Bab lima

5.7K 384 1
                                    

Apakah anda akan menyakiti kami Tuan?"ucap Tegar dengan nada sedikit bergetar.Mata pria itu menatap ke arah lelaki kecil yang terlihat gugup.

"Apakah saya terlihat seperti pria jahat?dan kamu terganggu dengan kehadiran saya?"mendengar perkataan itu membuat kepala Tegar mengangguk cepat.

Ada raut penyesalan di wajah pria asing itu,napasnya terlihat semakin berat dan kepalanya kembali menunduk.

"Ma maafkan saya kerena..."

"Uhuk uhuk"

Pria itu kembali memuntahkan darah segar dari mulut nya dan napas nya tersengal semakin berat.Dinar dan Tegar saling berpandangan,hingga akhirnya Dinar mendekat menghampirinya.

Darah yang keluar lebih banyak dari sebelumnya,kondisinya semakin lemah.Tiba-tiba tubuh besar itu terkulai  dan kembali tidak sadarkan diri.

"Mih apa yang harus kita lakukan?"Tegar menyentuh jari Ibunya yang diam terkesima menyaksikan kejadian itu.Kepalanya menggeleng pelan.

Walau ragu,namun akhirnya Dinar bergerak menolong orang itu.Tak banyak yang dapat dia lakukan hanya menambah bantal agar posisinya kepalanya lebih atas dari sebelumnya dan membersihkan sisa darah dari bibir orang tadi dan kembali menyelimutinya.

Sesekali Dinar memeriksa kondisi orang tersebut dengan memeriksa pernapasannya.Waktu telah menunjukan pukul sepuluh malam,Tegar tengah duduk dan matanya sudah merah menahan ngantuk.

Dinar baru saja selesai membereskan peralatan P3K pada kotak kecil dan menaruhnya di atas meja.Sedang pria itu menunjukan perkembangan yang berarti.

"Ayo waktunya kamu tidur,besok pagi kita ke pasar membeli perlengkapan sekolah"Tegar menatap Ibunya yang terlihat sudah mengantuk juga.

"Lalu Tuan itu bagai mana Mih?"

"Kita biarkan saja malam ini dia istirahat di sini, mudah-mudahan besok pagi dia sudah pergi dari sini."

Tegar berjalan ke dalam kamar dan tak lama Dinar menyusul lalu mengunci pintu kamar mereka dari dalam.

"Mih apakah orang itu pencuri?"Dinar menghela napas dan merebahkan tubuhnya di samping Tegar yang diikuti juga oleh anak lelakinya.

"Mamih tidak tau sayang tapi kalau benar orang itu pencuri maka sasarannya kali ini salah besar."

"Maksud Mamih?"

"Sudahlah...lebih baik kita tidur,karena sekarang tubuh dan otak kita sudah tak bisa bekerja maksimal."Ucap Dinar sambil mengelus lembut kepala anaknya yang membuat Tegar cepat menuju ke dalam mimpi.

Sedang Dinar?

Satu menit pun dia tidak bisa memejamkan matanya,di balik pintu kamar rumahnya ada orang asing yang keadaanya tidak baik-baik saja.

Bila orang itu mati maka dia pasti akan kena masalah besar tapi bila orang siuman dan berniat jahat maka masalahnya pun tidak kalah besar.Itulah yang terus ada di pikiran Dinar 

Walau pintu kamarnya sudah di kunci sempurna tapi bila orang asing itu berniat masuk ke dalam kamarnya adalah perkara mudah karena terlihat dari badan dan otot orang itu.

Malam semakin larut dan Dinar semakin tidak tenang,dia bolak balik mengintip dari celah pintu untuk memastikan kalau orang itu tetap berada di tempatnya hingga akhirnya dia duduk tertidur di balik pintu.

"Mih bangun,Sudah pagi.Kenapa bisa tidur di sini?"Tegar menggoyangkan bahu Ibunya.

'Mmm"

Dinar membuka sedikit matanya lalu meregangkan otot badannya yang terasa kaku."Tumben bangun lebih dulu,biasanya kamu bangun sesudah Mamih selesai masak."

"Hari ini kan kita mau beli perlengkapan sekolah dan obat buat Tuan asing itu Mih."Mata Dinar membulat sempurna dia segera bangun dan bersandar di balik pintu kamarnya.

"Obat?Tuan asing?"matanya terpicing mengingat kejadian semalam.Dia segara membuka pinta kamarnya dan benar saja orang itu masih ada di rumahnya.

"Dari mana kamu tau Tuan ini masih di sini Nak?Dinar menatap anaknya.

"Aku melihatnya dari celah pintu kamar Mih,"ucap Tegar sambil bergegas ke kamar mandi.

Dinar mendekat pada orang yang masih terbaring itu, rupa nya dia sudah bangun hanya saja masih belum beranjak dari tempatnya."Permisi Tuan,ini sudah pagi dan sebaiknya anda pergi sekarang sebelum matahari semakin tinggi."

Yang di ajak bicara menatap yang punya rumah dengan penuh penyesalan.

"Maaf,sebelumnya perkenalkan nama saya adalah Ganesa Putra__asal Surabaya__saya adalah pedagang."

Sebelum melanjutkan kalimatnya Ganesa kembali mengatur napasnya yang terasa sesak."Dari tadi saya sudah berniat pergi dari sini__tapi keadaan saya belum memungkinkan untuk bisa bergerak banyak."

Dinar mengangkat tangannya keatas,"saya tidak terima alasan apapun,saya hanya ingin anda segera pergi dari rumah ini sekarang juga!"

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang