Chap 5

9.5K 1.1K 3
                                    

Hari-hariku selama enam bulan ini benar-benar melelahkan. Kalian tahu kenapa? TENTU SAJA KARENA AKU HARUS MELADENI ADIM KECIL.

Tertawa, berlari, bertengkar, dan lain-lain. Setiap hari aku akan disuguhi dengan semua yang sudah kusebutkan tadi.

"Huaaahh!! Semoga hari ini dia tidak datang." Sekarang ini aku sedang selonjoran disofa ruang tamu sendirian. Entahlah mama dan papa sedang dimana. Aku tidak peduli, yang terpenting aku ingin malas-malasan.

"Bibi Nir!! Reane mau cake!!" Pekik ku memanggil pembantu yang mengurusi bagian dapur dirumah ini.

"Bibi Nir sekarang sedang cuti nona." Tiba-tiba Lira nongol dari belakang dan membawakan kue keju kesukaanku.

Ooh Liraku, kau memang perhatian. Dan setelah lima tahun lebih ini ada satu kenyataan lagi yang aku tahu. Bahwa Lira lebih muda daripada mama!!

Bukannya aku yang tidak pandai menerka-nerka umur. Salahkan mama yang wajahnya sangat cantik, jadi susah untuk menebak umurnya.

Perbedaan umurku dan Lira hanyalah 18 tahun. Ternyata dia bekerja sejak masih muda.

"Terima kasih! Lira memang yang terbaik!!" Aku tersenyum cerah kearah Lira. Bisa kulihat dia juga tersenyum tipis disana. Begitu dong! Kalau begitu kan wajahmu tidak terlihat mengesalkan.

"Umm, Lira! Papa dan mama dimana?" Baiklah aku akui, aku sangat ingin tahu.

"Sejak tadi pagi tuan dan nyonya pergi ke kediaman Floras." Jawab Lira dengan posisi yang tidak berubah.

"Ke rumah kakek?!" Pekikku dan meloncat dari sofa nyaman yang aku tempati.

"Benar nona." Kata Lira sambil mengangguk kepala pelan. Aku duduk ketempat semula, mengambil garpu dan mencomot kue ku lagi.

"Umm, kenapa mama dan papa tidak mengajak Reane?!" Perlu diingat kali ini aku benar-benar ngambek. Bagaimanapun seharusnya jika ingin berkunjung kerumah kakek, anaknya harus diajak dong!

"Karena nyonya tidak tega membangunkan nona--"

"Alasan macam apa itu?! Pokoknya Reane ingin ikut kerumah kakek!" Asal kalian tahu saja, selama lima tahun ini aku baru berkunjung kerumah kakek 3 kali. Dan disana sangat menyenangkan karena aku dapat bertemu dengan paman ku yang sangat seru.

"Saya sudah tahu, tapi sebentar lagi tuan dan nyonya akan kembali." Baru saja Lira menyelesaikan ucapannya, bel rumah sudah berbunyi.

Aku buru-buru turun dan mengekori Robi, kakek kepala pelayan yang ingin membuka pintu. Aku bersumpah akan memarahi mereka dan ngambek selama 1 minggu!

Krit..

"MA-- eh Adim?" Dan ternyata yang ada dibalik pintu adalah bocah seumuranku yang bernama Adim.

Hancur sudah rencanaku..

"Kenapa kamu kesini?" Tanyaku pada Adim dan melihat kebelakangnya. Disana ada dua pelayan yang mengantarnya seperti biasa jika ingin bermain dengan ku.

"Kenapa? Bukankah sudah biasanya aku kesini?" Benar juga, dasar Reane bodoh. Aku tersenyum hambar dan mempersilahkannya masuk kedalam. Dua pelayan yang mengantarnya pun kembali karena mereka akan datang lagi saat sudah waktunya Adim untuk pulang.

Aku duduk disofa tempat ku duduk tadi. Dan yang paling mengesankan adalah si bocah satu ini ikut duduk disampingku walau ada jarak.

"Apakah Reane tidak bosan selalu memakan itu?" Tanyanya setelah beberapa detik hening.

"Twidak, wmtuk apwa awu bwosan?" Tanyaku masih dalam keadaan mengunyah. Adim memalingkan wajah kearah lain dan..

"Pfft.." Dia menertawakanku.

Masuk Kedalam Komik BL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang