"A-apa yang papa bicarakan?!" Gila gila gila, ah pasti papa sedang bercanda. Iya! Mana mungkin anak kecil--sial, didunia ini anak-anak banyak yang sudah bertunangan.
"Pa-papa bercandanya gak lucu ih." Kataku sambil cemberut.
"Papa nggak bercanda sayang." Ucap papa sambil tersenyum dan mengelus rambutku pelan. Disana Adim sedang melihat kami dengan raut wajah bingung.
"Hmm, memangnya Reane tahu apa itu pertunangan?" Tanya mama penasaran.
'Aku lupa. Jadi bocah memang menyebalkan!'
"Reane pernah mendengarnya." Bohongku pada mereka. Semoga saja percaya. Gak percaya ya sudah.
"Begitu yaa." Papa mengaggukan kepalanya pelan dan menatapku dengan senyuman. Dan dibawah Adim kecil masih diam saja.
"Paman! Apa itu pertunangan?" Bicara juga sekarang kau. Padahal aku akan sangat senang jika kau diam saja, cih.
"Pertunangan adalah--"
"Papa! Siapa nama tante baruku?" Aku menyela papa yang ingin menjelaskan tentang pertunangan ke Adim. Tentu saja aku tidak ingin tuh bocah malah membuat suasana tambah menjengkelkan.
"Oh, namanya Ana. Kenapa? Reane tidak sabar untuk bertemu dengan nya hm?" Ucap ayah dengan nada menggoda. Aku kan hanya ingin mengalihkan pembicaraan, tapi ah sudah lah.
"Tentu! Kapan Reane bisa bertemu?" Tanya ku antusias. Walau didalam hati biasa saja. Ya bias--jujur penasaran.
"Nanti akan papa undang untuk kesini." Jawab papa dan mengelusku pelan.
"Reane turun ya, kembalilah bermain." Kata mama dan menurunkanku kebawah.
Setelah aku turun sepenuhnya, Adim menarik tanganku dengan semangat dan menyeretku berlari kebelakang.
"Ayo kita ketaman!!" Pekiknya senang bersamaan dengan penderitaan ku.
.
.
.
.Hari ini adalah hari minggu, dan kata papa tante baruku akan berkunjung kesini karena permintaan papa dan juga ingin bertemu denganku yang tidak sempat berjumpa.
Aku menggunakan baju berwarna biru muda dengan renda putih di bagian bawah dan leher. Rambut merah cerah sepinggangku dikuncir dua. Dan jangan lupakan poni yang bersemayam di dahiku.
Intinya penampilanku kali ini adalah Perfect. Tidak bermaksud sombong kok.
"Nona? Kenapa melamun?" Hah aku sempat hanyut dalam alam imajinasi uh. Aku menoleh kearah Lira dan tersenyum kikuk.
"Tidak, hanya saja entak kenapa Reane gugup." Aku tidak berbohong. Entah kenapa rasanya perasaanku agak aneh.
"Mungkin saja karena nona akan segera memiliki seorang bibi." Kata Lira lalu menggendongku keluar dari kamar.
'Emm benar juga, dari dulu kan aku tidak pernah punya seorang tante.'
Aku dan Lira turun kebawah. Disana ada mama dan papa yang sudah duduk anteng dimeja makan. Aku turun dari gendongan Lira dan berjalan santai ke kursi ku.
"Selamat pagi!" Seruku sambil tersenyum lebar.
"Pagi juga putriku!" Ucap mama dan papa dengan kompak.Mama dan papa memang selalu kompak. Aku bahkan selalu kagum dengan kekompakan mereka, walau sudah sering melihatnya.
Setelah beberapa menit kami selesai makan. Beberapa pelayan membereskan piring-piring bekas ku makan. Aku turun dari kursi dan berjalan menuju ruang tamu. Dan tentunya bersama Lira yang selalu mengekoriku.
Aku duduk disofa yang biasa kududuki. Yaitu sofa yang mengadap kearah pintu depan. Aku suka duduk disini karena sering menunggu papa pulang bekerja sambil mencomot kue kesukaanku. Sebenarnya bukan itu saja, aku suka duduk disini karena bisa langsung tahu siapa orang yang sedang berkunjung.
Jika itu rekan bisnis papa, aku akan langsung turun dan pergi kekamar, atau bermain ditaman milikku.
Itu karena mereka membosankan. Bukan yang dibicarakan, tetapi tingkahnya. Saat mereka melihatku mereka akan langsung menatapku penuh minat. Bisa aku pastikan mereka sedang berpikir macam-macam. Karena itu aku sangat malas meladeni mereka, padahal aku selalu ingin mengetahui apa yang mereka bicarakan. Tetapi kenyamananku lebih penting!!
Ting...tong..
Suara bel menggema di seluruh rumah. Inilah yang kutunggu-tunggu dari tadi, tante baruku!!
Aku bisa melihat kakek Robi bergegas menuju pintu dan membukanya. Sepertinya dia sudah tau siapa yang akan datang.
Aku bisa melihat disana ada sepasang orang dewasa masuk kedalam dengan elegan. Wahhh!! Aku tidak sabar melihat tanteku dari dekat.
Papa dan mama turun dari lantai dua. Mereka turun dengan buru-buru dan langsung menyambut tamunya yang tidak lain adalah tante baruku dan paman lamaku.
"Haloo Reane!!" Pekik paman ketika melihatku yang sedang duduk manis disofa kesayanganku. Aku terkesiap, terbangun dari lamunanku dan segera turun lalu berlari kecil kearah paman.
"Paman!!" Pekikku ketika aku sudah berada didalam gendongan nya.
"Kau tambah gendut." Ucapnya membuat wajahku berubah datar menatapnya. Inilah yang kubenci saat bertemu dengannya. Dia selalu bilang "Reane tambah gendut" "Reane tambah jelek." Atau apalah itu.
Tetapi dia sangat seru sebagai orang dewasa. Terkadang dia bahkan bertingkah seperti anak kecil. Huhu benar-benar menyenangkan pokoknya.
Aku melirik kesebelah, disana ada calon tante menatapku sambil tersenyum cerah. Wahh dia maniss! Wajah bulat tetapi terkesan dewasa, rambut ikal berwarna hitam yang dikuncir bawah, dan gaun yang tertata rapi. Dia sangat elegan aahh.
"Anak ini adalah Reane yang sering kubicarakan, sayang." Ujar paman menatap calon istrinya.
"Wahh, ternyata kau benar-benar tidak melebih-lebihkan pujianmu." Ucap tante menatapku sambil tertawa pelan. Dia sangat cantik, tapi mamaku masih lebih cantik.
Paman berjalan sambil menggendongku menuju sofa ruang tamu. Lalu dia menurunkanku saat sudah sampai dan aku berjalan menuju tempat duduk mama dan papa.
Aku duduk pelan lalu kembali menatap paman dan calon tanteku dengan tersenyum. Tiba-tiba pandanganku teralihkan kearah tengah-tengah paman dan tante.
Disana ada anak kecil manis yang menatapku malu-malu. Ahhh jantungku bertahanlah.
Karena penasaran aku pun bertanya.
"Papa! Dia siapa?" Tanyaku mengangkat telunjukku kearah depan. Papa yang sedang berbincang dengan paman mengalihkan atensinya kearahku, lalu mengikuti arahan telunjukku."Papa pikir kamu sudah tahu, dia adalah anak calon tantemu." Ujar papa menjelaskan. Akupun mangut-mangut tanda mengerti.
Ooh jadi tanteku juga seorang janda. Tetapi dia kelihatan masih perawan tuh. Hah memang orang didunia ini semuanya membuatku insecure.
Aku kembali menatap anak kecil itu yang sedang menunduk. Apa dia takut? Memangnya kenapa? Wajah ku saja tidak ada yang menyeramkan sama sekali huh.
Dia menatapku sebenter lalu kaget saat tahu aku juga sedang menatapnya. Dan dia menunduk lagi.
'Hoe! Memangnya ada apa sih?!"
"Namanya siapa tante?" Tanyaku kepada ibunya, karena aku tahu kalau aku bertanya kepada si pemilik nama dia tidak akan pernah menjawabku.
Hmm, jika dilihat-lihat. Anak ini mengingatkanku akan seseorang. Rambut pirangnya yang bagai menyala, iris mata berwarna biru cerah, dan tingkahnya yang suka malu-malu. Dia ini mirip sekali dengan Ras--
"Oh! namanya Raska." Jawab tante Ana tersenyum cerah menatapku.
Ooh pantas saja dia mirip ternyata memang Raska tooOOOOHHH?????!!!!
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk Kedalam Komik BL [END]
FantasiKarena makan makanan beracun. Aku, Arin Alesta mati dan bereinkarnasi menjadi Reane. Si anak keluarga kaya yang dimanja. Kunikmati hidupku dengan penuh kenyamanan hingga, sebuah fakta mengejutkanku. "Yaah, kalau begitu siapa namamu?" "A-Adim.. Adim...