Reane POV.
Beberapa hari ini Adim terlihat aneh, dia lebih banyak diam. Memang biasanya juga jarang ngomong sih, tapi ini lebih parah diam nya. Dan yang lebih membingungkan dia menatapku dengan aneh setiap bertemu. Bahkan kadang dia juga bertingkah aneh, seperti tiba-tiba memelukku, mencium ku, memberikan makanan kesukaannya padaku dan lain-lain.
Tapi dengan begini aku juga bersyukur sih, dia jadi jarang menggangguku.
"Mau ini?" Nah, seperti sekarang ini. Dia sedang menyodorkan biskuit coklat kesukaannya. Dan sekarang kami sedang belajar bersama dirumah ku, tepatnya di taman belakang rumah beralaskan tikar.
"Tidak, aku tidak mau." Kataku sambil menjauhkan biskuit yang ada ditangannya itu. Aku menatapnya dengan kaget ketika dia memasang wajah menyedihkan seakan-akan seperti kecewa.
'Kenapa aku malah membayangkan ada telinga anjing GUARRH'
'Tenang....tenang sebentar huft..'
"Baiklah, aku mau." Aku menggambil biskuit ditangannya dengan tersenyum. Tentunya terpaksa, bagaimana mungkin aku bisa membuat wajah cantik itu bersedih? Tentu aku tidak akan kuat melihatnya.
Dia terlihat bersemangat lagi setelah aku memakan biskuit coklat pemberiannya itu. Enak sih, tapi masalahnya sekarang aku sedang tidak ingin makan makanan coklat. Tapi demi wajah yang indah itu apapun akan ku lakukan...
"Mau lagi?" Oh tidak, aku benar-benar tidak ingin makan biskuit coklat itu. Aku sudah bosan.
"Haha, a-aku sudah kenyang." Dalihku sambil mengalihkan pandanganku agar tidak bertemu dengan matanya.
"Begitu ya." Aku menghela napas lega kala mendapati Adim memasukan biskuit coklat itu kemulutnya. Sebenarnya aku bukannya kenyang, aku hanya sudah bosan dengan biskuit itu. Aku bahkan heran, memangnya dia tidak merasakan hal yang sama sepertiku? Padahal dia hampir setiap hari memakannya.
.
.
.
.
.Kruyuuk...
Aah, aku lapar sekarang. Gara-gara berbohong kepada Adim tadi sore, aku jadi tidak bisa makan sampai dia pulang kerumahnya. Ini benar-benar membuatku menderita.
Aku turun dari kasurku pelan-pelan berniat memasukkan buku-buku pelajaran milikku kedalam laci terdekat. Sampai aku berhenti kala merasakan kakiku menendang sesuatu. Aku segera berhenti dan melihat kebawah, tepatnya kakiku dan menemukan buku kecil bersampul ungu polos.
Aku kembali meletakkan buku-buku pelajaranku kekasur dan mengambil buku misterius itu. Dan setelah kuamati sepertinya aku pernah melihatnya.
Aku mengambilnya dan membersihkan debu-debu yang menempel. Membukanya dengan pelan dan membaca isinya.
"Eh? Buku ini...."
"BAGAIMANA AKU BISA LUPA?!" Pekikku setelah membaca keseluruhan isi buku tersebut. Aku segera berlari dan menutup pintu kamarku dengan rapat, berharap tidak ada yang membukanya.
'Bu-buku ini adalah buku rencana happy ending yang kutulis saat berumur 5 tahun lalu.'
Entah bagaimana aku bisa tiba-tiba lupa dengan buku ini. Bahkan aku juga hampir lupa bahwa dunia ini adalah dunia dalam komik yang aku baca. Haaah aku benar-benar bodoh!
"Nona? Anda di dalam? Apa terjadi sesuatu?" Aku terlonjak kaget kala mendengar suara Lira sambil mengetok-ngetok pintu kamarku. Aku menyembunyikan bukunya kebelakang tubuhku.
"Ti--dak ada apa-apa, aku hanya hampir jatuh tadi. Tapi sekarang tidak apa-apa kok! Lira bisa pergi." Dalih ku berharap agar Lira tidak memasuki kamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk Kedalam Komik BL [END]
FantasyKarena makan makanan beracun. Aku, Arin Alesta mati dan bereinkarnasi menjadi Reane. Si anak keluarga kaya yang dimanja. Kunikmati hidupku dengan penuh kenyamanan hingga, sebuah fakta mengejutkanku. "Yaah, kalau begitu siapa namamu?" "A-Adim.. Adim...