternyata memang benar seperti yang dia pikirkan. Karena beberapa bulan lalu, anak itu bilang papanya akan mengajaknya keluar negeri mengurus salah satu perusahaannya disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk Kedalam Komik BL [END]
FantasyKarena makan makanan beracun. Aku, Arin Alesta mati dan bereinkarnasi menjadi Reane. Si anak keluarga kaya yang dimanja. Kunikmati hidupku dengan penuh kenyamanan hingga, sebuah fakta mengejutkanku. "Yaah, kalau begitu siapa namamu?" "A-Adim.. Adim...