Dinar mencium pipi anaknya dan segera menghapus air mata yang hampir jatuh.
"Mulai sekarang harus rajin belajar ya,karena sebentar lagi kamu masuk sekolah dan jangan terlalu khawatir tentang apapun karena semua akan baik-baik saja."Ucap nya sambil menepuk lembut bahu Tegar.
"Mmmhh"
Terdengar suara lenguhan keras dari balik seprai yang membuat mereka mendadak mengalihkan pandangannya pada sumber suara tadi.
Tegar memegang erat baju Ibunya,"Apakah Mamih mendengar suara menggeram ?"
Dinar tidak segera menjawab,untuk mematikannya dia melepas pegangan tangan Tegar dan menghampiri pemilik suara yang masih diam.
Dinar membuka kain penutup secara perlahan,Tegar ikut menghampiri Ibunya dan berdiri satu langkah di belakang.
"Mmmhh"
Suara itu kini lebih jelas lagi.Tegar mundur satu langkah dan menatap Ibunya yang sudah jongkong sambil membuka sempurna semua kain seprei yang menutupi seluruh badan orang itu.
"Hati-hati Mih"Tegar melangkah maju dan memegang bahu Ibunya yang tengah fokus melihat ke depan.
"Iya,"Dinar menjawab tanpa mengalihkan pandangannya.
"Mih...seperti dia sedang bermimpi buruk atau menahan sakit."
"Dari mana kamu tau?"
"Soalnya Mamih sering melakukannya disaat sakit atau bermimpi buruk.Hanya bedanya suaranya besar seperti harimau."
"Memang nya kamu tau dari mana suara harimau?"Tanya Dinar itu sambil tersenyum geli.
"Dari film kartun yang aku lihat di rumah Bagus."Jelasnya sambil ikut jongkok di samping Dinar.
Tegar menatap lengan kokoh pria yang masih tak bergerak di tempatnya."Besar sekali badan orang ini ya Mih,tangan nya saja hampir sama dengan bantal guling punya kita."
Dinar hampir tertawa mendengar celoteh yang di lontarkan anak lelakinya.
"U-huk uhuk"
"Mamiiihh."Tegar terkejut dengan apa yang baru saja dia lihatnya.
"Kenapa?"
"Mulutnya mengeluarkan darah."
Dinar sebenarnya panik melihat darah segar keluar begitu saja dari mulut laki-laki asing yang ada di hadapannya,tapi dia berusaha bersikap setenang mungkin tidak menambah kepanikan Tegar.
"Bagaimana kalau dia meninggal di sini Mih?bisa-bisa Mamih nanti yang di salahkan."Mata anak itu kini sudah merah menahan tangis.
"Tenang dulu,tunggu di sini!"Dinar melangkah ke dalam kamar dan meninggalkan anak lelaki nya yang terlihat semakin panik.
Tak lama Dinar keluar dengan membawa bantal dan kotak obat di tangannya,segera dia mengangkat kepala laki-laki itu lalu meletakkan di atas bantal tadi.
Tanpa menunggu lama Dinar membersihkan darah yang keluar dari bibir orang itu sambil sesekali menyentuh keningnya.
Tegar mematung dengan tatapan lurus pada apa yang Ibu nya lakukan.Dinar menoleh dan mengajak anak lelaki kecil itu untuk duduk di sampingnya.
"Jangan Takut sayang,sini mendekat dan duduk di samping Mamih.Kamu bisa oleskan obat ini pada luka lebam dan Mamih mengobati pada luka goresannya."
Tegar mengangguk dan sedikit bergetar menerima obat yang di berikan Ibunya.Tak berapa lama mereka larut dalam kegiatan masing-masing.
"Mamih,Kok bisa ya tubuh besar dan keras seperti batu ini memiliki luka di mana-mana?"
"Apa Mamih nya tidak marah memiliki anak nakal seperti ini."Dinar tersenyum mendengar kan semua celoteh anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semu
ChickLitBertahan dalam pelarian bukanlah hal mudah,apalagi harus membawa bayi yang baru seminggu dilahirkan. Suami yang seharusnya menjaga dan menyayangi hanya tinggal impian saja.Dinar wanita 27 tahun yang berparas ayu itu kini telah menjelma menjadi wanit...