Bab Delapanbelas

3.6K 309 3
                                    

Tiga hari sudah Dinar menghindari Ganesa,selain tidak baik untuk kesehatan jantungnya dia juga tak ingin membiarkan hati nya terlena pada sesuatu yang mungkin akan menambah luka baru nantinya 

Ganesa selalu memperhatikan wanita itu dalam diam.Entah apa yang membuat dia selalu menunda keinginannya untuk keluar dari rumah yang sangat sederhana itu bahkan baginya sangat jauh dari cukup tapi mampu membuat hatinya selalu merasa hangat.

"Paman bisa tolong ajarkan aku mengerjakan pr matematika?"Tegar menghampiri Ganesa yang sedang mengotak atik mainan robot yang sudah usang.

"Tentu saja,"Ganesa mengusap rambut Tegar dan membawanya duduk di kursi Tegar membuka tas sekolahnya yang ada di atas meja dan mengeluarkan alat-alat tulis nya.

Tak berapa lama keduanya sudah asik membahas pekerjaan rumah Tegar.Dinar yang ada di ruang tv diam-diam memperhatikan interaksi keduanya.

Ada perasaan nyaman menjalar kedalam relung hatinya dan dia tidak memungkiri dampak positif pada anaknya atas kedekatan mereka.

Cepat-cepat Dinar mengusap kasar wajah untuk meredakan hatinya.'Tidak tidak,aku tidak boleh lemah.'Gumam nya dalam hati lalu beranjak pergi ke dalam kamar.

"Tegar..mungkin untuk ke depan kamu harus belajar tanpa Paman."Tegar menoleh dan menatap mata legam Genesa yang tengah menatap ke arah arahnya.

"Aku lebih senang kalau Paman yang mengajar,"ucapnya sambil memasukan kembali buku PR ke dalam tas tanpa menatap wajah Ganesa.

"Paman sudah sembuh jadi sudah waktunya untuk pergi dan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang sudah lama tertunda."

Tegar diam dan langsung menatap dalam Ganesa,"Paman kerjanya pindah saja ke sini,jadi kita bisa menghabiskan waktu bersama dan mengajariku belajar setelah Paman pulang kerja "

Ganesa memiringkan kepalanya dan menjadikan telapak tangan menjadi penyangga."Pekerjaan Paman yang lama tidak bisa di tinggalkan begitu saja di tambah ada beberapa hal yang harus di selesaikan dengan kehadiran Paman di sana."

"Apa Paman tidak takut mengalami hal mengerikan seperti yang sudah di alami?lebih baik Paman di sini saja dan nanti aku yang akan bicara pada Mamih agar mengijinkan Paman tetap di sini."

Ganesa tersenyum tipis dan satu tangannya menyentuh bahu Tegar"apa kamu sedang mengkhawatirkan Paman?"

Tegar mengangguk dan meraih tangan besar Ganesa lalu menyadarkan kepalanya begitu saja pada pemilik tangan itu.

"Paman akan baik-baik saja dan akan sering menjenguk kamu setelah menyelesaikan semua."

"Tapi aku ingin Paman tetap di sini."Tegar mengangkat kepala dan menatap penuh harap pada pemilik mata legam di hadapannya.

Tak ada jawaban atas ucapan Tegar kali ini,keduanya sama-sama diam dengan pikiran sendiri.Wajah merekapun terlihat murung dan enggan melanjutkan pembahasan itu lagi.

Pagi hari seminggu setelahnya Tegar menangis mendapati Ganesa sudah benar-benar pergi meninggalkan rumah.Padahal semalam dia mengira Ganesa telah mengurungkan niat untuk meninggalkannya.

"Kenapa Paman pergi sih Mih?padahal di sini juga banyak pekerjaan yang bisa di lakukan?"

"Tempatnya memang bukan di sini,kamu tidak lupakan siapa Paman Ganesa?dia tamu yang tidak kita ketahui asal usulnya."

Tegar menunduk tak bisa menghentikan tangisan nya,"tapi aku sayang Paman!"hingga dia benar-benar tak bisa meredam kesedihannya dan memeluk Ibunya.

Hampa itu yang sebenarnya Dinar rasakan,padahal dia sudah sekuat tenaga menyingkirkan perasaannya tapi tetap saja dia tidak bisa mengisi kekosongan hatinya.

Tok tok tok

Tegar mengentikan tangis nya dan menatap Dinar yang tengah mengusap lembut bahunya,"apa itu Paman Mih?"

Sssttt

Dinar meletakan telunjuk di bibirnya,"kamu tunggu di sini,biar Mamih yang bukakan pintunya!"

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang