"Baiklah, sudah diputuskan." Putus Grea menutup buku miliknya. Semua persiapan naskah drama dan pemeran sudah selesai. Reane sebagai pemeran utama wanita, dan Dekan sebagai pemeran utama laki-laki.
Lena mengeram dalam hati, padahal ia sangat menginginkan peran utama. Tetapi seluruh kelas malah memilih Reane.
'Padahal aku lebih baik daripada perempuan sok polos itu!!'
Lena melirik Nese tajam, sedangkan Nese mengalihkan pandangannya. Ia juga tidak menginginkan hal ini, dan juga tidak bisa menentang keputusan voting.
"Lena? Ada apa?" Tanya Reane mengamati ekspresi Lena yang tidak menyenangkan. Lena tersentak, lalu menggeleng.
"Tidak apa-apa, aku hanya tidak sabar!" Seru Lena dengan wajah yang cerah.
Reane mengangguk menanggapi. Tetapi setelahnya memutar bola mata miliknya.
"Untuk naskah--"
Brak!!
"Astaga!!"
"Eh buaya tobat!"
"Demi bakso jajar genjang!"
Roni membuka pintu kelas dengan kasar, memotong ucapan Grea yang sedang berdiri didepan kelas. Grea menoleh dengan terkejut. Lalu mengelus dadanya pelan. Begitu pula para penghuni kelas.
"Roni.."
"Aku ingin menjadi pemeran utama!" Ucap Roni dengan senyumannya tanpa basa-basi. Membuat Kean yang berada disampingnya tertawa tertahan. Blak-blakan sekali sohibnya.
"Tapi peran itu sudah di isi.." ujar Grea hati-hati, ia tak mau mencari masalah dengan preman baru sekolah tersebut.
"Ganti!" Perintah Roni tanpa bantahan. Grea menatap Dekan bertanya sekaligus memohon. Dekan menghela nafas, pemuda dengan wajah cukup tampan tersebut mengalah demi kedamaian kelas mereka.
"Baiklah, itu bisa diurus." Ucap Grea menatap Roni dengan mengumpulkan keberanian, jika saat pertama masuk ia bisa memandangi Roni sepuasnya, saat ini ia harus berfikir dua kali dulu. Sebab pemuda tersebut sangatlah berbeda sejak pertama kali masuk.
"Bagus." Roni memasang seringai miliknya, membuat Grea bergidik lalu mengalihkan pandangannya kemanapun asal tidak menatap manik Roni yang berkilat merah tersebut.
Reane mematung, wajahnya pucat seketika. Apa yang dikatakan Roni?
'What the-- ANAK SETAN!! MAU APA SIH ITU BOCAH?!'
'Ngaakk!! Tolongin Reane yang cantik dan baik hati ini astagaa!!'
Reane terus mencoba menetralkan mimik wajahnya yang gagal total. Saat ini wajahnya sangat tidak enak untuk dilihat. Memainkan teater bersama Roni? Itu adalah hal gila yang tidak pernah ada dipikirannya!!
Lena mengepalkan tangannya, apalagi maksudnya ini?!
"Tidak bisa begitu dong!" Lena mengangkat suara sambil menggebrak meja, membuat atensi seluruh murid berpindah padanya. Reane bahkan terkejut dengan tindakan tiba-tiba yang gadis itu lakukan.
"Semuanya sudah diatur bersama! Seenaknya saja kau mengubahnya!" Tambah Lena dengan kesal, menatap Roni nyalang. Membuat pemuda bersurai hitam tersebut mengangkat alisnya. Sedangkan Kean dan Reane menepuk jidatnya, ouh apa yang dilakukan bocah bego ini??
Roni menatap tajam Lena, membuat gadis itu menciut seketika. Lena mengantupkan bibirnya rapat, tekanan dari tatapan Roni tidak main-main. Apalagi kalau pemuda itu sudah membuka mulutnya.
"Harusnya kau perbaiki otakmu dulu,"
"Baru boleh bicara seenaknya," ujar Roni tersenyum miring, lalu meninggalkan kelas bersama Kean. Tetapi sebelum itu ia mengedipkan salah satu matanya mada Reane yang dibalas pelototan oleh gadis tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk Kedalam Komik BL [END]
FantasyKarena makan makanan beracun. Aku, Arin Alesta mati dan bereinkarnasi menjadi Reane. Si anak keluarga kaya yang dimanja. Kunikmati hidupku dengan penuh kenyamanan hingga, sebuah fakta mengejutkanku. "Yaah, kalau begitu siapa namamu?" "A-Adim.. Adim...