Keesokan harinya"Ayah, YN gamau pindah! Ngapain sih pake pindah segala? " tanya YN.
"Ayah udah mikirin ini baik-baik kalau kamu harus pindah dan punya teman baru, lingkungan baru yang bisa buat kamu lebih baik lagi. Ayah ga suka sama teman-teman lama kamu, mereka ngasih pengaruh buruk buat kamu," jawab Tn. Jeon.
"Pengaruh buruk gimana? Mereka baik-baik kok, ayah lupa kalau mereka orang pertama yang mau dekat sama YN waktu satu sekolah bully YN?? Ayah lupa kalau mereka yang selalu nemenin YN?" tanya YN.
"Ayah ga lupa, dan itu semua karena mereka tau kalau kamu punya banyak duit. Mereka mau deket sama kamu karena mereka tau siapa ayah, lagian siapa yang gamau berteman sama orang yang ternyata cuma pura-pura kaya? Gaada YN," Tn. Jeon.
"Sekarang dengerin ayah, coba kamu pikirin selama ini ada ga mereka datang waktu kamu kesulitan? Ada ga mereka bantu kamu waktu kamu lagi ada masalah? Seinget ayah waktu itu kamu pernah kena kasus pembullyan sama siswa lain, di situ teman-teman yang kamu banggain gaada yang mau bantu kamu. Padahal mereka ada bareng kamu waktu kejadian, mereka saksi kalau kamu lah yang dibully. Tapi apa? Mereka ada bantuin kamu? Gaada kan?" tanya Tn. Jeon membuat YN bungkam.
Benar juga, pikir YN. Ia ingat saat kejadian itu, satu pun dari teman-temannya tidak ada yang mau membantunya. Terlebih pada saat itu mereka malah membenarkan tuduhan bahwa ia membully siswa lain.
"Ingat kan? Sekarang pikirin lagi, waktu kamu senang ada ga mereka datang ke kamu? Ada ga mereka ngajak kamu main, ngajak kamu pergi shopping, nemenin kamu seharian, bikin kamu traktirin mereka. Ada ga? Ya ada! Malah tanpa kamu suruh, mereka bakal datang sendiri. Dan itu karena apa? Karena kamu lagi senang," Tn. Jeon.
"Mereka tau kelemahan kamu, mereka tau sifat buruk kamu. Dari kecil YN, kamu itu selalu boros. Kerjaannya buang-buang duit buat beli hal-hal yang ga berguna, yang gaada manfaatnya. Kamu berlebihan kalau beli sesuatu, dan kamu ga bisa nahan nafsu sesaat kamu. Lagi pula apa kamu ga pernah mikir kenapa sih teman-teman kamu itu selalu ada pas kamu lagi senang aja?" tanya Tn. Jeon.
Tepat sekali, YN tak mampu menjawab. Ia terdiam seribu bahasa. Dalam hatinya ia mulai berpikir dan membenarkan semua ucapan ayah nya itu.
"Ga bisa jawab kan? Ya iyalah, karena omongan ayah memang benar. Ingat ya YN, ayah sayang sama kamu. Yang ayah punya cuma kamu sama kak Aiko, cuma kalian berdua. Orang tua mana yang mau anaknya selalu dimanfaatin? Orang tua mana yang gamau anaknya jadi pribadi yang lebih baik? Jangan pikir semua yang ayah lakuin ini jahat ke kamu, justru karena ayah sayang makanya ayah lakuin ini semua. YN ngerti kan maksud ayah?" tanya Tn. Jeon.
Perlahan YN mengangguk. Walaupun Tn. Jeon terdengar tidak lagi marah padanya, ia tetap tidak berani menatap wajah sang ayah.
"Iya yah, YN ngerti..." ucap YN.
Tn. Jeon pun tersenyum, ini yang ia suka dari YN. Karena senakal apapun YN, ia masih mau menurut padanya jika ia nasehati. Ya walaupun terkadang suka diulang lagi:)
"Nah gini baru anak ayah, jadi sekarang mau ya? Kamu ga perlu pura-pura lagi kayak kemarin, tapi ayah minta kamu harus pandai milih teman dari sekarang. Nanti kalau ayah liat masih sama, ayah bakal pindahin kamu lagi," ucap Tn. Jeon.
"Ih ayah!" YN.
"Jawab ayah dulu," ucap Tn. Jeon.
"Iya ayah, YN mau," jawab YN.
"Pintar, sekarang siap-siap gih. Jam delapan ayah antar," ucap Tn. Jeon.
⚪⚪
"Anak ayah baik-baik ya di sini. Jeo-ah, tolong awasi anakku ini. Kalau dia macam-macam, bilang saja padaku," ucap Tn. Jeon kepada kepala direktur dan dosen di kampus itu, sekaligus rekannya.
"Hhaha, tenanglah Jeon. Anakmu akan baik-baik saja di sini, lagi pula apa yang bisa anak gadismu ini lakukan eoh?" ujar Tn. Jeo.
YN menoleh ke arah Tn. Jeo.
"Wah ngeremehin gue nih," batin YN.
"YN bukan anak TK lagi, ayahh," ucap YN.
"Yasudah, ayah pergi dulu, ya? Nanti ayah jemput. Jeo-ah, aku pamit dulu," pamit Tn. Jeon.
"Hati-hati di jalan Jeon," balas Tn. Jeo.
"Hati-hati ayah," ucap YN.
Setelah Tn. Jeon pergi, tinggallah Tn. Jeo dan YN di ruangan tersebut.
"Jeon YN, kamu masih ingat saya tidak?" tanya Tn. Jeo.
"Eum, kita pernah ketemu ya pak?" YN.
"Iya, kita pernah ketemu waktu saya ke rumah kamu. Waktu itu saya dan ayah kamu lagi bahas masalah bisnis, tapi terganggu karena kamu jatuh dari atas pohon mangga," ucap Tn. Jeo sambil terkekeh.
"E-eh, iya ya? Hehe maaf pak, saya gatau kalau waktu itu bapak yang datang," YN.
"Duh, first impression gue udah jelek nih," batin YN sambil tersenyum kaku.
"Tidak perlu meminta maaf YN. Ohya, kamu dan anak saya satu semester kan?" tanya Tn. Jeo.
"Em, gatau pak. Saya ga kenal sama anak bapak," jawab YN.
"Loh? Beneran ga kenal?" tanya Tn. Jeo dan YN mengangguk.
"Nama nya Kim Taehyung, dia jurusan psikologi semester tiga sama seperti kamu," ujar Tn. Jeo.
"Kalau gitu berarti sama, saya juga jurusan psikologi semester tiga," ucap YN.
"Yasudah, sekarang saya antar kamu ke kelas," ucap Tn. Jeo.
Sampainya di depan satu kelas yang terletak diujung, Tn. Jeo membawa YN masuk.
"Sooya-ah, ada kedatangan murid baru di kelas ini. Suruh dia perkenalkan diri terlebih dahulu," ucap Tn. Jeo pada dosen yang mengajar di kelas itu.
"Baik, pak," jawab Sooya.
"YN, kamu sekelas dengan anak saya sekarang. Kalau ada apa-apa minta bantuan padanya saja, oke?" Tn. Jeo.
"Baik pak, terima kasih banyak," ucap YN sambil membungkukkan badannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assistant
FanfictionJeon YN harus menerima keputusan ayahnya yang memindahkannya ke kampus baru karena ingin melihatnya mendapatkan teman yang lebih baik. Namun siapa sangka, disana ia malah bertemu dengan laki-laki menyebalkan yang statusnya adalah anak pemilik kampus...