🐟Happy Reading🐟
Reane diam-diam meletakkan karangan bunganya di depan kamar Halcin pagi-pagi buta. Sebenarnya bukan diam-diam, karena ini termasuk rencananya, ia yakin jika disekitarnya ada CCTV.
Setelah Reane pergi, Halcin keluar dengan setelah kerjanya. Saat ingin melangkah melewati pintu kamarnya, Halcin berhenti saat menatap karangan bunga di depan kakinya.
Sudut bibirnya naik, pipinya memerah.
''Cute.''
Halcin tak melihat Reane di meja makan, ia mendekati Rob.
''Dimana Reane?''
Rob menghentikan kegiatannya mengelap gelas, ia menoleh menatap Halcin. Ia membungkuk sopan.
''Nona baru saja ke atas.'' jawab Rob dan diangguki Halcin. Lalu Halcin melangkah ke lantai dua dimana tempat kamar Reane berada.
''Malaikatku?'' Reane menoleh menatap pintu kamar dan menemukan Halcin tengah menatapnya dengan senyum cerah.
Reane membuang mukanya dan kembali menatap pemandangan diluar jendelanya.
Halcin semakin melebarkan senyumannya lalu mendekat.
''Malaikatku sedang melihat apa?'' tanya Halcin sambil merangkul Reane dari belakang. Reane tak berontak, karena ia sudah tahu Halcin akan begini.
''Melihat pohon-pohon?'' Halcin menyenderkan kepalanya di bahu Reane. Reane menahan napasnya saat Halcin mencium lehernya.
''Jangan pecat Rob.'' ucap Reane tiba-tiba. Halcin meliriknya bingung, juga terlihat raut tidak suka diwajahnya.
''Kenapa?'' tanya Halcin, walaupun sebenarnya dia tidak ingin memecat Rob, tetapi mendengar Reane membicarakan bawahannya membuat hatinya panas.
''Aku merasa, Rob itu seperti kakak ku. Hanya dia temanku saat kau pergi.'' perjelas Reane lalu menoleh menatap Halcin. Halcin yang mendengarnya mengangguk.
''Hanya teman kan?''
''Memangnya mau apa lagi?'' tanya Reane polos.
Halcin mengunyel pipi gadis itu gemas.
''Tidak, bukan apa-apa.'' Halcin membelai wajah Reane, memandang gadis itu dengan intens. Perlahan tapi pasti, wajahnya semakin mendekat. Dan Reane menyadarinya. Sesaat sebelum bibir mereka bersentuhan, Reane menoleh ke jendela. Membuat Halcin tersentak dan menguarkan aura muram.
''A–apa kau suka bunganya?'' tanya Reane mengalihkan pikiran Halcin, dan untungnya bisa. Halcin langsung tersenyum lebar hingga matanya menyipit.
''Aku sangat suka! Aku semakin cinta pada Reane!'' Halcin kembali memeluk Reane, lalu melepaskannya dan menatap jam di tangannya. Ia menghela napas.
''Aku sepertinya harus segera berangkat, sampai jumpa nanti malam malaikatku.'' Halcin mencium pipi Reane lalu keluar dari kamar Reane. Reane yang awalnya tersenyum, kini mengubah wajahnya menjadi ekspresi jijik. Ia mengeluarkan tisu dan mengelap pipinya.
Setelah memastikan Halcin keluar dari rumah, Reane turun dan duduk di meja makan. Ia memakan sarapannya sambil menatap Rob yang wajahnya terdapat beberapa plester. Senyum miring ia tampilkan. Bagian selanjutnya.
''Rob!'' panggil Reane.
Rob menoleh dari acara mencuci piringnya, ia mengelap tangannya lalu mendekati Reane.
''Ya, nona?''
''Apa itu sakit?'' tanya Reane sambil menunjuk pipinya sendiri. Rob sedikit terkejut, dia menggeleng kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk Kedalam Komik BL [END]
FantasíaKarena makan makanan beracun. Aku, Arin Alesta mati dan bereinkarnasi menjadi Reane. Si anak keluarga kaya yang dimanja. Kunikmati hidupku dengan penuh kenyamanan hingga, sebuah fakta mengejutkanku. "Yaah, kalau begitu siapa namamu?" "A-Adim.. Adim...