Bab Tigapuluh Satu

3.7K 262 3
                                        

Menjelang malam,mereka kembali ke apartemen.Dengan status sebagai seorang istri,membuat Dinar seperti hidup di alam mimpi.Namuj entah kenapa sedikit demi sedikit dia seperi menemukan jalan harus dia pijak.

"Apa hobi lama masih belum bisa hilang juga?"teguran Ganesa membuat Dinar sedikit tersentak.

"Pernah ada orang bijak berpesan padaku,jika kita tidak tau apa yang harus kita lakukan hal yang paling positif yang harus di lakukan hanya berdoa bukannya melamun atau berfikir terlalu keras."Ganesa menarik lembut tangan Dinar membawa untuk mengikuti nya ke ruang tv.

"Kamu boleh percaya atau tidak,tapi kalau saran itu baik tidak ada salahnya juga untuk di coba."Lanjutnya sambil menyodorkan minuman dingin kepada istrinya.

Dinar menunduk setelah mengambil air yang suaminya berikan,"aku bahkan tidak tau harus mulai dari mana untuk memulainya,karena terlalu banyak keinginan yang ingin aku sampaikan pada-NYA."Dinar memainkan tepi bibir gelas yang ada di genggaman nya.

Sedang Ganesa ikut melihat kemana arah tatapan istrinya."Kamu bisa memulai dengan yang sederhana dulu,bersyukur dan selanjutnya kamu bisa ungkapkan semua keinginanmu karena Dia pendengar yang maha baik."

Sebelum Dinar akan melanjutkan ucapannya,Ganesa terlebih dahulu menyentuh lembut bibir Dinar dengan telunjuknya."Sekarang sudah malam,sebaiknya kamu tidur terlebih dahulu karena matamu tidak bisa berbohong kalau saat ini kamu sangat lelah."

"Lalu kamu?apa ada yang bisa aku bantu sebelum aku pergi ke kamarku?"Ganesa menggelengkan kepalanya dan mengusap punggung istrinya.

"Tidak ada,aku akan tidur setelah menyelesaikan pekerjaanku.Selamat malam dan pastikan kamu mengajak aku di setiap mimpimu."Goda Ganesa yang di balas senyuman tipis Dinar.

Tak lama Dinarpun berlalu dan meninggalkan Ganesa sendiri di ruang tv.Pria itu terus mengukir senyum sejak Dinar sah menjadi istrinya,wanita yang bisa mengalihkan dunianya dan satu-satunya wanita yang tanpa ijin mampu memporak-porandakan hatinya.

'Aku akan wujudkan semua kebahagiaan yang selama ini sempat kamu lupakan,karena kamu layak dan patut mendapatkannya.Tapi tentunya harus ada aku di sana.'Gumamnya dalam hati.

Di dalam kamar Dinar tidak bisa memejamkan matanya,walau dia sangat lelah namun pikirannya di penuhi oleh anak lelakinya.Dia tidak tau bagaimana menghadapi Tegar kelak dengan status barunya.

Semua begitu cepat dan tiba-tiba,biasanya segala sesuatunya dia selalu bicarakan dengan anaknya namun kini dia harus mengambil keputusan sendiri.

Setelah mengerjakan solat subuh,barulah dia bisa terlelap.Namun itupun tidak berlangsung lama karena sebuah ketukan pintu membangunkannya dari alam mimpi.

"Biarkan aku tidur sebentar lagi,"ucapnya pada orang menggoyangkan bahunya.

"Begadang lagi?"suara itu mampu membuat mata Dinar terbuka sempurna.Dengan cepat dia bangun sambil menaikkan selimut sampai menutupi kepalanya.

"Bagaimana kamu bisa masuk?"tanyanya dengan wajah yang masih tertutup selimut.Mendengar ucapan istrinya Ganesa hanya mengangkat sedikit bahunya.

Karena Dinar tak mendengar satu katapun dari mulut Ganesa,membuat dia terpaksa menurunkan selimut yang menutupi wajahnya.Dia melihat Ganesa tengah menatap dirinya,wajahnya jauh lebih segar dari sebelumnya.

"Mudah saja,karena kunci cadangannya aku yang pegang.Ayo bangun dan makan dulu,aku hanya ingin memastikan keadaan istriku sebelum berangkat kerja."Ucapnya sambil mengulurkan tangan kanannya pada Dinar yang kini tengah ternganga.

"Ayo cepat,aku tidak bisa menunggu lebih lama atau jangan-jangan kamu mau aku temani tidur lagi?"Ganesa mengangkat satu alisnya ke atas disertai seringaian nakal.

Dinar mengabaikan uluran tangan Ganesa,dia langsung menyibak selimut dan setengah berlari pergi ke kamar mandi.Sedang Ganesa merasa harinya jauh lebih berwarna semenjak dia terbangun dan mengingat bahwa Dinar telah resmi menjadi istrinya.

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang